***
Pesta adalah keinginan semua remaja. Pesta membuat siapa pun merasa bebas. Merasa menemukan dunianya yang menyenangkan. Chris tidak menyukai pesta tapi menyukai betapa Adrïen membuatnya merasa ada. Adrïen adalah cowok yang diandalkan.
"Kau sudah dapat gaun?"
Adrïen mengirim pesan itu waktu jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Chris sampai lupa kalau ia belum punya gaun yang pas untuk ke pesta Katherine. Ini semua karena Melissa yang menyuruhnya ini dan itu.
"Aku baru mau pinjam gaun kakakku. Jangan cemaskan aku. Aku pasti datang."
Chris membalas pesan Adrïen kemudian membanting tubuhnya turun dari tempat tidur. Chris yakin Alex dan Zach tidak ada di rumah Vila. Sejak sore, mereka berdua belum pulang. Chris menebak jika mereka sedang kencan. Semua pasangan suka kencan karena memang seni berpacaran adalah berduaan.
"Kau belum tidur? Kau bawakan sisa hamburger untuk Alex dan Zach. Mereka pasti lapar kalau sudah pulang." perintah Melissa yang melihat Chris keluar kamar. "Oke." Chris mengatakannya biasa saja tanpa kemarahan. Dan itu membuat Melissa bertanya-tanya. Chris yang ia kenal adalah gadis pembangkang.
Melissa mengangkat alisnya. "Tidak menolak?" Dia bertanya dengan nada sinis. Chris melipat tangannya di depan dada. Ia menyeringai, "Oh. Aku mulai menginginkan kasih sayangmu, Ibu. Aku sangat-sangat menghormatimu." Perkataan Chris langsung membuat Melissa menampakkan mimik ngeri seolah Chris barusaja mengatakan akan membunuhnya.
"Apa neraka sudah membeku? Astaga, aku tidak tahu anak pemberontak sepertimu memadamkan apinya. Tapi itu bagus. Jadi aku tidak harus berteriak saat memerintahmu." Melissa mengamati Chris yang menguraikan rambutnya. Dia benar-benar bersemangat. "Terima kasih pujiannya, Ibu tiri. Kau mungkin yang terbaik untuk Daddy."
Chris melangkah menuju dapur seiring Melissa berteriak. "Mendengar kau memanggilku Ibu. Itu sangat menggelikan. Jangan panggil aku seperti itu." Chris tidak memerdulikan teriakan ibu tirinya. Ia sibuk mengambil hamburger sisa di dapur. Ia merasa lega karena ia tidak harus mengendap-endap masuk ke rumah vila. Ia punya alasan kalau ia membawa makan malam untuk Alex dan Zach jika pun dua orang itu memergokinya di rumah vila.
Setelah semuanya telah siap, Chris bergegas ke rumah vila. Di sana Chris tak perlu cemas membuka pintu. Ada kunci rumah di bawah pot bunga. Itu bukan rahasia lagi sebab Chris setiap malam mendapatkan tugas membawa makanan sisa.
Chris masuk ke rumah vila dengan jantung berdegup. Ia memindahkan hamburger ke dalam piring milik Alex. Setelah itu, Chris langsung masuk kamar Alex. Ia membuka lemari kakaknya kemudian memilin pakaian. Selera Alex tidak diragukan. Chris menyukai semua baju kakaknya. Nyaris tidak ada yang tidak ia sukai. Alex memang terbaik dalam hal mode.
Chris memilih gaun berwarna gelap berlengan pendek yang gayanya sangat modis. Gaun itu bagus sampai Chris tak bisa mendekskripsikannya lewat kata. Chris selesai, ia akan akan keluar kamar Alex ketika suara tawa Alex menggema. Zach terdengar menggoda kakaknya. "Kau benar-benar mirip Scarlette Johansen. Sungguh, Alex. Bahkan mungkin lebih seksi dari Scarlette." Itu suara Zach.
Alex tergelak lagi. "Maafkan aku, Zach. Tapi aku tidak berpikir Scarlette Johansen cantik. Dia hanya artis film porno." Suara Alex semakin dekat. Chris cepat-cepat menyembunyikan gaun kakaknya di dalam baju kaosnya. Dia tahu kemungkinan ketahuan 80%. Chris hanya tidak punya ide menyembunyikan gaun itu.
Chris sudah mau keluar kamar kakaknya tapi ia melihat gambar sebuah kota yang bertuliskan Havana. Kota itu berada di Kuba. Selain tulisan Havana, ada juga tulisan kita akan berada di sana. Chris mengamatinya begitu lama. Havana tampak begitu mengagumkan dan tiba-tiba saja Havana menjadi salah satu mimpinya. New York mengecewakannya kadang-kadang. Ia tidak suka di Indonesia karena di sana Ibu kandungnya mengabaikannya. Havana, kota itu tampak berbeda. Di atas gambar, Chris memujanya begitu banyak.
"Apa yang kaulakukan di kamarku? Beraninya kau?" Pertanyaan itu membuat Chris sadar kalau ia harus segera pergi. Sayangnya, ia ketahuan. Alex sudah di depan mata, menatapnya seolah ingin memakannya. Bola mata Alex nyaris keluar karena melototinya. "Sayang, mungkin ada Chris mau mengatakan sesuatu. Jangan marah dulu." Zach menasehati.
"Jangan membuat aku berpikir kau menyukai Chris, Zach. Jangan membelanya di depan mataku." Zach diam. Ia memandangi Chris lewat tatapan pilu seolah mengatakan hanya sampai di sini aku bisa membantumu. Chris menggigit bibirnya. "Kau mengambil sesuatu di kamarku. Perlihatkan padaku." Perut Chris bergembung karena dia menaruh tangannya di dalam kaos. Tentusaja itu membuat Alex curiga.
"Ini bukan apa-apa." kata Chris. Alex terlalu marah jadi dia tak mau mendengar alasan. Kasar, Alex mengecek apa yang disembunyikan Chris. Seketika Chris berdebar. Alex berhasil menemukan sesuatu. "Piring? Kau mencuri piring di rumah vila ini?" Dari sekian banyak barang mewah Alex tidak menyangka Chris mencuri piring. Bahkan piring bukan barang berharga.
"Untuk apa kau mengambil piring di vila ini, Chris? Kau bisa saja mengambil gaun Alex kalau kau mau." Zach berkomentar. Siapa pun pasti bingung melihat tingkah Chris seperti ini. "Aku hanya membawakan hamburger sisa. Ada di meja makan kalian. Aku ke sini hanya untuk mencari kalian berdua." Chris merasa takut. Gaun yang ia sembunyikan di belakang bajunya rasanya akan jatuh. Chris tidak akan bisa ke pesta tanpa gaun bagus.
"Lihat 'kan, Alex? Chris hanya membawa hamburger untuk kita berdua. Lain kali, jangan menuduhnya sembarangan." ujar Zach membuat Alex bertambah kesal. Alex memegangi kepalanya seraya berkata. "Aku selalu merasakan firasat buruk jika berdekatan dengan Chris. Kita akan tahu apa yang ia rahasiakan tidak lama lagi." Alex tidak tahn melihat muka Chris. Jadi dia berjalan malas menuju meja makan. Dia butuh beberapa asupan karbo untuk melupakan betapa menjengkelkan dan cerdiknya Chris menipunya.
Zach mengamati Chris kemudian berkata. "Hei, berhati-hatilah. Jaga gaun kakakmu baik-baik." Zach mengerling lalu menghilang secepatnya dari hadapan Chris. Kebetulan atau tidak kebetulan, Chris merasa Zach lagi-lagi membantunya kali ini. Zach selalu menjadi penolong. Chris tidak menyukai fakta itu. Dia bukan perebut pacar orang, terlebih pacar kakaknya sendiri. Itu benar-benar tidak pernah dibenarkan.
"Aku akan melupakanmu, Zach." Chris bergumam diiringi langkah keluar dari kamar Alex. Chris mempercepat langkahnya pulang ke rumah. Dia tidak bisa jika harus menjadi orang ketiga dalam hubungan kakaknya. Tidak akan pernah lagi. Chris mencoba gaun kakaknya di depan cermin sebelum ia memutuskan tidur. Gaun buatan Alex sangat bagus, gaun itu cocok untuk Chris seolah gaun itu memang dirancang khusus untuknya. Benar-benar pas. Sempurna.
See u next time!
Follow me
Erwingg__ dan sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
Havana (Christine Reine) 21+
Ficción GeneralChris (Christine) selalu merasa bahwa Alex (Alexis) saudara tirinya terlahir sempurna. Wajah yang cantik, keluarga yang hangat, dan pacar tampan serta baik hati. Chris menjalani hari-hari sulitnya di New York. Ditindas teman sekolahnya, diabaikan A...