** Cinta yang berlebihan,
tidak menjamin cinta itu akan di persatukan.
Karena adanya, problema dalam cinta yang terkadang menjadi kendala bersatunya kedua insan. **
.
.
********
" Gimana sayang... udah siap semuanya?" Seorang wanita paruh baya menyerukan pertanyaan kepada anak bungsunya yang tampak baru menutup kopernya.Gadis itu berbalik, menatap Mamanya yg berjalan mendekat kearahnya.
"Udah Maa.. Baju sama barang buat keperluanku nanti disana, sudah aku masukin semua.
tinggal nunggu waktu saja.""Jam berapa nanti kamu berangkatnya?"
"Aku ke bandara jam 4 (Sore) Maa. soalnya aku harus melakukan check-in dulu. kalo nggak ada delay, mungkin jam 5 aku sudah take off." jelasnya.
Mama Rani mengangangguk pelan,
" Baguslah kalo gitu.
Terus gimana sama dia?"Mengerti yang di maksud Mamanya, Ersya mengedikkan bahunya lemas sembari mendaratkan bokongnya pada kasur.
"Nggak tau lah Maa.. sampai sekarang Ali tetap nggak ngizinin aku pergi dan kuliah disitu. alasannya masih sama, ia masih terlalu khawatir sama aku. karena negara inggris yang terkenal dengan kebebasannya. dan dia terlalu takut aku kenapa2. katanya, Om dan Tante aku disana, nggak mungkin 24 jam bisa ngejagain aku.
Lah. sebenarnya menurut aku itu tergantung dari orangnya kan Maa. jika orangnya pandai menjaga diri, semua pasti akan baik2 aja.
Karena percuma di jaga, kalo orangnya suka kebebasan. ujung2nya pasti berakhir tragis.
Aku sih amit2 kayak gitu Ma." Ersya begidik ngeri. Lalu ia menoleh ke sosok penyejuk dan penyemangatnya yg tak lain adalah Mamanya."Aku nggak bisa menuruti apa kemauan Ali Ma.
Karena seperti yang sudah Mama tau, berkuliah di University College London (UCL) sudah menjadi impianku, mimpi menjadi seorang dokter adalah cita2 aku dari kecil." Ersya menghembuskan nafas frustasi, dengan raut wajah sedihnya."Ok. Mama paham. dan Mama akan selalu dukung apapun keputusanmu.
Tapi, bagaimanapun usaha Ali selama ini melarangmu pergi, jangan memiliki niat, pergi tanpa pamit ke dia. Mama nggak setuju dan nggak akan ngizinin kamu.
semarah dan sejengkel apapun kamu ke dia, dia tetaplah tunanganmu. setidaknya dengan kamu pamit, kamu masih menghargai perasaan dan keberadaannya.""Iyaa Maa.. nanti aku coba bicarain lagi sama Ali dan pamit juga." Ersya terpejam sesaat, menikmati elusan singkat di kepalanya.
"Yaa udah, kalo gitu Mama ke bawah dulu yaa...
kamu istirahat dulu gih, biar nggak terlalu capek nanti di pesawat.""Iyaa Maa.. " Kedua bola matanya menatap langkah Mamanya keluar dari kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup,Lantas ia merengsek cepat ke atas tempat tidur dan mengempaskan badannya.
*******
Meja makan kedua manusia di landa keheningan.
Beberapa menu telah tersaji sesuai pesanannya masing2. Namun kedua manusia itu tampak sibuk dengan pikirannya. Tanpa ingin menyentuh pesananannya. Ali yg bersedekap dengan punggung yg nyaman bersandar di sandaran kursi, dengan mata yang mengarah pada bawah meja. sedangkan Ersya menyandar dengan kedua bola mata mengarah pada permukaan meja."Jadi gimana?" Ali sengaja memecahkan keheningan. karena terlampau bosan dalam kediamannya. Pandangannya kini ia lesatkan pada lawan bicaranya.
"Gimana apanya?" Ersya balik bertanya. meminta kejelasan dari pertanyaan yg di lontarkan Ali.
"Apa kamu jadi pergi?" Tanyanya kemudian.
"Iya" Jawabnya singkat.
masih dengan posisi yg sama.Ali mendesah kasar. Jelas ia kecewa dengan jawaban Ersya.
"Segitu pentingnya yaa mimpi kamu, dari pada aku."Ersya secepat kilat melesatkan pandangannya pada sosok kekasihnya. Ia menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu dan mimpi aku, jelas sama2 penting."Terperangah,
mendapat pernyataan seperti itu. pernyataan yang mengandung makna sebanding.
Sebanding dalam posisi atau sebanding dalam tingkat kedudukannya.
tidak ada yg lebih tinggi dan lebih rendah.
Tapi sama.
Ali terkekeh hambar, menertawai kepercayaan dirinya selama ini.