Rejendra Mars Wibawa
🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞🌞
SEMBIRAT kuning mentari tak tampak pada pagi ini, sama seperti isi hati Mars. Tidak pernah ada cahaya di dalam hatinya saat dia ingat bahwa kenyataan tidak akan menyatukan dirinya dan Rain.
*tok tok tok*
"siapa?". tanya Mars yang menghadap ke balkon kamarnya.
"ini bunda, bunda masuk ya?". ucap bunda dari balik pintu.
Tak ada jawaban dari Mars, matanya masih tertuju pada langit yang kelabu, seperti hati dan fikirannya sekarang. Fikirannya masih tertuju kepada wanita yang dia cintai, yaitu sahabatnya sendiri.
"sayang, mau sampe kapan kamu ngeliat langit? Lagian kamu liatin itu langit ga bakal cerah ko, orang sekarang lagi musim hujan." wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu mendekati anaknya untuk segera pergi sekolah.
"iya ya bun. Ngapain Mars liat langit yang lagi kelam begini..-" Mars diam untuk sesaat.
"tapi bun Mars iri sama bumi, bumi bisa merasakan hujan tanpa harus merasakan sakit, sedangkan Mars? Mungkin langit ga mau ya mah Mars bahagia". lianna tau maksud dari perkataan anak laki-laki nya ini, lianna hanya terdiam dan dia hanya merapihkan poni sang anak yang berantakan.
Tak ingin lama - lama melihat anaknya sedih lianna langsung menarik anaknya itu ke bawah untuk sarapan pagi bersama di ruang makan.
"lama banget sih lu Mars, udah tau tradisi nih keluarga kalau mau sarapan harus bareng - bareng, udah laper banget ini. Cacing yang ada di perut udah demo". Mars hanya bisa membuang nafas gusar mendengar ocehan dari sang kaka.
"iya sorry, gw abis beresin buku-buku gw" andres mengerut kan alis dan kening nya saat mendengar perkataan adik laki-laki nya itu.
"sejak kapan lu rajin baca buku? Terus gw semalem ke kamar lu ga ada buku yang berserakan?" ucap andres mengintimidasi.
"ya udah sih lu ribet ama---". "udah - udah kalo kalian ngomong mulu bakal telat lo. Kamu juga mas katanya laper tapi malah ngintrogasi mars" Mars hanya bisa bernafas lega saat mamah nya menyela perkataan nya. Entah jika mamah nya tidak menyela perkataannya mungkin sekarang mars sedang mati kutu mencari alasan.
Mars yang sudah selesai sarapan pamit ke mamah dan ayah nya untuk pergi sekolah. Mars berjalan santai ke arah garasi. Mars memakai helm nya dan membawa motor clasic kesayangannya dengan kecepatan sedang.
"ok Mars waktunya berganti muka! " ucapnya saat gerbang sekolah sudah kelihatan.
" pagi pak bowo! Udah mangkal aja, belum jam 07.15 pak, santai aja" pak bowo yang mendengar kan perkataan Mars hanya tertawa di sertai gelengan kepala. Mars melihat sosok wanita yang iya suka sejak 5 tahun yang lalu sampai sekarang. Ahh.. Wanita itu selalu cantik saat tersenyum, tapi Mars tau bahwa senyumnya yang indah dan cantik itu bukan untuknya. Mars diam dan mencoba untuk sebaik mungkin menutupi apa yang dia rasakan.
"PAGI HUJAN KUU! Masih pagi udah ngapel aja". ucap Mars sambil menyeringai ke Bumi gebetan Rain.
Bumi hanya tersenyum sinis melihat Mars. "yaudah Rain aku duluan ke kelas, hati - hati ya. PACAR". Bumi sengaja menekan kata pacar di depan Mars, dan betul Mars hanya mematung saat mendengar perkataan itu. Sedangkan wanita yang di samping nya sedang tersipu malu. Mars yang tidak bisa menahan emosinya pun menyerbu dengan banyak nya pertanyaan.
"lo pacaran sama dia? "
"hehehe iya" jawabannya cengengesan.
"dan lo masih bisa ketawa? " ok Mars sudah naik pita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAD BOY
Teen Fiction"Dari perasaan ini gw belajar. Gw belajar kalo ga semua perasaan bisa di balas dengan perasaan. Dan dari perasaan ini juga gw ngerti kalau IKHLAS adalah sesuatu yang penting ketika apa yang kita perjuangkan tidak pemperdulikannya." Mars. HAPPY READ...