Part 2

18 1 4
                                    


Happy reading...

***

Membuka kulkas dan menghembuskan nafas pasrah. persediaan bahan bahan untuk di masak tidak ada, hanya terdapat beberapa lapis roti saja.
Sekarang pukul 06.00 pagi, dua jam lagi kelas di mulai.

Sebaiknya aku berangkat sekarang, makan nanti di kantin saja.

Ku ambil tas ransel di kamar yang sudah terdapat buku, laptop dan juga barang pribadi milikku.

Setelah mengunci pintu apartemen lekas ku berangkat kuliah dengan berjalan kaki. Mungkin jam seperti ini universitas tempat ku belajar belum buka, tapi dengan jalan kaki bisa mengulur waktu dan menambah semangat untuk pagi hari ini walau perut sudah mulai berdemo.

Padahal aku bisa saja beli makanan saji sekarang, tapi rasa nya ingin makan di kantin nanti.

Mengedarkan pandangan kesegala arah, banyak orang yang berlalu lalang dengan mobil, sepeda, motor dan jalan kaki. Terlihat dari seragam mereka yang anak sekolah dan kantoran atau para pekerja, ini masih pagi jadi wajar saja banyak sekali orang yang berlalu lalang. Ada juga yang menikmati pagi hari dengan olahraga dan bersantai santai di tepi sungai sebelah jalan raya yang memang benar benar indah dan menyegarkan mata pada pagi hari ini. Ada sesuatu hal yang tak ku ketahui menabrak tubuh ku sampai terpental jauh dari tempat ku tadi.

Rasanya sakit, sangat sakit. Ku bisa merasakan darah mengalir di pelipis ku, semuanya hampir buram dan yang ku lihat terakhir kali nya adalah segerombolan orang menghampiri ku hingga aku benar benar tidak bisa melihat apa pun, gelap.

***

Menyesuaikan cahaya pada ruangan yang entah aku berada dimana.

Ku edarkan pandangan pada ruangan putih, aku tau ini pasti di rumah sakit. Kepala ku di perban saat ku merasakan berdenyut di kepala ku dan jarum infus terdapat di tangan sebelah kiri ku.

'siapa yang membawa ku kesini? ' batin ku

Cklek....

Pintu terbuka dan seorang lelaki masuk kedalam ruangan dengan membawa nampan berisi makanan yang biasa nya untuk para pasien.

Ia tersenyum melihat ku, menghampiri ku dan meletakkan nampan tersebut di atas meja di sebelahku.

"Hai" ucap nya yang masih dengan senyumannya, ku akui senyuman nya begitu menawan tapi ada sepenggal pikiran jika bisa saja orang ini mempunyai niat buruk.

Aku tak menjawab, hanya menatap nya saja.

"Untuk kejadian tadi, aku minta maaf. Aku tidak tau jika ada kau di trotoar tadi. Kejadian tadi sebenarnya aku kehilangan kendali hingga mobil ku hilang arah dan menabrak mu. Aku tidak sengaja, sungguh. Kau tenang saja, biaya rumah sakit sudah ku atur untuk permintaan maaf ku juga" aku tau ia merasa bersalah, kentara sekali di wajah nya jika ia benar benar merasa bersalah atas kejadian tadi, sebenarnya aku juga tak enak hati jika begini.

"Tidak apa apa. Toh semuanya sudah terjadi, aku juga sudah memaafkan mu. Untuk biaya, aku mengucapkan terimakasih. " ucapku dengan senyuman yang terukir di bibirku. Ia pun ikut tersenyum, aku bisa melihat jika ia sudah lega atas ucapan ku tadi.

"Namaku Bennzu" ia mengulurkan tangannya dan di sambut oleh ku.

"Nadya"

"Tunggu dulu" sergah ku saat kami sudah melepaskan jabat tangan.

"Kau bisa berbahasa indonesia, aku baru menyadari itu" ucap ku.

"Aku memang bisa berbahasa indonesia, dan iya yah aku juga baru menyadari jika tadi kita berbicara menggunakan bahasa indonesia. " ucap nya dengan nada antusias nya yang kentara.

Selepas itu Kami mengobrol dengan akrab meski baru kenal beberapa menit yang lalu, hobi, kesukaan dan lain lain tentang diri kami masing masing tapi hanya sekedar itu saja dan tidak mungkin kami menceritakan tentang hal pribadi kami. Ada rasa yang tak ku takuti seperti ia hanya seorang penipu atau penjahat, tapi aku merasa nyaman untuk dengan dirinya walau kami baru berteman.

Beberapa lama saat kami mengobrol, suara tak mengenakan terdengar muncul dari perut ku. Ya aku lapar. Aku hanya tersenyum malu, sangat malu malahan. Ia hanya tersenyum dan mengambil makanan yang ia bawa tadi diatas nakas.

Makanan tersebut adalah bubur dan beberapa sup yang tersedia dengan pastinya akan kebersihan nya. Ia hanya mengambil bubur untuk ku.

Dan aku hanya menggeleng, aku berkata jika aku ingin makan sup saja. Lalu ia menaruh kembali buburnya dan mengambil sup jagung beserta daging ayam yang terpotong dengan sangat kecil.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, ku ambil sup tersebut dan memakannya. Enak, dari dulu aku sangat suka sup.

Ia hanya memerhatikan ku yang sedang makan terlihat dari sudut mata ku.

***

Thanks for reading 😊

-A/N

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang