dua : menolong

133 31 11
                                    

Seharusnya, hari pertama ia bersekolah di Seoul berjalan dengan baik. Tapi realita mengatakan hal lain. Sebenarnya, hari pertamanya juga tak dapat dikatakan buruk. Hanya tidak sesuai dengan keinginannya.

Selama pelajaran sedang berlangsung, tak sedikitpun yang guru terangkan masuk ke otaknya. Dirinya sibuk memikirkan tentang perkelahian Jiho dan Eunha. Tentang gadis yang duduk di belakangnya serta pemuda yang duduk di belakang Eunha.

Dia pasti Jeon Jungkook.

Yein tidak bisa menahan dirinya untuk terus melirik ke arah Jungkook. Melihat penampilan Jungkook, Yein jadi tidak yakin.

Masa iya, pemuda setampan, sekalem, serta memiliki sorot mata yang tajam itu disebut banci?

Yein tidak habis pikir. Dari cara pemuda itu berjalan, menatap, menulis, membaca, minum, segi mananya yang menjijikkan?

Tunggu.

Kenapa ia jadi begitu memperhatikan si Jeon Jungkook itu? Siapa Jeon Jungkook bukanlah urusannya.

"Yein? Yein? Yein?!" Panggilan Eunha membuyarkan segala hal yang sedang Yein pikirkan dalam acara melamunnya.

"Kenapa? Kok melamun?"

"Ah, tidak. Tidak ada apa-apa kok," jawabnya cepat sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah begitu. Oh iya, mau ke kantin tidak? Aku dan Jiho sedang menunggumu dari tadi."

Kembali Yein dibuat bingung. Mereka baru saja bertengkar tadi pagi. Sekarang sudah seperti tidak ada masalah. Aneh.

"Duluan saja Eunha. Aku belum selesai mencatat. Aku juga masih ada urusan. Nanti aku akan pergi ke ruang guru."

"Ya sudah tidak apa-apa. Kita akan temani kok. Ya kan, Ho?"

Jiho menggeleng kemudian mendengus, "Sudahlah. Di kelas masih banyak perempuan kok. Dia bisa pergi dengan yang lain. Yein kita duluan ya. Oke? Oke. Bye!"

Dua gadis dengan perbedaan tinggi yang tidak jauh berbeda itu melenggang pergi dengan Eunha yang ditarik cukup kasar oleh Jiho.

Brakk

Gebrakan dari meja yang berada di paling belakang membuat Yein gagal untuk melanjutkan apa yang sedang ia catat dari papan tulis.

"Heh banci! Aku lihat tugas matematika. Sekalian, kau yang salin."

Yein tau itu suara siapa.

"Kenapa hanya melihatku? Tidak terima? Cepat kerjakan!"

"Heh Yugyeom," panggil pemuda yang menurut Yein punya wajah tersangar di kelompok berandal tersebut.

Koo Junhoe maju setelah berdiri di belakang Yugyeom sedari tadi. Pemuda itu menepuk bahu Yugyeom.

"Dia bukannya tidak terima. Suka mungkin denganmu. Lihat tuh, pandangannya. Penuh cinta."

Sontak, seluruh kawanan Yugyeom tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan Seokmin sampai terjatuh saking ngakaknya.

"Aduh. Apakah Yugyeom yang memaksa terlihat hot di matamu, tuan Jeon?"

Yugyeom tersenyum miring. Tangan kirinya ia angkat untuk mengelus pipi Jungkook. Jungkook terlihat risih. Matanya menampilkan sorot kebencian yang begitu mendalam.

"Oh dia marah. Cantiknyaaa," goda Seokmin dan disambut tawa ngakak oleh Jangjun.

Beberapa makian mulai dilontarkan untuk pemuda Jeon yang kini hanya bisa terdiam di tempatnya itu. Jungkook menunduk, berusaha menahan emosi.

GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang