Ch.0 : Prologue

323 35 7
                                    


Senja di Gunung Deogyu terasa beku di akhir Desember hari ini, namun Ha Saenghwal masih setia di teras villa besarnya meski hanya ditemani sepoci teh hangat yang hampir kandas. Lembar-lembar kertas putih di tangannya ia baca berulangkali, sesekali tersenyum ataupun mengernyit, lalu diselingi sesapan lain dari cangkir porselennya.

Tiga kali dibaca, ia memutuskan untuk bangkit. Nampan poci teh berikut cangkirnya melayang di belakangnya.


__________

Teruntuk Nona Ha,

Dengan ini kami menyampaikan sebuah berita dari Panti Asuhan Makhluk Mistis sehubungan tugas anda.

Seperti yang anda tahu, werewolf di dunia manusia tak tersisa banyak lagi. Pack-pack bertarung demi daerah teraman dan anak-anak penerus mereka menjadi korban. Namun baik anda maupun kamu tahu bahwa masih ada beberapa bangsa mereka yang ditemukan dalam keadaan menyedihkan, terutama kasus di Rusia beberapa tahun yang lalu, saya yakin anda mengetahuinya.

Kami Dewan Sihir memutuskan untuk menyerahkan mereka ke tangan yang tepat, untuk menempa mereka menjadi pribadi yang kelak berguna di masa depan, baik dalam kemajuan bangsa kita secara umum maupun prestasi mereka di dunia manusia secara khusus. Maka dari itu, Dewan setuju untuk memberi anda kehormatan untuk merawat para werewolf muda ini, setelah memperhitungkan kemampuan dan pengalaman anda di masa lalu yang amat membantu bangsa kita, sekaligus secara resmi membuka kembali Kamp Pelatihan Alpha Ha yang terkenal.

Nona Ha, tujuh werewolf terlantar ini adalah mereka yang  kami temukan dalam keadaan yang berbeda-beda, ditambah tiga calon alpha dari pack yang berlainan pula. Tentang mereka sudah terlampir di tempatnya, dan saya beserta Dewan memohon kerjasama anda dalam hal ini.

Dengan hormat,

Mrs.Ahn, Kepala Bidang Pengembangan Kemasyarakatan Sihir.

________________

Sang Penyihir berjalan melalui aula yang terbuka lebar, menapaki tangga melingkar yang dipenuhi hiasan berupa awetan bunga, pigura alumni dan lukisan-lukisan karyanya sendiri. Langkahnya senyap tak bersuara, makin teredam saat langkahnya kian jauh menuruni anak tangga ke ruang bawah tanahnya.

Ruangan tersebut pun tak kalah sunyi, hanya terganggu cericit hewan di rak besar di belakang tangga, namun segera diam saat sang pemilik berlalu.

Jemari Ha Saenghwal membuka pintu perlahan, membiarkan aroma lavender menguasai indera penciumannya sesaat. Selangkah kakinya masuk, dua buah buku tebal melayang ke hadapannya.

“Sudah begitu lama..”  ia bergumam. Ada senyuman keibuan yang terulas di wajah pucatnya.

-TBC-

Wolf Baby | TRCNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang