Chapter 9

1.7K 108 5
  • Didedikasikan kepada Cindy Veronica
                                    

Maaf banget jika sedikit atau gimana ya :))

Sorry! Semoga suka yaaaa:)

***

Clara

Pagi ini di awali dengan berantem dengan Bara, dia mandi lama, terus gara-gara dia gue gak jadi sarapan. Ketika semua sudah selesai, dan Reido sudah nunggu, tiba-tiba Bara lupa kalau belum ngerjakan PR dan buru-buru di kerjakan. Itu sampai nangis-nangis mengerjakannya karena Bara ketakuttan bakal di marahi sama guru. Gue merasa kasian sama adik gue.

Saat ini gue dan Reido mengantar Bara ke sekolahnya.”Gara-gara lo, bisa telat gue!”

Gue menoleh ke belakang, dan Bara menahan air matanya agar tidak tumpah. Dia mau nangis! Seharusnya gue gak marahi dia! Gue menatap Reido, dan Reido hanya mengangkat bahunya. Jahat banget gak bantuin.

“Bara, jangan nangis. Kakak cuman kesal aja tadi kok. Jangan nangis ya, itu udah sampai. Turun ya,” ujar gue lembut.

Reido menepikan mobilnya di dedepan sekolah Bara.

“GAK MAU SEKOLAH!” teriaknya dan membuat gue naik pitam.

“TURUN GAK!”

Bara menangis sejadi-jadinya di mobil Reido, ngeselin banget ni anak.

“Bara mau apa? Nanti biar kak Clara beliin,” ujar Reido.

Kenapa gak lo aja beliin, Rei?! Ini benar-benar hari yang buruk.

“Cokelat”

“Nanti kak Clara beliin. Terus bonus dari bang Rei. Mau sekolah ya?” ujar Reido sangat-sangat lembut.

Bara tersenyum lebar dan turun dari mobil. Reido melihat ke arah gue dengan tatapan ‘gue-lebih-pantas-jadi-kakak’, shit!

“Terserah. Buruan deh,” sahut gue kesal.

Reido mengendarai mobil dan menyetel radio, alunan lagu membuat gue ngantuk, dan menutup mata gue.

***

“Clara, bangun,” ujar Reido sambil menggoncang-goncang tubuh gue.

Gue tau itu Reido dari suaranya, dan gara-gara dia gue jadi kebangun, udah sampai emangnya? Gue membuka mata gue dan melihat ke luar, Reido membuka pintu dimana gue akan keluar dan semua orang melihat gue! Reido bodoh!

Gue mendorong Reido dan buru-buru berjalan masuk ke kelas. Gue masih bisa mendengar Reido mengumpat-ngumpat, salah sendiri, gue kan jadi malu di lihat sama semua murid! Gue berjalan di koridor, semua orang memperhatikan gue, ini yang paling sebel. Semoga aja tidak ada penggemar Reido, bisa-bisa gue di apa-apain sama mereka.

“Hey!” ujar seseorang menepuk bahu gue.

Gue menoleh.”Ah lo, Mon”

“Kenapa lo? Kesal amat”

Mona lo emang pengertian banget, gue terharu.”Reido tu, masa dia ngebuka pintu ketika gue lagi bobo cantik!”

“Ya elah, bobo cantik? Ngayal aja lo. Itu iler tu, lap sana lap!” teriak Mona histeris sambil menunjuk bibir gue.

Hiiih, gue malu deh. Buru-buru gue lap iler yang ada di bibir sexy gue.”Udah?”

Mona mengangguk, dan kami masuk ke kelas. Gue meletakkan tas dan duduk di bangku yang indah ini, Mona seperti biasa, baca novel. Anak ini, respek kek sedikit sama sekitar, kalau anak kebakaran, mungkin kalau dia fokus bakal kebakar.

Gue melihat kelas ini, udah beberapa hari gue di sekolah ini, ah rasanya menyenangkan ada teman di klub dan teman di kelas. Yah gue berteman dengan semuanya kok, gue kan gak milih-milih teman cielah.

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang