"Apa kalian ingin bersama selamanya???"
Dua pasang mata itu menatap polos ke arah pemuda di hadapan mereka. Pria itu mengulas senyum dan sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi dengan dua anak berbeda jenis itu.
"Tentu saja ayah... Rei ingin bersama Hanna selamanya..."
Jawaban polos terlontar keluar dari mulut anak laki-laki itu. Sedangkan gadis di sebelahnya pun mengangguk dengan yakinnya.
"Begitukah?? Apa Rei mau menjaga Hanna untuk papa dan mama??"
Anak laki-laki itu mengangguk mantap. Keyakinan terlihat jelas di mata besarnya. Pria itu pun kembali mengulas senyum atas jawaban yakin dari anak laki-laki nya itu.
Setiap anak selalu memiliki keinginan untuk bersama dengan teman baiknya. Bukan hanya Rei dan Hanna, bahkan hampir semua anak ingin sahabat baiknya tinggal bersamanya. Agar mereka bisa bermain tanpa harus berpisah.
Rei dan Hanna mendapatkan kesempatan ini. Kesempatan untuk bersama selamanya, sahabat selamanya. Setidaknya itulah yang mereka pikirkan.
Tapi yang di pikirkan kedua orang tua mereka lebih dari itu. Anak anak ini akan dimasukkan dalam ikatan yang bahkan samasekali tidak dimengerti oleh keduanya. ikatan yang akan menyiksa mereka beberapa tahun setelahnya. Ikatan itu....
Pernikahan.
Hari itu, 25 desember kedua mempelai melangsungkan pernikahan mereka. Dihadiri pihak keluarga sebagai saksi. Sampai kini tidak ada yang tahu kenapa pernikahan itu dilangsungkan. Apakah itu diterima atau tidak? Pernikahan antara dua anak yang bahkan tidak mengerti arti pernikahan sesungguhnya. Mereka hanya berdiri di tempat yang di minta, mengenakan pakaian yang di minta, mengucapkan kata kata yang di minta semua orang pada mereka.
Rei tidak begitu memperdulikan hal itu, begitu pun Hanna. Mereka bisa tinggal bersama, tumbuh besar bersama, sekolah bersama, dan itu cukup bagi mereka. Setelah resepsi pernikahan tertutup itu selesai tidak ada satupun yang berubah dari keduanya. Kenyataannya sama saja, bagi Rei maupun Hanna mereka tetap sahabat baik dan akan terus begitu selamanya.
♡
●
♡
●
♡
✩✩ 8 tahun kemudian ✩✩Hembusan angin yang menerpa wajahnya sama sekali tidak mengganggu pria remaja yang sedang mengistirahatkan dirinya di bawah pohon rindang ini. Siang hari memang waktu yang pas untuk tidur. Setidaknya begitulah seharusnya jika saja dia tidak tidur di jam pelajaran. Ah, tidak perlu dipikirkan. Dia sudah terbiasa melakukan ini setiap kali dia bosan dengan pelajaran di kelasnya. Tidak ada yang bisa menghalanginya menikmati tidur siang nya kecuali,...
"Rei...!! Jam berapa ini!? Kenapa malah tidur disini...!!?"
Suara nyaring yang hampir setiap saat dia dengar itu. Rei membuka matanya dengan malas. Menatap kosong ke rindang daun pohon diatasnya. Sedangkan suara nyaring itu berganti dengan langkah kaki tidak sabaran menuju kearahnya. Seorang gadis muda 3 tahun dibawahnya dengan enaknya duduk di perut pemuda itu.
"Bhaks...!! Hanna aku tidak bisa bernafas..!"
Tentu Rei terkejut dengan serangan dadakan itu, Hanna menampakkan ekspresi kesalnya pada pria yang ia duduki ini. Tanpa merubah posisinya ia menatap Rei seakan ingin menerkam nya.
"Bodoh..!! Kenapa malah tidur disini?? Masuk ke kelasmu sana..!"
Rei diam sejenak, gadis ini memang sangat cerewet. Dibanding teman, Hanna lebih mirip dengan jam weker/? Di meja belajar nya. Setidaknya jam itu tidak akan berdering nyaring setiap saat. Bukan, Hanna lebih mirip dengan jam rusak. Benar! Rei mengangguk sendiri mengiyakan ekspektasi nya itu.
"Kau sendiri kenapa disini?? Bukannya harusnya kau di kelas??"
Hanna berfikir sejenak mencari jawaban. bukannya membolos, dia hanya merasa harus keluar dari kelas karna sebuah alasan yang entah itu apa. Bosan mungkin, eh/? Itu sama saja membolos kan? Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut gadis itu membuat Rei mengulas seringai kecil. Sama seperti dirinya, Hanna tipe orang yang mudah bosan apalagi soal pelajaran. Walaupun gadis itu terlalu malu mengakui nya.
"Aku hanya ingin ke toilet tadi..! Sudah kembali ke kelas mu sana..!"
Hanna bangkit dan berusaha pergi untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari pemuda itu. Tapi rencana nya gagal karna Rei sendiri berhasil menangkap tangan gadis itu sebelum Hanna melangkahkan kaki untuk pergi.
"Sudahlah aku tau kau bosan... temani aku disini ya...."
Mereka selalu saling memahami, Hanna sendiri tidak begitu canggung untuk menunjukkan dirinya apa adanya pada pria ini. Dengan sedikit rona merah di pipinya Hanna mendudukkan dirinya di sebelah Rei yang sudah mengubah posisi nya menjadi duduk bersandar di pohon besar itu.
"Hanya kali ini saja ya..!"
Rei tersenyum dan mengangguk, kemudian membaringkan tubuhnya kembali diatas hamparan rumput hijau itu. Memejamkan matanya sejenak dan merasakan gerakan di sebelahnya. Sesuai dugaan Hanna mengikuti jejaknya dengan berbaring di sebelah pemuda itu.
"Sebentar lagi aku lulus... kau harus punya teman Hanna..."
Rei tidak membuka matanya tapi dia yakin Hanna sedang menatap nya. Ya, tinggal setengah tahun lagi sampai Rei dinyatakan lulus dari SMA ini. Sedangkan Hanna baru saja masuk ke sekolah yang sama dengannya. Perbedaan umur yang membuat mereka tidak bisa berada di kelas yang sama.
Hanna menghela nafasnya dengan berat. Kecewa karna tidak bisa selalu bersama Rei di sekolah seperti dulu. Sekarang usia mereka menginjak remaja. Rei 17 dan Hanna 15 tahun. Persahabatan mereka sudah berlangsung lama begitupula dengan pernikahan mereka. Tidak ada yang tahu soal itu, Hanna dan Rei pun hanya menganggap pernikahan itu sebagai permainan saat mereka masih anak anak. Apa Kenyataan nya se sederhana itu?
"Aku tidak tahu.... SMA tempat yang sulit mencari teman Rei.. tidak ada yang benar benar ingin berteman kalau bukan karna kebutuhan..."
Rei mengulas senyum mendengar jawaban itu. SMA, tempat dimana pertemanan diukur dengan berguna atau tidaknya kita di mata orang lain. Rei selalu melindungi Hanna dari kejamnya pertemanan itu. Tapi kali ini tidak bisa. Tentu cepat atau lambat Hanna harus menghadapi semua itu sendiri. Matanya terbuka dan sedikit melirik kearah gadis di sebelahnya.
"Kalau begitu jadilah seperti mereka Hanna..."
Hanna menautkan alisnya sejenak, jadilah seperti mereka? Hanna tidak pernah tau kalau membalas orang jahat adalah dengan jadi jahat juga. Rei sangat melindungi Hanna dari semua kebusukan dunia. Busuk, Hanna tidak pernah sedikitpun melihat kekejaman orang orang pada dirinya atau Rei sendiri. Kenapa? Karna Rei lah yang menerima semuanya. Dia sendiri juga yang berfikir keras cara membalasnya. Hal itu membuat Rei jadi sama busuknya dengan mereka.
"Maksudmu...??"
Rei memutar tubuhnya dan tengkurap di sebelah Hanna. Dan gadis itu mengikuti nya. Mereka saling berhadapan sekarang. Keheningan sejenak mengisi ruang kosong diantara mereka. Hanna menatap Rei menunggu jawaban. Sedangkan pemuda itu mengulas seringai kecil di wajahnya. Ini bukan hal baru bagi Hanna tapi kali ini seringai itu terasa menyeramkan.
"Ingatlah... untuk membalas kejahatan orang.. jadilah lebih jahat darinya... dengan begitu kau pemenangnya Hanna... dunia ini tidak hanya terbagi antara siapa yang baik dan siapa yang jahat, tapi siapa yang bisa lebih jahat dari orang jahat lainnya..."
Hanna mendengarkan setiap kata kata Rei. Dia tidak mengerti tapi mencoba mengerti. Kedua tangannya di sentuh dan di genggam oleh tangan besar dan hangat milik Rei. Pria itu menatapnya seakan meyakinkan padanya.
"Tenanglah... aku tidak akan membiarkanmu menjadi busuk seperti dunia ini... kalaupun harus biar aku saja yang busuk..."
Hanna sama sekali tidak mengerti, tapi dia akan terus mengingat kata kata itu. Dibalik kekejaman dunia ini, ada satu bunga yang harus dilindungi. Dan pelindungnya bersedia menjadi lebih kejam dari dunia untuk bisa melindunginya. Itulah yang dilakukan Rei sekarang. Benar atau tidak yang dia lakukan, Rei hanya ingin Hanna tetap suci dari dunia. Bahkan walaupun harus menghancurkan dirinya sekalipun.
"Aku akan melindungimu seperti perisai.. Hanna.."
Bersambung..... ^0^
{Aku tidak akan melepaskan mu..!!// ini bukan sekedar hubungan...// selamat hari jadi..!// apa!?}
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding (Saat hubungan menjadi pertanyaan)
RomancePernikahan adalah hal yang sangat sakral, termasuk saat yang sangat membahagiakan terutama bagi kedua mempelai. Pernikahan adalah penyatuan dua orang, dua kepribadian, dua keluarga, dua hati dan dua jiwa. Pernikahan itu sendiri merupakan bentuk dari...