Staring, and then remembering.
-The Fake Class Leader
*****ALVARO baru saja sampai di dalam kamarnya selama beberapa menit. Tapi pintu kamarnya lagi-lagi terbuka ketika seseorang memasuki kamar kepunyaannya. Alvaro mendelik, ternyata Bi Asih yang masuk. Dia kembali ingin memejamkan matanya yang terasa berat, namun kemudian mendengus kesal begitu mengingat pesan Ayahnya sebelumnya. Kalau Bi Asih datang itu artinya orang yang dikatakan oleh Ayahnya itu sudah datang. Padahal Alvaro sedang malas sekali menerima tamu saat ini.
"Den, bangun, Den, tamunya Papa Aden sudah datang." tukas Bi Asih begitu mendekat pada Alvaro yang masih berbaring di ranjang king sizenya.
Alvaro melirik sekilas, "saya masih ngantuk, Bi." tukasnya.
"Tapi Den, tuan udah nyuruh Aden turun, tamunya tamu spesial, Den, Aden yakin gak mau turun sekarang?" tanya Bi Asih memastikan.
Tamu spesial? Ada-ada aja, Alvaro membatin, "ya udah lima menit lagi saya turun." putus Alvaro.
Pasrah, Bi Asihpun menjawab, "Ya sudah atuh, kalau gitu Bibi keluar duluan, nanti Aden turun ya? Bibi takut tuan marah nanti." ujar Bi Asih yang hanya dibalas dengan gumaman dari Alvaro.
Alvaro kembali mengela napasnya panjang. Kemudian setelah merilekskan diri beberapa saat, diapun bangun dari tempat tidurnya. Setelah mengganti pakaiannya dengan baju santai dan celana levis pendek selutut, diapun keluar dari kamarnya hendak menuju ke ruang tamu.
Alvaro menyingkap anak rambut depannya yang sudah mulai gondrong. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju ke ruang tamu. Matanya yang tadi masih terlihat menyipit karena kantuk, tiba-tiba saja membelalak spontan ketika melihat siapa gerangan yang datang ke rumahnya di petang hari seperti ini.
"Alvaro.." gumam seorang gadis yang kini tengah duduk bersejajar dengan kedua orang tuanya, Bram dan Kirana.
"Mila?" Alvaro mengerutkan dahi, menatap tidak percaya ke orang yang ada di depannya dan orang tuanya yang ada di sana secara bergantian, kejutan apa lagi ini? Kenapa banyak sekali hal-hal dalam hidupnya yang membuat jantungnya seolah harus bekerja ekstra baginya. Kenapa Mila ada di sini? Apa benar orang-orang ini adalah orang yang dimaksudkan oleh Ayahnya sebagai rekan bisnis sekaligus sahabat lamanya? Tapi kenapa ada Mila? Dan kedua orang tuany ini... Alvaro memang seperti mengenal mereka sebelumnya.
"Alvaro, kamu ini kenapa malah bengong? Salam dulu sama Om Bram dan Tante Kirana." tukas Albed.
"Kenapa ada Mila di sini?" bukannya mengikuti perintah Ayahnya, Alvaro malah bertanya sambil matanya tetap menatap pada sosok gadis dengan rambut panjang terurai yang terlihat anggun jika disandingkan dengan dress berwarna pastel yang dikenankannya.
Albed melengos, menatap Alvaro seolah Alvaro adalah seorang anak dari taman kanak-kanak yang baru saja bisa membaca, "kamu ini apa-apaan? Tentu saja ada Mila, dia itu anak dari Om Bram dan Tante Kirana, teman kecil kamu yang dulu sering kamu panggil Abel, masa kamu lupa?" tanya Albed membuat kedua belah pihak, baik Alvaro dan juga Mila tersentak kaget begitu mendengarnya.
"Jadi.. Alvaro itu.. Ian? Teman kecil Mila dulu?" tanya Mila entah pada siapa.
"Iya benar, dia Ian, Alvaro Adrian," Albed menjawab, "tapi itu panggilan kecilnya dulu, sekarang Om sudah terbiasa memanggilnya Alvaro." ungkap Albed sambil melirik Alvaro yang masih terdiam mematung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...