4. klien menolak

14.7K 1.5K 290
                                    

Jgn nekurin HP nya aja dong masss, aku di sini untukmuuuuu tekuri akoh ajahhhh mas
(Kok jadi berasa kek tante Nadya yaaaa) 😆😆

Jaka POV

"Tidak mau?" Aku mengulang perkataannya.

Kulihat dirinya bersedekap, seperti kebiasaannya dulu kalau aku menanyakan apakah ada yang kurang dimengerti.

"Saya tidak mau punya pengawal pribadi" Katanya dengan penuh penekanan di tiap-tiap kata.

"Saya sudah dewasa, tidak perlu orang untuk mengawasi gerak-gerik saya" Lanjutnya lagi.

Memang sih, aku sendiri pun bertanya-tanya kenapa Pak Tanto selaku ayahnya menyewaku sebagai pengawal pribadinya, tadi ketika aku ingin menanyakan lebih lanjut, sekretarisnya menyela kami, memberitahukan kalau Pak Tanto sudah di tunggu kedatangannya di ruang meeting.

Mungkin besok aku akan menanyakan lebih lanjut.

Aku tersenyum tipis ke arahnya.

"Kejadian di club, mabuk sampai pingsan itu tindakan orang dewasa?" Tanyaku.

Kulihat dia terkesiap mendengar perkataanku.

Wajahnya merah, dengan membuang pandangannya, Mitha berdiri.

"Orang dewasa juga bisa mabuk" Jawabnya, kulihat dia melangkah mengitari mejanya dan duduk di atas kursi kebesarannya.

"Kita tidak ada keperluan lagi, you boleh keluar, saya sudah bilang papi untuk meng cancel kontrak kerja you"

You lagi, gak bisa apa nyebutin nama ku, padahal tadi dia bisa nyebutin nama pria itu, perempuan itu, entah apalah itu.

"Nama saya Jaka, bukan you" Kataku sambil berdiri.

"Saya bekerja sesuai kontrak yang sudah di tanda tangani, dan tidak bisa membatalkan kontrak kerja begitu saja. Saya di luar apabila Miss Mitha memerlukan saya" Aku berjalan melangkah ke arah pintu.

Masih bisa ku dengar dengusan Mitha sebelum aku menutup pintu ruang kerjanya.

Mataku bersitatap dengan...

"Ketumbar legong samsaka Puput, udin mulai kejrongan yess kang mas?"

*Ketemu lagi sama Puput, udah mulai kerja ya kang mas?

Aku mengambil tempat duduk yang berseberangan dengannya.

"Yeay sebenarnya bisa ngobras tinta sih kang mas?"

*Elu sebenernya bisa ngomong gak sih kang mas?

Suaranya terdengar gemas, menilik wajahku dengan wajah penasarannya.

Aku menautkan alisku.

"Kalau ingin ngobrol sama saya, tolong pakai bahasa yang bisa saya mengerti" Kataku acuh, tanganku mengambil majalah arsitektur yang berada di bawah meja.

Lesakan sofa di sebelahku membuatku menegakkan punggungku siaga.

Kulihat Puput tersenyum-senyum simpul.

"Jedong kalo eike ngobrasnya normal, kitring bisa bercuap-cuap, mungkin bisa sampe curhat-curhatan yesss"

*Jadi kalo gue ngomongnya normal, kita bisa bercuap-cuap, mungkin bisa sampe curhat-curhatan yaa

Aku menggelengkan kepalaku pelan, tidak memperdulikan perkataannya, lalu sibuk membolak-balik halaman majalah di tanganku.

Kudengar suara helaan nafas dirinya. Lalu suara dehaman.

don't tease my bodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang