35 Respon Terbaik

4.4K 390 36
                                    

Menolak seseorang perempuan untuk masuk dalam hidupnya merupakan salah satu keahlian terbaik Bintang. Baik dengan cara halus atau pun dengan cara yang sangat lembut Bintang selalu berhasil melakukannya dengan baik. Bukan hanya satu, dua atau tiga perempuan yang pernah di tolaknya, sebut saja mereka jika di kumpul sudah ada satu RW.

Maka untuk kali ini juga Bintang tidak akan merasa kesulitan atau tidak enakan menolak seorang Fika, apa lagi baginya jelas batasan antara dirinya dan Fika. Dia yang selama ini selalu baik kepada Fika hanya karena dia menganggap Fika sebagai keluarga, saudara Rena, cucu oma ratna. Tak ada yang lebih dari itu.

Maka siap sudah kata-kata penolakan dari Bintang yang tersusun rapih dalam benaknya, dengan begitu cepat Bintang segera ingin mengeluarkan kata-kata itu, sebelum Rena menjadi abu dengan amarahnya di depan pintu, atau sebelum badai elnino dari amarah Rena menyerang maka Bintang harus segera mengatakan nya.

Tapi belum sempat Bintang mengatakannya Rena sudah berada di sampingnya berdiri dengan tangan di lipat di depan di lengkapi dengan tatapan meremehkan

"Eh lo kalau suka sama om Bintang biasa ajah dong bilang nya, gak perlu pake nangis gitu. Cengeng lo" Sergah Rena kemudian memutar bola matanya dengan muak.

Bintang tidak percaya ini, respon yang tidak biasa dari seorang Rena Renaldy. Oh iya lupa diakan lagi amnesia. Apa dia juga lupa caranya marah? Atau dia benar-benar lupa akan dirinya yang suka marah. Sudah lah, setidaknya responnya tidak seburuk yang di pikirkan Bintang maka saatnya Bintang menghela lega.

"Lo kan tau Om Bintang sudah menikah, kok lo masih berani nyatain cinta ke dia. Masih kecil juga udah mau belajar jadi pelakor. Lap ingus dulu sana" Rena meraih tissue yang ada di meja lalu melemparkan nya kepada Fika tetap dengan ekspresi yang, meremehkan dan muak.

Bintang mengusap rambut Rena sebagai tanda dia mendukung tindakan Rena kali ini. Menurutnya berkelas, di banding biasanya dia yang seperti banteng mengamuk saat marah maka kali ini dia naik kelas. Terimakasih untuk amnesianya.

"udah yuk om, kita makan dulu, gue jadi laper menyaksikan drama pelakor" Rena menarik tangan Bintang yang tadi mengusap kepalanya untuk segera berlalu dari depan Fika

"Bukan kah aku boleh meminta apapun sebagai ganti sumsum tulang itu?" Fika masih belum selesai dengan drama nya, dia masih berusaha di sana

Rena tidak mengerti tentang apa yang sedang mereka bahas, tapi cukup membuat Rena penasaran melihat ekspresi Bintang yang mendelik, matanya membulat sempurna.

Bagaimana mungkin Bintang bisa lupa akan hal itu. Saat seluruh dunia terasa runtuh baginya, keputusasaan yang menyelimuti. Kondisi Rena yang semakin memburuk dalam coma, dan donor sumsum tulang belakang tidak ada yang cocok untuk Rena. Hanya Fika satu-satunya harapan.

Bintang terpaksa menerima donor sumsum tulang belakang dari Fika untuk Rena meskipun Bintang tau Rena tidak akan menyukai hal itu. Namun hanya itu cara untuk menyelamatkan nya saat itu, hanya itu pilihan nya. Atau membiarkan Rena menunggu lebih lama dan coma atau bahkan... Ah sudahlah yang pasti Tuhan sudah berbaik hati memberi Rena kesempatan untuk hidup kembali,

***

Flash On

"Bintang, oma mohon terimalah donor dari Fika, ini demi Rena nak" Oma Ratna meminta kepada Bintang

"tapi oma, Rena tidak akan suka dengan hal ini, dia lebih memilih mati dari pada menerima donor dari orang yang paling di bencinya di muka bumi ini"

"kita jangan memberitahukan ini ke dia, kita semua bisa merahasiakannya. asalkan Rena selamat maka lakukan lah. Oma mohon"

Bintang diam, dia telah memikirkan hal ini sebelumnya. Namun bagaimana Rena bisa menerimanya nanti. Kecuali kalau mereka semua sepakat untuk merahasiakan nya maka mungkin semua mungkin akan baik-baik saja.

"Fika siap oma mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Rena, Fika juga siap menjaga rahasia itu oma" Kata Fika yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan perawatan Rena

"terimakasih sayang, kamu sudah mau menolong saudara kamu" Oma Ratna mendekat memeluk Fika

Bintang masih tidak yakin akan solusi itu, namun untuk saat ini sepertinya hanya itu satu-satunya solusi mengingat kondisi Rena yang semakin memburuk dan dia sudah koma selama dua bulan namun belum juga ada perkembangan

"sebagai gantinya Fika boleh minta satu permintaan, apa saja oma pasti akan kabulkan" kata oma Ratna sambil memeluk Fika

"Fika tidak butuh apa-apa lagi oma, Fika sudah punya segalanya berkat oma dan kak Bintang" Jawab Fika membalas pelukan oma Ratna

Bintang menggenggam erat tangan Rena, lirih dalam hatinya "Maafkan aku Ren, aku terlalu egois menginginkan kamu hidup dan bertahan lebih lama di sampingku, maafkan aku memilih cara ini. Tolong maafkan aku"

Maka dengan sedikit harapan Rena bisa bertahan mereka melakukan operasi cangkok sumsum tulang belakang donor dari Fika

Sejenak lupakan tentang bagaimana respon Rena kelak kalau mengetahuinya, setidaknya dia masih hidup itu yang terpenting

***

"Sumsum tulang? Maksud nya apa om? " Tanya Rena, mau tidak mau dia menjadi penasaran dengan apa yang di maksud Fika

"Pikirkan lagi kak, dan aku janji akan tetap merahasiakan semuanya" oke sekarang Fika terdengar mengancam

Bintang mengepalkan erat tangannya, sekarang dia menjadi mengerti mengapa Rena begitu membenci Fika, Rena tidak salah membenci orang.

Harusnya Bintang sudah bisa menebak hal ini sejak dulu, namun saat itu Bintang hanya fokus pada Rena, pada Kesembuhan Rena. Sampai-sampai Bintang lupa akan segala kemungkinan.

Termaksud kemungkinan bahwa tidak semua orang yang bersikap baik itu benar-benar orang baik, beberapa di antaranya ada yang bertopeng kemunafikan.

Dan sekarang Fika membuka topeng nya.

***

JELAGA HATI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang