chapter 9 (new versi)

1.7K 170 3
                                    

Chapter 9:

Arhanitya new versi:

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.

Gracias.

***

Hani menatap buku di hadapannya dengan bingung. Buku tersebut merupakan buku catatan bendahara. Dirinya benar-benar pusing melihat hampir teman sekelasnya menunggak uang kas.

Setelah meyakinkan diri bahwa dia bisa, gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan ke depan kelas lalu memukul papan tulis sebanyak tiga kali. "Perhatian semuanya." Seluruh penghuni kelas mengalihkan perhatiannya kepada Hani.

"Sesuai perkataan Bu Sisca, gue Hani menggantikan Jeje sebagai bendahara akan menagih uang kas setiap hari Rabu dan Kamis sebesar lima ribu. Dan gue pun akan menagih uang infaq jariyah setiap hari Jum'at. Satu lagi, gue akan nagih denda piket setiap hari."

"Terakhir, jangan samakan gue dan Jeje. Kali ini gue akan lebih tegas. Seminggu kalian gak melunasi uang kas atau pengeluaran lainnya, kalian harus membayar dua kali lipat dari sebelumnya dan kalian harus bayar tepat hari itu juga." ucapan Hani sukses membuat teman-temannya protes tak terima. Namun gadis itu menulikan indera pendengarannya. Hani pun segera memanggil temannya yang berada di urutan pertama yang ada di catatan buku itu.

"Mahmud!" Hani memanggil teman cowoknya yang bernama Ahmad, entah karena siapa teman sekelasnya memanggil Ahmad dengan panggilan Mahmud. Ahmad yang di panggil pun menghampiri Hani.

"Minggu kemarin lo gak bayar kas. Sekarang lo bayar lima belas ribu." Hani memperlihatkan buku catatannya.

"Gitu, ya?" tanya Ahmad seraya nyengir kuda.

Hani memasang wajah malasnya. "Iya, buruan bayar." Ahmad yang melihat wajah Hani entah kenapa terlihat seram. Ia pun segera mengambil uang yang ada di kantong celananya.

"Duit gue delapan ribu lagi. Gue bayar tiga ribu dulu deh, ya? Ini gocengnya buat ongkos angkot." Ahmad menyerahkan uangnya lalu kembali ke bangkunya.

Hani hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Ahmad, tangannya mulai mencatat nama Ahmad juga jumlah pemasukan uang yang ia terima. Selanjutnya, ia pun memanggil 7 orang temannya. Mereka bertujuh sama seperti Ahmad sebelumnya, tidak melunasi langsung dan hanya membayar setengahnya karena sisa uangnya untuk membayar ongkos pulang.

Hani melirik jam tangannya, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum guru mata pelajaran selanjutnya akan mengajar. Tak mau membuang waktu, Hani kembali memanggil temannya yang berada di urutan no. 8.

"Arhan." Arhan yang sedang bermain game di ponsel Rozan tidak menyadari panggilan itu. Dirinya benar-benar fokus bermain game online sampai sebuah gebrakan di meja membuat cowok itu terlonjak kaget. Bahkan ponsel milik Rozan sampai menjadi korban.

"ARHAN TAI!" maki Rozan ketika ponsel nya terlempar.

"Ngagetin aja lo." decak Arhan sebal.

"Lebay." sahut Hani.

"Kenapa?" tanya Arhan.

"Bayar kas. Lo nunggak paling banyak."

Arhan mengernyitkan keningnya, "berapa?"

"Bulan ini lo gak bayar kas sebanyak 20 ribu. Lo juga gak piket minggu ini berarti lo dikenakan denda sebesar 20 ribu. Semuanya lo harus bayar 40 ribu." Arhan yang mendengarkan ucapan Hani membulatkan matanya tak percaya.

"Ngaco!" bantah Arhan lalu tertawa.

"Nih, biar lo percaya." Hani memberikan bukunya kepada Arhan. Arhan mengambil buku itu, setelah melihat nama dirinya, dia pun memberikan bukunya kembali.

"Minggu depan gue bayar." ini adalah kalimat yang sering arhan janjikan ketika di tagih oleh Jeje. Tetapi seminggu setelahnya, Arhan tidak benar-benar membayar. Melihat Hani mengangguk setuju membuat Arhan menyunggingkan senyumnya.

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu menginterupsi kelas. Lalu seorang guru dengan beberapa tumpukan buku yang ada di tangannya memasuki kelas. Murid-murid yang tadinya berkumpul di satu tempat segera beranjak menuju bangkunya masing-masing termasuk Hani yang menyudahi kegiatannya.

***

Guru mata pelajaran tadi tidak bisa mengajar sampai bel pulang berbunyi di karenakan ada urusan mendadak. Guru tersebut memberikan tugas untuk satu jam ke depan dan harus di kumpulkan ke Alfa -selaku KM- saat bel berbunyi.

Tapi, siapa sih yang bakalan nurut begitu saja? Begitu guru keluar, para murid IPA 3 langsung bangkit dari duduknya dan memanfaatkan jamkosnya yang merupakan surga anak sekolah.

Kini, sebagian murid cowok berjalan ke depan kelas. Salah satu dari mereka meletakkan bangku guru di atas meja guru dengan posisi terjungkir. Tanpa aba-aba, para murid yang duduk di meja depan segera bangkit dari duduknya dan pindah ke kursi lain.

"Ayo, Ar. Tendang bolanya." perintah Raka yang berada di depan kelas kepada Arhan yang ada di belakang kelas.

Arhan yang telah di perintahkan langsung menendang bola blitter dengan tendangan keras. Dia tidak peduli dengan sekitarnya karena bisa saja terkena bola yang sakitnya warbyazaaah. Maka dari itu, para murid perempuan memilih berkumpul di pojok belakang kelas sambil bergosip ria. Alasannya karena takut bolanya mengenai kepala mereka.

Berbeda dengan Hani, dirinya harus menyelesaikan tugas di lanjut menagih kas ke beberapa temannya yang belum. Dia pun tak punya waktu untuk bergabung dengan teman-temannya yang kini sedang asik bergosip.

"Latifa! Sini bentar." Latifa yang di panggil langsung mendekati Hani.

"Kenapa, Han?" tanyanya.

"Bayar kas."

"Gue?" tanya Latifa sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lah, mangkanya gue manggil elo. Buruan bayar, goceng doang lama banget." sewot Hani, padahal Latifa bertanya baik-baik.

Dasar cewek PMS, untung lo sahabat gue. Batin Latifa.

Latifa mengambil uang di saku seragamnya lalu menaruh uangnya di atas meja. "Nih, gak usah kembalian, uang gue pas!" katanya lalu berlalu dari hadapan Hani.

***

A/n:

Mon maap gengs telat up.

Komen dong, Hani nya udah cocok blm jadi bendahara?

Siapa nnih yang suka nunggak kas wkwkwkwkwkwkwkkw

Jangan lupa vommentnya yaJ

See you next chapter!

Senin, 08 Juli 2019.

ArhanityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang