"Lo temannya Adit kan? Yang kemaren ulang tahun." Gue memperhatikan temannya Adit."Rupanya kamu ngenalin saya juga yah." Munir sambil tersenyum.
"Ya pasti kenal lah." Gue sambil menghapus air mata gue dari pipi gue.
"Btw lo ngapain di sini?" Munir masih berdiri menatap gue.
"Gue lagi nunggu Adit, sampe sekarang Adit gak ada kabar. Lo tahu gak Adit di mana atau kenapa?" Gue bertanya pada Munir.
"Gue juga gak tahu, soalnya semenjak ulang tahun itu dia jarang komunikasi lagi sama gue. Kalau emang lo khawatir nanti gue cari tahu."
"Terima kasih yah." Gue berdiri sambil tersenyum ke Munir.
"Tunggu! Nama lo Yuli kan yah? Gue boleh minta nomor telepon lo? Jadi kalau ada kabar gue kasih tahu lo. Munir tersenyum dan memanggil gue.
"Oh iya, ini nomor gue. Sekali lagi terima kasih banyak yah!" Gue tersenyum sambil memberi nomor telepon gue.
"Yuli....! Mau gue antar? Hujan." Munir menghampiri gue sambil membawa payung.
"Gak usah Munir! Sudah terlanjur basah. Terima kasih yah." Gue berjalan sambil meninggalkan Munir.
Adit,, Adit lo beruntung ada cewek yang setia menunggu lo.
Setelah 3 hari setelah gue lulus ujian, gue baru dapet kabar dari Munir. Ternyata Adit di rawat di rumah sakit setelah bertengkar dengan mamahnya. Setelah siuman, Adit selalu memanggil nama gue. Dan mamahnya tidak mengizinkan Adit bertemu dengan gue.
Tapi Munir inisiatif membawa gue kerumah sakit tanpa sepengetahuan mamahnya. Karana Adit berpesan ingin sekali bertemu gue.
"Tin,, tin,, tin,,Yuli....!" Munir memanggil gue.
"Siapa Yul?" Tanya Ayu ke gue.
Munir pun keluar dari mobil dan menjelaskan semua ke gue dan Ayu, gue ke rumah sakit di temani Ayu dan di antar Munir.
Setelah sampai rumah sakit, Munir bekata, Yuli duluan yang masuk ruangan, karana kalau semua masuk gak akan ada yang kasih tahu kalau mamahnya Adit datang.
"Yul lo duluan yang masuk! Gue sama teman lo tunggu di luar yah! Atau lo sama teman lo boleh masuk duluan."
"Enggak,, enggak,, biarin Yuli aja duluan biar enak gak ada yang ganggu. Karana gue ngerti Yuli pasti kangen sama Adit." Jawab Ayu.
"Ayu,, gue duluan yah!" Gue mengarah ke Ayu dan Munir.
"Iya Yul.." Munir dan Ayu tersenyum.
"Adit,, hiks,, hiks,, hiks,," gue menangis Adit berbaring sakit dan pucat.
"Sayang,," suara Adit gemetar.
"Hiks,, hiks,, hiks,, maafin aku yah baru bisa menjenguk kamu, aku sedih sayang, hiks,, hiks,, hiks,,"
"Sayang jangan nangis, maafin aku yah waktu itu gak bisa temanin kamu, sampai kamu nunggu aku lama kehujanan lagi." Adit sambil menghapus air mata gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Detik Terakhir
Teen FictionKehilangan orang kita cintai itu, memang menyedihkan bahkan orang itu sangat berarti dalam hidup kita. Jika orang itu pergi bukan untuk memberi luka,tapi karna pergi yang sudah ditakdirkannya ? Apakah aku sanggup hidup tanpa bayang - bayang sosok ya...