789 92 64
                                    

*disarankan untuk putar lagu untuk lebih menghayati silahkan... cetak miring adalah flashback oke~



Pagi yang cerah, disebuah gereja bernuansa putih berhias bunga Mawar putih cantik dan kain senada menghiasi.

Masih terlalu pagi untuk seseorang untuk beribadah. Dan terlalu ramai untuk berdoa dengan khusyuk.

Wajah yang memancarkan kebahagiaan dengan senyum yang terukir Indah.

Pakaian resmi dipakai dengan warna senada dengan hiasan, tampan dan cantik menjadi pemandangan.

Semua terduduk tanpa merapalkan doa, hanya saling bertukar kata dan melempar senyum.

Di sebuah Kamar bernuansa kuning pastel. Seorang lelaki mematut diri dengan kemeja hitam, rompi abu, dan blazer putih.

Celana senada dengan sepatu hitam menjadi pemandangan sang lelaki.

Ia bernafas tersendat, dan sesekali menerawang pada cahaya terpantul pada jendela kamar.

"Seonho-ya , kau siap?"Tanya wanita masihlah muda meski perlahan dimakan waktu.

Seonho menatap sosok ibunya dan mengangguk dengan tersenyum tipis.

"Ibu, aku gugup"Adunya dengan imut,

Sang ibu tertawa lalu memerangkap tubuh tinggi itu dengan sebuah pelukan. Menyalurkan ketenangan didalamnya.

"Ibu bangga padamu, nak."Kini bukan Sang Ibu berbicara tapi Ayah.

"Ayah--"

"Pilihlah jalanmu sendiri, Sayang."Sang Ayah menepuk Kepala Seonho lembut.

"Ibu akan merasa sepi dirumah setelah ini."

Sang ibu mengeluh dengan mata yang berkaca-kaca.

"Sudah, waktunya kita melepas Seonho. Ayo, para tamu pasti menunggu lama karena kita berlama-lama!"Seru Sang Ayah,

Tak bisa dipungkiri Ayah menahan rasa sedihnya juga harus melepas Anak kesayangannya.

Air mata terjatuh saat tubuh Ayah berbalik.

Mereka bersiap memasuki Mobil hitam berhiaskan bunga. Tak butuh waktu lama mobil melesat perlahan.

Seonho menautkan jemarinya, gugup ia rasakan. Sesekali ia menghembuskan nafasnya membuat kaca mobil tertutup rapat mengembun.

Ia menuliskan nama, nama seseorang yang merebut hatinya.

Lai Guanlin

Lalu nama itu menguap.

"Guanlin-hyung apa sudah siap?"Tanya Seonho,

Ia tak lupa membetulkan posisi dasinya, mengalihkan rasa gugupnya.

Kepala Seonho rasanya akan pecah, detak jantungnya begitu cepat. Tangannya pun berkeringat.

Namun Seonho tersenyum tipis menatap tangannya digenggam hangat oleh Ibu.

Ia memeluk tubuh Ibunya yang tak lagi seindah saat ia Sekolah Dasar.

どうして?-GuanhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang