Seorang gadis berambut panjang tengah berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Gadis itu berjalan sambil membaca buku novel, tak lupa earphone yang menggantung di kedua telinganya. Ia menaiki tangga dan berjalan menuju kelas yang paling pojok, kelas XI IPA 7.
"Masih sepi," ujar gadis itu saat melihat belum ada satupun teman kelasnya yang datang, ia pun berjalan menuju meja yang sering ia tempati.
Jam masih menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit, namun gadis itu sudah datang, salah satu tipikal murid rajin. Untuk melawan rasa bosan, ia terus membaca dan mendengarkan lagu yang mengalun indah di telinganya. Satu per satu teman kelasnya pun berdatangan, membuat kelas semakin lama semakin berisik, yang tentu saja mengganggu konsentrasi untuk membaca halaman demi halaman yang tercetak di dalam novel yang sedang ia pegang.
Gadis itu melirik jam yang menggantung di dinding kelasnya, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat duapuluh menit. Saat hendak melanjutkan bacaannya, ada seseorang yang memanggil namanya dengan cukup keras.
"DARAAA!!!" teriak perempuan berambut sebahu yang berdiri di depan pintu kelasnya.
"Apa? Ga usah teriak-teriak gitu, berisik tau," sahut Dara sambil melihat malas gadis yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ngacaaa, lo kali yang sering berisik. Cerewet kaya emak-emak," balas perempuan itu saat sudah sampai di meja Dara.
"Maaf-maaf aja nih, Adara Elvaretta anaknya pendiem dan kalem," canda Dara setengah tertawa.
"Najis, eh gue liat PR Indo dong Ra, hehehe," pinta gadis berambut sebahu itu sambil memperlihatkan wajah imutnya.
Dara yang melihatnya sontak bergidik ngeri, "Jijik banget muka lo," ejek Dara sambil mengambil buku Bahasa Indonesia yang berada di dalam tasnya, "Nih Vil," sambung Dara seraya memberikan buku bersampul coklat itu.
Villy tersenyum riang saat melihat buku itu, "Baik deh, makasih Ra."
"Sama-sama, udah sana Vil, ganggu orang yang lagi baca buku aja," usir Dara sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Dih, songong amat lo, duduk sendiri aja belagu, keliatan banget tuh jomblo ngenes," ejek Villy sambil berjalan ke arah tempat duduknya, ia langsung menyalin jawaban yang ada di buku Dara.
Dara tidak menghiraukan perkataan Villy, toh memang dia duduk sendiri dan menurut Dara itu tak masalah. Duduk sendiri bukan berarti jomblo, benar kan?
Murid kelas XI IPA 7 memang berjumlah ganjil-- tigapuluhlima orang, tujuhbelas orang perempuan dan delapanbelas orang lelaki.
Setelah liburan kenaikan kelas selesai, Dara jatuh sakit selama seminggu dan di haruskan untuk beristirahat total. Alhasil, ia tidak sekolah selama rentang waktu tersebut, yang membuat Dara duduk sendirian ketika ia sudah bisa bersekolah seperti biasa.
Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih empatpuluh menit, yang berarti bell masuk akan berbunyi. Dan benar saja, bell masuk sedang berbunyi yang membuat siswa berhamburan ke bangkunya masing-masing. Tak lama, terlihatlah seorang wanita yang sudah berumur, ia sedang melangkahkan kakinya menuju meja guru yang terletak di samping papan tulis. Perawakan guru itu kecil, ia adalah guru Kimia yang bernama Resi. Bu Resi berjalan sambil membawa maps berwarna merah.
"Duduk siap," perintah ketua kelas, "Beri salam," sambungnya.
"Assalamualaikum Bu."
"Waalaikumsallam."
"Untuk memulai pelajaran, alangkah baiknya jika kita berdoa terlebih dahulu, berdoa di mulai," ucap ketua kelas sambil mengadahkan tangannya pertanda ia akan berdoa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORELSKET
Teen FictionAdara Elvaretta, "Bukankah jika senja akan menghilang jika malam tiba? Itulah alasan mengapa aku menghilang." Ezra Alvredo, "Bukankah bumi selalu mengitari matahari? Itulah alasan aku tetap tinggal." Aldebaran Fathir, "Bukankah bayangan tak akan per...