dia begitu berharga bagiku. dia satu-satunya, selalu berada disisiku. membuatku bebas hanya dengan senyumannya. dia tempat ternyaman, hanya dengan bersamanya aku merasa "pulang". aku tak tahu mengapa bisa merasa seperti ini, tapi aku bahkan dengan senang hati mati jika itu demi dirinya.
aku mengerutkan dahi.
aku tahu dia. aku begitu mengenalnya. tapi... siapa?
aku merasa air mata mulai membentuk di mataku.
...siapa?
ku bunuh tiap mahluk yang menghalangi. tanganku bersimbah darah orang-orang yang bahkan entah pantas dilenyapkan atau tidak. tapi aku tahu ini demi dia, demi menyelesaikan takdir yang seperti lingkaran setan. aku sanggup menjadi manusia terkeji hanya deminya... tapi siapa?
my heart sank. seolah melolong bagai serigala yang kehilangan pasangannya. ingatanku tumpang-tindih, kacau balau, sakit. dadaku sesak, berat karena tak mampu mengingat seseorang yang paling disayang.
air mataku pun bahkan sudah tiada lagi yang sanggup menetes. rasa pedih yang tubuhku alami sudah lebih dari batasnya, terlalu merana sampai terasa seolah sudah tak memiliki hati.
"... Yuta." panggil suara yang kudamba.
kumohon, jangan buat ini hanya sebuah ilusi lagi.
"Yuta!!" sesosok figur mungil langsung erat memelukku. sesaat, jantungku terhenti.
apakah mimpi buruk itu sudah terlewat? apakah dia sudah berbahagia? takdir tak sedang mempermainkanku kan?
dia berbicara dengan antusias, dengan bahagianya. turut senang karna bertemu denganku. tapi aku seolah tak dapat memahami perkataannya, karena aku terlalu bahagia.
kukecup wajahnya dengan kedua tangan besarku. kuteliti dia yang membayangi tiap mimpi. kutancapkan sosoknya dalam benakku. benar, dialah orangnya.
kulontarkan satu-satunya kata yang terbetik dikepalaku, "Alnilam."
kupeluk dia dengan erat, tak mengizinkan keabsenan sosoknya lagi.
"Alnilam..."
kusebut kata yang kuharap namanya. aku mulai marah pada diriku sendiri, aku ingin menangis. aku merasa begitu sedih!
"... Alnilam."
seperti mantra yang terus diulang, yang anehnya malah membuat hatiku semakin tenggelam.
***
*throb*
sesak melanda dadaku, hal yang akhir-akhir ini sering terjadi jika aku mengingat seseorang yang berharga. tapi sesak kali ini terasa berbeda...
"Alnilam..."
itu bukan namaku. itu bukan aku.
"... Alnilam."
sesak kembali menerjang. marah, kecewa, sedih.
dia memelukku hangat, nyaman. pelukan yang dirindukan. pelukan yang kurindukan. tapi entah mengapa dengan bodohnya tak mampu kubalas.
aku tahu ini bukan salahnya. aku tahu yang dihadapanku adalah Yuta, tapi sekaligus juga bukan. dia adalah... Seiph.
tiba-tiba aku merasa seolah tak punya pegangan. seolah tiba-tiba semua menjadi tabu tak terlihat. apa yang harus kulakukan...? apa yang harus kuperbuat agar kembali mendapatkanmu...? ...haruskah aku menjadi Alnilam...?
Tidak. ku mantapkan diriku. aku percaya dan aku pasti akan kembali menemukanmu. there is still you in there!
tapi aku kalah cepat. kegelapan sudah menyelimutiku secara harfiah saat aku ingin menegaskan padanya,
"Yuta, my name is Naito. your dear older brother... or so you have said :)"
KAMU SEDANG MEMBACA
Close, yet Unreachable (1001 FanFiction)
Fanfictionfiksi fan dari manga 1001 Night, saat Naito akhirnya bertemu dengan Yuta based on ch. 42 atau 43 atau 44? lupa ;; sorry think they are really cute together. berharap mereka canon, tapi, yah... QvQ maaf udah buat cerita baru disaat yang lain juga bel...