Prolog

23.7K 1.1K 5
                                    

SMA Pelita Harapan.

Di hari senin SMA Pelita Harapan gempar dengan berita perkelahian segerombolan murid kelas XII yang berkelahi dengan seorang murid baru dari kelas X IPA 1. Ini kasus pengeroyokan pertama kali yang terjadi di SMA Pelita Harapan.

Perkelahian tersebut melibatkan sekumpulan murid kelas XII yang harus menanggung akibat dengan berdiri di tengah lapangan sesudah upacara. Semua murid SMA Pelita Harapan juga masih berada di barisan masing-masing. Karena Pak Abdullah selaku guru BP mewajibkan mereka untuk menonton para-para jagoan sekolah yang sudah berani membuat kerusuhan.

Perkelahian tersebut terjadi pada hari Sabtu setelah pulang sekolah. Penyebab terjadi perkelahian itu tidak ada yang mengetahui kecuali mereka yang terlibat. Ada sepuluh orang murid kelas XII yang sudah berdiri di tengah lapangan setelah nama mereka di panggil satu persatu.

"Mana sih murid baru yang sok jagoan itu?" tanya gadis yang memiliki rambut panjang sebahu dengan memakai hiasan pita berwarna pink soft.

"Sabar, Leta. Bentar lagi juga muncul itu orang, 'kan namanya belum di panggil," jawab sahabatnya yang bernama Aluna.

"Untuk Devan Putra Prasetya selaku murid baru yang mendadak jadi jagoan, silakan bergabung dengan kakak kelas tercinta." Suara pak Abdullah terdengar memanggil murid yang daritadi membuat Aleta penasaran.

Aleta sengaja berjinjit supaya bisa melihat adik kelas yang sudah berani melawan para senior saat dirinya baru dua minggu bersekolah di SMA Pelita Harapan. Jantung Aleta berdetak begitu cepat saat melihat musuh temannya yang bisa di bilang begitu keren, tampan, dan menawan.

Aleta mulai terpesona pada adik kelasnya, cowok yang bernama Devan itu terlihat sangat urakan dengan baju yang tidak dimasukkan ke dalam celana, rambut yang acak-acakan dan memakai sepatu warna putih padahal di sekolahnya tidak diizinkan memakai sepatu berwarna lain kecuali sepatu hitam.

Namun dengan penampilannya seperti itu membuat Devan terlihat sangat ganteng dan keren. Banyak juga murid cewek yang histeris saat Devan melangkah dengan santai dan memberikan senyum mengejek kepada seniornya yang sekarang sedang menatap tajam ke arahnya. Benar-benar tidak ada perdamaian diantara mereka.

"Woi, kok malah bengong? Lo suka ya sama dia? Emang si Devan gantengnya pakek banget lagi," ujar Dinda, sahabat Aleta yang centil dan mudah sekali untuk jatuh hati.

"Gak lah, gak usah bahas yang gak penting. Kita dengar aja apa yang pengen pak Abdullah tanya sama mereka. Penasaran juga gue sama penyebab aksi keroyokan ini."

"Kevin, Alvin, Bayu, Raja, Dimas, Riski, Fendi, Tirta, Farid, Irul, dan murid jagoan Devan. Silakan jelaskan secara rinci apa motif kalian para senior melakukan hal tidak berguna kepada murid baru ini. Tolong jelaskan kepada saya ketua OSIS." Pak Abdullah memberikan mic pada Alvin yang memang masih menjabat sebagai ketua OSIS SMA Pelita Harapan.

"Sebelumnya saya Alvin Rian Dharma selaku ketua OSIS yang sebentar lagi akan melepas jabatan sangat tidak menyesal karena pernah bergabung bersama teman saya yang lain untuk melakukan perkelahian terhadap murid baru yang gak tau diri seperti dia. Awal mula itu karena dia sudah mempermalukan teman saya yaitu Raja." Alvin mencari-cari dimana keberadaan Raja.

"Saat Raja ke kelas X IPA 1 ingin menemui gebetannya, tapi dengan kurang hajar murid baru ini menginjak tali sepatu Raja yang membuatnya tersungkur dan jatuh ke lantai. Kami yang berada di sana dan melihat kejadian seperti itu tidak bisa menerima karena adik kelas bertingkah tidak sopan kepada senior disaat dia masih junior. Kalau dia tidak di berikan pelajaran sekarang, bagaimana nasib para juniornya saat dia menjadi senior nanti. Intinya aksi keroyokan ini cuma sebagai teguran kepada dia supaya tidak semena-mena terhadap orang lain dan merasa kalau dirinya paling kuat. Itu saja terima kasih.

"Baiklah penjelasan dari Alvin sudah sangat jelas, meskipun Devan yang duluan salah tapi mereka tetap salah karena memberikan teguran dengan melakukan keroyokan bukan menasehati. Untuk itu mereka di hukum push up 50 kali, dan kalian bisa masuk kelas," ujar Pak Abdullah.

Barisan dibubarkan, beberapa murid memilih untuk ke kantin. SMA Pelita Harapan menerapkan peraturan bahwa lima belas menit setelah upacara selesai, murid masih dibebaskan untuk keluyuran di luar kelas. Hal tersebut hanya berlaku untuk hari Senin saja.

"Kasian Devan harus dihukum, seharusnya kita di sana dulu liat dia push up. Gue gak bisa bayangin pasti dia tambah keren," ujar Dinda lalu tersenyum.

"Bego banget ah cuma gara-gara ganteng lo belain? Yang perlu di kasihani itu teman seangkatan kita, gara-gara tu bocah mereka dapat hukuman," cibir Faya.

"Ya mereka juga salah sih, benar kata pak Abdullah seharusnya mereka itu kasih nasehat buka keroyokan. Kayak banci aja gak berani satu lawan satu, malu gue sebagai senior ngeliat tingkah teman seangkatan kita." Dinda memutar matanya jengah.

"Coba lo bilang kayak gitu di depan Alvin, Kevin atau Bayu. Gue yakin lo bakalan di keluarin dari kelas, atau minimal dipermalukan rame-rame." Aluna ikut bersuara.

Dinda ingin menjawab namun Aleta sudah lebih dulu bersuara. "Mau berantem atau mau makan lo berdua?" tanya Aleta yang membuat keduanya diam dan meneruskan sarapannya.

Aleta sedang fokus memakan nasi gorengnya karena memang sangat lapar sekarang. saat itulah datang empat orang yang berstatus sebagai murid X memasuki kantin dan salah satu diantara mereka adalah Devan. Aleta pun melirik ke arah cowok itu dan Devan pun tak sengaja melihat ke arah Aleta, lalu terjadilah kontak mata keduanya setelah beberapa detik, setelah itu Devan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Ada rasa berbeda saat menatap kedua bola mata tersebut. Aleta tidak tau jelas apa yang sebenarnya dia rasakan. Dia terus mengawasi kemana Devan pergi bersama ketiga teman-temannya.

Cowok itu duduk tidak jauh dari posisi Aleta berada. Kembali memakan nasi gorengnya meskipun perasaannya makin tidak karuan.

Beberapa kali Aleta terus mencuri-curi pandang menatap Devan yang sedang asik berbicara dengan teman-temannya. Setiap kali cowok itu tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, Aleta selalu berdebar.

Terasa bodoh terus seperti ini. Tidak mungkin Aleta jatuh cinta pada pandangan pertama bukan? Jikapun harus merasakan hal tersebut, Aleta tidak pernah ingin kalau orang itu adalah Devan.

Bagaimana jadinya jika dia memang jatuh cinta kepada Devan seperti ini? Sama saja seperti Aleta mengkhianati teman-temannya.

Aleta kembali menatap ke arah sana, mengamati wajah Devan secara cermat. Sialnya, cowok itu tiba-tiba menghadap ke arahnya. Devan menatap bingung ke arah Aleta, lalu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'apa'.

Deg ....


Senior & Badboy (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang