Happy readingDinda melangkahkan kakinya lesu saat berangkat ke sekolah. Ban sepedanya bocor jadi dia memutuskan untuk naik angkot saja. Sebenarnya dia sudah menghubungi Randy dan Nindi. Akan tetapi, Randy bilang dia tidak bisa menjemputnya karena ada rapat OSIS. Nindi tidak bisa menjemput Dinda karena dia sudah berada di sekolah sebab dia sedang ada piket jadi berangkat lebih awal.
Hari yang sangat sial bagi Dinda. Bagaimana tidak, seragam yang disetrika sangat rapi oleh Dinda harus ternoda oleh cipratan motor seseorang yang tidak bertanggung jawab. Tak hanya itu, dia juga harus berlari mengejar angkot yang terlanjur lewat dan dia tidak mengetahui saat sibuk membersihkan seragamnya.
Akhirnya Dinda melewati awal harinya yang sial itu. Ia turun dari angkot dan berjalan menuju gerbang sekolah.
Langkah Dinda terhenti sejenak. Seperti hari sebelumnya, ia melihat Clara dan Dylan berangkat bersama. Tak hanya itu, Dylan juga membukakan pintu mobil untuk Clara.
Clara keluar dari mobil dan memberikan senyuman manis kepada Dylan. Hati Dinda menjadi tak karuan melihat adegan romantis seperti di drama-drama korea yang sering ditontonnya.
Dengan lemas, Dinda melanjutkan langkahnya dan berjalan di sepanjang koridor sekolah. Tiba-tiba seseorang dari belakang memanggil namanya.
"Dinda....tungguin!" Dinda menoleh ke belakang dan terkejut bahwa yang memanggilnya adalah Clara. Di sampingnya juga ada Dylan yang tak kalah kagetnya dengan Dinda.
Dinda berusaha menguasai dirinya agar terlihat biasa saja dihadapan Clara dan Dylan. Padahal, tentu saja hatinya sedang tidak biasa. Apalagi dengan baju seragamnya yang terkena cipratan air saat di jalan membuatnya sangat malu. Dia berusaha tersenyum,"Eh Ra..ayo kita ke kelas bareng." Dinda berusaha ramah pada Clara.
Clara mengangguk senang."Oke. Dylan, Clara ke kelas dulu ya...kamu juga cepetan masuk, ntar lagi udah bel lho," Dylan mengangguk dan melirik sebentar ke arah Dinda.
Clara dan Dinda beranjak dari tempat itu untuk menuju ruang kelasnya.
"Din, sorry ya gue nggak bisa bareng loe tadi. Loe tau sendiri kan hari ini gue ada piket jadi gue berangkat pagi, pas loe kirim WA gue udah nyampe sini. Eh, tuh baju loe kenapa?" Tanya Nindi penasaran dan menunjuk ke arah baju seragam Dinda.
Dinda melirik ke arah bajunya sendiri. "Gue duduk dulu deh, pala gue masih pusing. Jet leg!" kata Dinda seraya duduk di bangkunya.
"Jet leg? Loe naik pesawat ke sekolah?"
"Naik angkot yang supirnya nggak tahu aturan main selap selip seenaknya. Pala gue ampe kejedot nih." Kesal Dinda dan memegang kepalanya.
Nindi terkekeh, "iya, terus kenapa tuh baju loe bisa kotor gitu?" tanya Nindi karena masih penasaran dan sedikit merasa bersalah karena tidak bisa menjemput Dinda.
"Baju gue kena cipratan air sama pengendara motor nggak jelas," ketus Dinda saat mengingat kejadian tadi pagi yang membuatnya sangat kesal.
Nindi seketika tertawa membayangkan Dinda. "Kasian banget sih adek ipar gue. Yaudah ntar ke kantin gue traktir deh biar keselnya ilang." Nindi mengacak rambut Dinda.
"Ih jangan diacak rambut gue." Dinda memanyunkan bibirnya. "Tapi bener ya loe nanti traktir gue?"
"Iya. Tapi syaratnya loe harus sampaiin salam gue ke calon imam."
Dinda mengernyitkan dahi. "Calon imam?"
"Kak Alan kan calon imam gue, yang kalau udah jadi suami gue dia yang bakal ngimamin pas kita sholat berjamaah nanti. Dan gue bakal jadi makmumnya." Nindi mulai berimajinasi liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You [On Going]
Teen Fiction[Belum revisi] Pernahkah kamu suka sama seseorang tapi jatuh cinta dan berakhir sama orang lain? Berawal dari ketidaksengajaan membawa Adinda Putri, siswa kelas X pada cinta sejatinya. Ikuti kisahnya.