Carelessness

11 9 0
                                    

Beberapa di antara pengunjung meledak secara harafiah. Dan dari situ mereka mengetahui kalo Spair ikut berlari mengecoh mereka. Zizar mencoba menginstruksikan agar para pengunjung melupakan kejadian yang baru saja mereka alami. Sementara itu, Vedna bermain-main dengan menggerakan tubuh Kirfa seenaknya. Zizar melepaskan mantranya, semuanya kembali berjalan normal dengan sebagian besar tubuh mereka berlumuran darah segar. Kirfa juga sadar dan secara refleks langsung memukul tangan Vedna yang tengah memegang hidungnya.

“Tidak bisakah kau membiarkanku bersenang-senang lebih lama?” gerutu Vedna pada Zizar.

Kemudian Zizar teringat dengan perkataan Orgo tentang sebuah titik tempat yang menjadi pusat pergerakan para Spair. Zizar pun mengajak teman-temannya menuju ke titik itu. Vedna masih terlihat santai lalu tertawa kecil.

“Untuk apa repot-repot mencari?” Ucapan Vedna itu cukup untuk membuat teman-temannya menoleh heran. “Apakah kalian tidak melihatnya? Pria bercelana boxer pantai datang darimana?” Tanya Vedna santai sembari mengacungkan jari telunjuknya kearah sebuah goa di ujung pantai. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung berlari meninggalkan Vedna yang berdiri santai.

“Apakah kalian suka dengan bau ini? Ayo kembali ke air dan bersihkan badan kalian!” Gerutu Vedna. Tidak ada yang menghiraukannya, semua tetap berlari. Tak ada pilihan lain, Vedna pasrah meski harus menahan bau amis di tubuhnya lebih lama dan mengikuti teman-temannya pergi.

Akhirnya mereka sampai di sebuah mulut goa yang besar. Mereka mulai waspada. Mengikuti cara Spair yang mereka temui sebelumnya dengan cara berbaur, mereka berhasil masuk. Udara agak pengap di dalam goa. Seperti koloni semut yang tengah membangun sarang, para Spair berkumpul dan melakukan sesuatu sesuai tugasnya masing-masing. Terdapat rasa kagum melihat mereka bergotong-royong. Namun mereka tak bisa berhenti sejenak hanya untuk mengagumi apa yang mereka lihat dan melupakan tujuan awal mereka.  .

Zizar, Vedna, Orgo, dan Kirfa mengikuti arah para Spair bergerak. Terdapat sesuatu yang bersinar dari dalam, tak jelas apa bentuknya. Cahaya berwarna toska temaram memenuhi isi goa. Para Nevra memasuki goa lebih dalam, menuju kearah cahaya. Sayang, belum sempat melihat sang sumber, mereka terdorong keluar oleh rombongan Spair yang tiba-tiba saja bergerak ke arah yang berlawanan. Setibanya di luar goa, lagi-lagi mereka kehilangan salah satu dari mereka. Orgo menggeram kesal.

“KEMANA LAGI SI BODOH ITU?!” Zizar hanya dapat menghela nafas karena tingkah partnernya. Orgo yang merasa sangat kesal mengacak-acak rambut sendiri kemudian melompat-lompat. Panik dengan tingkah Orgo, Zizar memanfaatkan kekuatannya untuk membuat Orgo lebih tenang.

Dengan lebih berhati-hati, ketiganya kembali masuk ke dalam goa. Beberapa Spair mulai memperhatikan gerak-gerik mereka, namun tak satupun dari mereka yang langsung menyerang. Sebatas melihat, berprasangka kemudian berlalu tanpa tindakan lebih lanjut. Mereka aman sampai ke titik di mana mereka terkagum dengan cahaya sebelumnya. Namun mereka masih belum menemukan sosok yang mereka cari. Zizar menyarankan agar mereka masuk lebih dalam karena ia tau kalau partnernya itu adalah sosok Nevra yang tidak bisa diam. Orgo dan Kirfa setuju dengan saran Zizar, mereka mengambil resiko yang lebih rumit karena bisa saja mereka ketahuan dan berurusan dengan ratusan Spair yang ada di dalam goa tersebut. Udara makin lembab saat mereka mulai memasuki lorong yang lebih sempit. Semakin dalam cahaya toska temaram yang mereka lihat dari luar sebelumnya semakin terang memenuhi lorong.

Tak lama mereka sampai di sebuah tempat di dalam lorong goa, semacam labirin kecil dengan dinding lembab dan cahaya toska yang memenuhi ruangan. Terdapat beberapa lorong lain yang cukup untuk membuat mereka bingung. Beberapa Spair berlalu-lalang di salah satu lorong secara bergantian. Melihat itu, Kirfa pun menjelaskan apa yang dia pikirkan.

“Apa yang kita pikirkan sekarang?” tanya Kirfa tiba-tiba. “Kita tentu akan memilih jalur yang paling jarang dilalui para Spair karena kemungkinan untuk tertangkap lebih kecil.” Orgo dan Zizar memperhatikan Kirfa, menunggu kelanjutan tentang penjelasan Kirfa. “Vedna menyukai tantangan, bukan? Belum lagi, seperti yang kalian tau apa yang Vedna pikirkan selalu berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan dengan otak normal?” Jelas Kirfa panjang lebar. Zizar mengangguk, mengiyakan ucapan Kirfa. Mereka mengerti dan langsung berlari ke jalur yang paling ramai di lewati oleh para Spair.

Disaat tengah bergerak maju kedalam lorong, lagi-lagi mereka terdorong karena banyaknya Spair yang berjalan di belakang mereka. Namun, yang berbeda kali ini adalah arah mereka terdorong yang malah memasuki goa lebih dalam. Kerumunan berhenti di satu titik, para Nevra yang penasaran mencoba menembus kerumunan Spair yang ada di depan mereka tengah memasang kuda-kuda untuk menyerang. Akhirnya sosok yang mereka cari, terlihat di tempat dan suasana yang tidak mereka harapkan. Vedna terlihat berlumuran darah segar dengan tingkah khasnya yang santai dan tidak bisa diam. Tanpa berpikir panjang, Orgo dan Zizar terlebih dahulu mendekati Vedna dan ikut mengambil posisi.

“Tidak bisakah kau tidak membuat masalah sekali saja?” Gumam Kirfa sebelum akhirnya ikut mengejar kedua temannya untuk membantu Vedna.

Keempat Nevra itu kini dalam posisi terkepung dan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan karena satu kesalahan kecil bisa membuat mereka kehilangan informasi yang begitu berharga dari para Spair.

NevereverlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang