Tanjobi

271 13 1
                                    

Aruna menatap kalender ditangannya. Hari ini adalah hari kelahirannya, tapi tidak ada perayaan apapun. Tidak ada pesta, kue, lilin, kado bahkan sekedar ucapan pun tidak. Rumahnya selalu dirundung mendung setiap hari kelahirannya tiba.
Ah tidak, lebih tepatnya adalah setiap hari kelahiran seluruh anggota keluarganya. Aruna tahu, mereka melakukan itu hanya untuk menjaga perasaannya.

Untuk sebagian orang, hari ulangtahun adalah hari bahagia. Tapi itu tidak pernah terjadi pada Aruna. Tidak pernah sekalipun.

Kelahirannya adalah petaka untuk keluarganya. Kelahirannya adalah duka untuk keluarganya. Aruna tahu itu, sekalipun tidak ada yang mengatakannya langsung pada Aruna.

Suara ketukan pintu terdengar membuat lamunannya buyar. Aruna bergegas membukakan pintu kamarnya. Dan mendapati ayahnya sudah berdiri disana, dengan pakaian santai nya.

"Run ada yang nyari kamu di depan"kata ayahnya.

Aruna mengernyitkan dahinya bingung. Ia tidak membuat janji temu dengan siapapun jadi siapa yang bertandang kerumahnya malam - malam ?

"Siapa Yah ?"

"Engga tau. Coba kamu cek aja"Jawab ayahnya berlalu meninggalkan Aruna yang akhirnya memilih menemui tamunya.

Seorang laki - laki duduk membelakanginya. Sepertinya ia kenal perawakannya tapi Aruna malas menebak - nebak. Jadi ia segera duduk di samping lelaki yang langsung menyodorkan kue ulangtahun lengkap dengan lilin dan kado ?

"Selamat ulang tahun Aruna, semoga panjang umur ya" Ucapnya riang menyerahkan apa yang di bawanya.
Aruna membeku di tempatnya. Bukan perasaan bahagia yang menghinggapi hatinya, tapi rasa bersalah yang memuncak memenuhi hati dan pikirannya.

"Bawa pulang"ucapnya ketus menahan sesak dan airmata.

"Kamu ngga suka cheese cake Run ?"tanya pria yang akhir - akhir ini gencar mendekatinya, Mario.

Mario adalah seniornya di kampus yang sudah beberapa bulan ini memang dekat dengannya. Lebih tepatnya, mendekatinya karena Aruna sendiri tidak terlalu meresponnya.

"Bawa pulang, aku ngga mau nerima"

"Yaudah kadonya aja ya ?"suara Mario melirih, membujuk gadisnya. Mario mengira ia salah informasi, karena dari beberapa temannya ia tahu Aruna suka keju.

"Bawa pulang aku bilang ! Kamu bawa semua ini buat apa ?!!"tanya Aruna tidak lagi bisa mengendalikan emosinya. Airmata sudah menggenangi pelupuk matanya.

"Kue ini ya buat ngerayain ulang tahun kamu Run, kado ini juga buat hadiah. Hari ini kan hari special kamu"jawab Mario ragu.

"Ngerayain kematian ibu aku maksud kamu ? Hadiah karena aku udah mengirim ibu ke surga ? Itu yang harus di rayakan ?"airmata Aruna sudah menetes menatap penuh amarah pada Mario yang sejujurnya tidak menyangka niat baiknya akan membuat gadis yang dicintainya justru terluka.

Ayah Aruna datang menghampiri keduanya. Mendengar suara Aruna yang lebih seperti teriakan membuatnya merasa harus turun tangan.

"Masuk Run"Pinta ayahnya mengelus lembut kepala putrinya. Aruna tidak menjawab tapi langsung menuruti permintaan ayahnya. Setelah kepergian Aruna, ayahnya meminta Mario duduk kembali. Mario jelas terlihat merasa bersalah.

"Maaf om, saya ngga tau kalo kejadiannya bakal kaya gini"ucap Mario benar - benar terlihat menyesal.

"Gapapa, siapa nama kamu ?"tanya ayah Aruna menatap tenang wajah Mario. Ayah Aruna terlihat baik dan bijaksana, sedikit mengurangi ketegangan Mario.

Birthday (ONESHOOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang