Yang Singto bisa lakukan hanyalah menunggu Krist dan Nam yang sampai saat ini belum pulang juga. Singto ingin menyusul mereka berdua tetapi Nam melarangnya. Bahkan memaki - maki Singto di telepon saat Singto menanyakan dimana keberadaan mereka berdua.
Jadi yang bisa Singto lakukan menunggu kedatangan mereka. Tidak lama terdengar suara mobil yang memasuki halaman rumah keluarga mereka. Dan Singto yakin itu mobil Nam. Langsung saja Singto menghampiri mereka berdua.
Nam baru keluar dari mobil dan ingin menggendong Krist yang saat ini sedang tertidur akibat obat bius yang di berikan dokter padanya.
"Biar aku saja yang menggendongnya P" Ujar Singto pada Nam.
"Minggir!!! Kau tidak perlu seperti itu. Aku bisa menggendongnya sendiri" Tolak Nam sembari menggendong Krist.
"P' biar aku saja" Bujuk Singto.
"Tidak perlu!!! Bukankah aku bilang tidak perlu" Tolak Nam tidak memperdulikan Singto dan melewatinya begitu saja.
Singto melihat kepergian Nam dan mengikutinya. Meskipun Nam melarang Singto untuk mengikutinya. Dan waktu Singto sampai di depan kamarnya. Singto sangat kaget saat mendapati semua barang - barangnya berceceran di depan pintu. Nam mengeluarkan semua barang - barang Singto dari kamar milik Singto sendiri.
"P' kenapa P' membuang semua ini? Inikan kamarku?" Protes Singto pada Nam yang masih tengah asik mengambil pakaian Singto yang ada di lemari dan melemparkannya pada adiknya itu.
"Tapi sejak Krist menikah denganmu ini otomatis menjadi kamarnya juga. P' tidak mau kau mendekati Krist jadi tidurlah di kamar lain" Usir Nam.
"P' tidak bisa begitu padaku. Aku tidak mau pergi ini kamarku P" Protes Singto tetapi tidak di hiraukan oleh Nam.
"P' tidak adil padaku" Ujar Singto.
"Maka dari itu jika kau tidak mau orang lain tidak adil padamu. Harusnya kau jangan bersikap seperti itu. Memang kau pikir kau adil dengan Krist? Yang selalu kau lakukan hanya memarahinya dan membuatnya menangis saja. Pergi cari kamar lain sana" Usir Nam tidak memperdulikan protes Singto padanya.
Bahkan dengan sengaja Nam mengunci pintunya. Supaya Singto tidak bisa masuk kedalam. Nam ingin Singto itu jera dan sadar. Harusnya jika Singto takut Krist bersama orang lain bukan seperti itu caranya. Harusnya Singto itu berbicara baik - baik supaya Krist itu memilihnya. Dasar anak itu terlalu bodoh jika Singto terus saja memarahi Krist seperti itu terus pasti Krist akan memilih yang lain.
Lagipula Nam heran bagaimana bisa Singto bersikap seperti itu kepada Krist?
Meskipun Saat ini Krist adalah pasangannya. Bukan berarti Singto bisa seenaknya saja memarahi bahkan membentaknya. Sampai membuat Krist menangis ketakutan. Jika Krist meninggalkannya nanti baru Singto menyesal. Dan merengek padanya seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
Sungguh Nam jadi kesal di buatnya. Kelakuannya semakin hari semakin menjadi saja. Ini hanya karena sebuah nomor?
Hanya karena hal sepele seperti itu Singto marah - marah pada Krist. Nam sampai bingung kenapa Singto itu suka sekali cemburu buta. Tidak bisa membedakan yang mana yang salah dan benar.
"P'Nam kenapa P'Sing menggedor pintu?" Tanya Krist yang terganggu oleh suara Singto yang daritadi terus menggedor pintu kamarnya supaya Nam mau membukanya.
"Oh tidak perlu di pikirkan dia itu tidak punya pekerjaan makanya seperti itu. Tidurlah P' akan menjagamu" Ujar Nam sembari mengelus rambut Krist.
Krist terpaksa menuruti Nam dan memejamkan matanya. Meskipun Krist penasaran apa yang terjadi. Karena kepalanya sangat pusing sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ]
Fanfiction[ Completed ] Ini tentang kisah rumah tangga Krist dan Singto yang baru saja di mulai. Dan juga masih ada sedikit cerita tentang New dan Gun. Ini Sekuel dari ffku sebelumnya yaitu A World That Is You (Tentang seorang adik laki - laki yang menyukai k...