TITLE : FLOWER CROWN LOVE
Genre : Romance, Hurt, and more
Main Cast :
- Justin Bieber as Justin Chandler
- Lily Collins as Alyssa Grace
Words :
HEAD NOTES : Sorry for bad words, typos and another bad factors. Saya hanyalah writer alay yang belum bisa membuat cerita yang menarik. Cerita ini asli dari otak saya, tidak ada kata peng-copy-an atau apapun. Saya menemukan ide ini, ketika saya sedang pakai flower crown. Jadi, buat para readers buat review nya, bagaimana pendapat kalian dengan cerita abalers ini. Karna saya juga mempunyai dorongan dari kalian. Dan terimakasih yang selalu kasih komentar di cerita-cerita saya sebelumnya. Jangan lupa like dan komentar. Please, jangan jadi reader gelap.
--------------------
Ia melangkahkan kakinya menuju tempat ia belajar di sebuah SMU Castle, melalui lorong-lorong sekolah dengan setiap ejekan disetiap jalannya. Ia selalu mendapatkannya setiap hari. Tapi ia tidak pernah mengubris semua kata-kata murid SMU Castle. Walau terkadang hati nya terasa ditusuk samurai tajam saat ia menerima kata-kata ejekan yang ia terima. Terkadang pun ia sering meneteskan air matanya, saat ia tidak kuasa menahan rasa sakit itu. Alyssa Grace, itu namanya.
“Hayy, Princess? Kau selalu tidak melupakan hiasan kepalamu ya? Flower Crown itu selalu menempel pada kepalamu. Kau bermimpi akan menjadi seorang Princess seperti Cinderella atau Aurora atau mungkin menjadi Princess Shrek? Haha yang berbadan besar, pendek, dan berkulit hijau.” Seru seseorang, tidak tertinggal dengan tawa yang menggelegar disekitarnya. Alyssa menundukkan kepalanya, sambil kedua tangannya mengapit buku-buku fisika didepan dadanya. Nafasnya sedikit memburu, lalu ia mencoba untuk mengatur nafasnya. Kepalanya menggeleng-geleng, ‘tidak-tidak aku tidak boleh menangis’ batin nya dalam hati. Saat kakinya berjalan lebih cepat agar terhindar dari ejekan murid-murid SMU Castle, tiba-tiba satu kaki menghalang langkahnya. Ia terjatuh hingga menimbulkan bunyi. Kedua lututnya mencium lantai lorong sekolah hingga membuat memar merah disekitarnya. Ia meringis perlahan, buku-buku tebal fisika miliknya berserakan didepannya. Flower Crown yang selalu ia pakai setiap harinya dikepalanya terjatuh diatas pahanya. Tawa-tawa mereka menggelegar kembali seperti hujan deras di New York. Mata nya menyapu setiap orang yang sedang menertawakannya. Satu air hangat jatuh dari matanya, jari telunjuknya langsung mengusap air matanya dengan cepat.
“Why, Princess Grace? Lihat kau terlihat sangat cengeng. Oww, baru kuingat dia seorang Princess, yang hatinya mudah terluka. Ow-ow cup-cup.” Ujar seorang pria yang membungkukkan tubuhnya disamping Alyssa. Lantas jari-jarinya dengan bebas menyentuh dagu Alyssa. Alyssa langsung menepis tangan pria itu. Pria berambut pirang itu langsung tersentak, pria itu tidak menyangka sebelumnya jika sekarang Alyssa berbuat perlawanan kepadanya. Mata pria itu menatap Alyssa tajam, tangannya lansung menarik rambutnya yang lurus kebelakang, membuat Alyssa terdongak kebelakang. Ia meringis kesakitan saat rambutnya ditarik kebelakang dengan kencang. Satu air mata itu langsung keluar lagi dari matanya, membuat pria yang sekarang menarik rambutnya tersenyum menang.
“Sekarang kau sudah berani untuk membuat perlawanan padaku? Jika itu maumu, akan aku lakukan!” tangan kirinya terulur mengambil sebuah gunting yang berada disaku celana belakangnya. Gunting itu terjulur hendak memotong rambut Alyssa. Alyssa menggeleng-geleng kan kepalanya, berharap pria itu tidak melakukan hal buruk ini kepadanya. Ia sudah sangat menyayangi rambutnya, yang selalu ia rawat bersama Ibunya. Ia memejamkan matanya, ia tahu, ia memang selalu pantas mendapatkan ini semua. Ia hanya wanita biasa yang tidak bisa melakukan apapun. Selalu pantas mendapatkan ejekan dari murid-murid SMU Castle. Tiba-tiba ia mendengar suara pukulan yang sangat terdengar ditelinganya, ia merasakan tidak ada tarikan dari rambutnya. Kemudian ia membuka matanya dan mendapatkan pria itu jatuh tersungkur tepat disampingnya. Kepalanya langsung terdongak, dan ia mendapatkan sahabatnya semenjak ia kecil. Justin Chandler. Tangan Justin langsung meraih kerah seragam pria itu, dan mendaratkan atu pukulannya lagi, membuat memar biru itu ada disekitar pipinya.