Sudah terhitung 5 menit yang lalu ponselnya berbunyi. Selama itu juga si pria mencoba mengabaikan hal tersebut dan kembali tertidur. Ia pikir ponsel itu akan berhenti berdering beberapa detik lagi. Nyatanya hingga 2 menit kemudian, ponsel itu masih berdering dengan keras. Pria itu sudah menekan tombol merah selama berkali-kali, tetapi itu tak membuahkan hasil. Ponselnya masih saja berdering.
Dengan keadaan masih setengah mengantuk, akhirnya pria itu mengambil ponselnya dan keluar dari selimut. "Sudah kubilang tadi, kunci itu ada di lemari! Ini sudah larut malam dan ja-"
"Easy, man. Larut malam sudah berlalu 3 jam yang lalu, sekarang sudah menjelang pagi. Dan yeah, aku tahu, Tuan Kambing Berjenggot pasti tidak mau diganggu di saat-saat seperti ini." Jawab sebuah suara dari telepon. Suara perempuan.
Mata pria yang dipanggil Tuan Kambing Berjenggot itu langsung terbuka lebar ketika ia mendengar suara perempuan itu. Tampaknya pria itu terkejut. Seketika ia menjadi kaku.
Ini suara yang sudah tidak ia dengar selama lima tahun.
"Tapi ini sangat penting," ucap suara itu. "Ya, setidaknya bagiku."
Pria itu tidak menjawab. Beberapa saat yang lalu, pria itu sudah siap melontarkan ocehan panjang yang akan ia keluarkan begitu mengangkat telepon. Namun begitu ia mendengar suara itu, ia justru terdiam. Kehilangan kata-kata.
"Hallo? Tuan Kambing Berjenggot? Kau ada di sana?" tanya wanita itu.
Cepat-cepat pria itu menggelengkan kepala, membuyarkan lamunannya. "Ya, aku di sini."
"Kau tidak tertidur, kan?"
"Tidak. Asal kau tahu, telepon darimu berhasil membuatku terjaga," jawab pria itu.
"Great!" decak wanita itu dengan semangat. Membuat si pria heran mengapa pria itu tampak segar di malam hari seperti ini.
Ofc, timezone, pikirnya.
"Seperti yang kukatakan tadi. Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu." tukas wanita itu langsung.
Dahi pria itu berkerut, "Apa yang ingin kaubicarakan?" tanya pria itu. "Katakan saja sekarang."
"Maaf, Kambing. Aku tidak mungkin membicarakan ini di telepon. Aku harus bertemu denganmu." Jawab wanita itu yang membuat si pria langsung merasakan darah di sekujur tubuhnya mendidih. Hawa di sekitarnya mulai terasa panas. Lantas ia menyingkirkan selimut yang menutupi setengah dari tubuhnya. "Sekarang cepat katakan dimana alamatmu." Pinta wanita itu dengan nada serius.
Dari cara bicaranya, pria itu tahu kalau teman wanitanya memang ingin membicarakan hal yang penting. Bukan sekedar hal hal sepele menyangkut kehidupannya di masa lalu, melainkan hal lain yang pria itu tak tahu. Ia sangat mengenal karakter wanita yang sedang bicara dengannya. Baginya tak mungkin si wanita meneleponnya di pagi buta seperti ini kalau tak ada yang penting. Apalagi mereka sudah putus komunikasi selama lima tahun. Lantas pria itu langsung menyebutkan lokasi apartemennya kepada si wanita.
"Okay. Aku akan tiba di apartemenmu dalam 15 menit. Pastikan kau terjaga." Tandas wanita itu.
Sedetik kemudian pria itu membelakakkan matanya. Ia pikir wanita ini sedang berada di luar kota, bahkan luar negeri. Nyatanya, hanya butuh waktu 15 menit bagi wanita itu untuk tiba di apartemennya.
Pria itu menghela napas panjang, ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya. "Baiklah. Aku akan menunggumu. Jangan sampai salah tempat."
"Tidak akan," jawab wanita itu dengan nada mengolok. Sedetik kemudian, telepon terputus. Menghasilkan nada tut yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Eyes To Disappear
ActionSatria, Arvid, Arial, Bara, dan Nevada. 5 remaja berbeda sifat, kepribadian, serta latar belakang. Tetapi tertarik dengan satu hal yang sama, Magic. Kelima remaja yang tidak jauh dari bercanda bercandaan itu tiba-tiba saja dipersatukan dalam s...