6

745 43 0
                                    

Sesampainya di rumah Abel, Dimas langsung pamit pulang.

Dimas memarkirkan motornya dihalaman rumahnya. Ia masuk ke dalam rumahnya, yang bisa dibilang cukup mewah.

Saat melewati ruang tamu, terdapat seorang lelaki yang sedang sibuk dengan laptopnya langsung menyadari kepulangan Dimas.
"Dari mana kamu?" Tanya lelaki itu
Pertanyaan itu membuat langkah Dimas untuk menaiki tangga pun terhenti sejenak, namun langsung melanjutkan kembali langkahnya tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan lelaki tadi.
"Dimas, papa nanya sama kamu!" Ucap nya geram
"Apa peduli papa? Bukannya papa cuma peduli sama kerjaan papa?" ucap Dimas sinis
"Dimas!" Ucap papa nya membentak Dimas
Ya. Ia adalah papa nya. Namun Dimas mengacuhkan papa nya dan langsung masuk ke kamarnya. Hubungan Dimas dengan papa nya memang renggang semenjak kepergian ibunya 2 tahun lalu.

Dimas duduk di tepi kasurnya sambil menatap ke arah jendela. Tiba-tiba ia memikirkan ucapan Abel tadi. Sepertinya benar, bahwa tidak semua masalah bisa kita pendam sendiri. Ada saatnya kita membutuhkan seseorang untuk mendengarkan keluh kesah kita, mensupport kita dalam keadaan apapun. Namun, kita juga harus hati-hati untuk percaya dengan seseorang. Karena tidak semua orang itu baik. Mungkin ada yang di depan kita mereka bersikap baik, tapi ternyata dibelakang kita mereka malah sebaliknya.

Dimas pernah mengalami itu semua, maka dari itu ia sekarang lebih tertutup terhadap orang-orang disekitarnya. Karena ia takut kejadian di masa lalu nya kembali terulang. Tapi entah mengapa ia merasa percaya kepada Abel, padahal ia baru mengenalnya.

Ponsel Dimas berdering terus menerus dan memunculkan room chat. Jika sudah begini Dimas sudah menduga pasti teman-temannya.

Panji : woy ada tugas ga besok?

Bayu : ga ada. Ganggu aja lo, lg seru main ML nih

Panji : ML mulu kerjaan lo, gimana mau dapet pacar hahahah

Bayu : emang lo udah? Hahh

Panji : belom si :D eh btw dimas mana nih

Bayu : panggil aja 3x nanti juga muncul

Panji : Dimas, dimas, dimas

Dimas : berisik

Bayu : tuh kan muncul hahah

Panji : tadi kemana lo Dim ga ikut kita main?

Dimas : pergi sm Abel

Bayu : wah wah wah kayanya ada yg lagi pdkt nih

Panji : bau bau pajak jadian nih

Dimas : ngaco lo pada

Bayu : cieee kan cieeee pdkt sama Abel

Panji : kayanya omongan gue yang kmrn dikantin bakal jadi kenyataan nih

Bayu : ngaku aja si dim, kalian cocok ko

Dimas mulai malas menanggapi teman-temannya, ia langsung melempar ponselnya ke kasur. Ia pun merebahkan tubuhnya di kasur king size tersebut.

-oOo-

Alunan musik yang diputar dalam ponsel Abel membuat dirinya ikut bernyanyi. Ditemani hembusan angin malam yang cukup dingin. Ya, saat ini Abel sedang berada di balkon kamarnya. Duduk sambil mendengarkan musik dengan headset yang menyumpal telinganya dan pandangannya mengarah pada langit malam yang dihiasi bintang-bintang.

Dering ponsel Abel yang menandakan panggilan masuk membuat Abel tersadar dari lamunannya. Namun yang muncul adalah nomor yang tidak dikenal. Abel hanya mengacuhkannya, sebab ia tidak pernah mengangkat telepon dari nomor yang tidak dikenalnya.

Dering ponsel Abel berbunyi lagi tapi bukan panggilan masuk, melainkan pesan yang diterima.

082165xxxxx : angkat, gue Dimas

Abel terkejut serta bingung. Dari mana Dimas mendapatkan nomornya. Tak lama dering telepon Abel berbunyi lagi. Ya, itu Dimas. Tanpa pikir panjang Abel pun langsung mengangkatnya.

"Hallo dim?"

"Hm, save ya"

"Oke. Btw lu tau kontak gue dari mana?"

"Gita"

"Oh gitu, oh iya trus ada apa nelpon dim? Tumben"

Dimas tak menjawab

"Dim?"

"Ternyata omongan lo bener"

"Hah? Yang mana deh?"

"Dasar pikun"

"Hehehe"

"Ga semua masalah bisa kita pendam sendiri"

"Oh yang itu. Emang lo ada masalah apa?"

"Belum saatnya gue ceritain"

"Yaudah kalo gitu, gue ga akan maksa lo. Tapi kalo suatu saat lo butuh temen curhat, gue siap buat dengerin lo ko"

"Thanks"

Mereka terdiam sejenak

"Besok gue jemput"

"Ha?"

"Lo ga tuli kan?" Tanya Dimas dingin

"Ish nyebelin lo, gue cuma kaget aja. Abisnya kemaren-kemaren waktu gue minta tebengan gaboleh, eh malah sekarang ngajak bareng. Dasar abg labil lo" ledek Abel

"Bawel"

kata terakhir Dimas sebelum dia memutuskan panggilannya.

Haiiiii apa kabar? Maaf ya lama ga ngepost ceritanya. Soalnya kemarin sibuk buat UN hehe.
Semoga kalian suka yaa

Ice PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang