"Bahkan jika mengulangi waktu, pilihanku tetap seperti ini. Jika itu kau atau itu bukan . Aku akan tetap berjalan di jalan ini."
Membaca kalimat ini membuatku terdiam sejenak. Kutipan dari salah satu novel karya penulis terkenal saat aku SMA dulu. Tentu saja, ada alasan aku terdiam sejenak membacanya. Kutipan ini adalah sebuah kenangan yang indah juga menyakitkan yang ingin aku kenang juga aku lupakan.
"Hyejin! (menepuk pundak), bagaimana sudah kau cek?"
"Oh, i..iya aku baru membuka emailnya. Ini cukup bagus, ah tidak ini sangat bagus, akan aku kabarkan progresnya ke bagian percetakan sore ini"
"ok, thanks"
Orang itu adalah salah satu rekan kerjaku di kantor, dia lalu pergi setelah tersenyum mendengar apa yang ingin dia dengar. Setelah menepuk pundakku, menyadarkanku dari imaji kenangan masa lalu yang sempat mucul di pikiranku.
Aku sekarang bekerja di perusahaan majalah. Kutipan tadi kubaca dari email draf untuk majalah edisi terbaru. Mereka menggunakan kalimat itu sebagai salah satu headline halaman biografi. Tentu saja kali ini biografi dari penulis novel itu.
Seperti biasa aku pulang dengan bis. 2 menit jalan menuju halte sama sekali tidak membuatku lelah. Anehnya, menunggu bis di halte adalah hal yang melelahkan bagiku. Aku tidak terlalu suka menunggu bis di halte bis seperti ini. Aku harap bisa segera membeli kendaraan pribadi dalam waktu dekat.
Duduk di pinggir jendela dan memasang headset di kedua telingaku. Lalu seseorang memanggil namaku.
"Hyejin?"
Suaranya terdengar tidak asing. Entah mengapa aku ragu melihat wajahnya. Tapi aku harus dan benar dugaanku.
"sudah lama ya... apa kabar?"
Aku masih menatapnya. Aku sempat membeku dan tak menyangka bertemu dia.
"oh..em... baik.. Kau?"
Dia tersenyum kecil dan mengangguk
"du.. duduklah" aish, kenapa aku berkata seperti itu!?
Dan suasana menjadi sedikit canggung. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Sekarang dia duduk disampingku dan perjalanan menuju rumah masih jauh. Entah kapan dia akan turun dari bis ini, atau bahkan dia turun setelah aku turun. Entahlah. Sesekali dia melihatku dengan ragu seakan ingin mengatakan sesuatu padaku. Aku tak bisa menebaknya.
"Hyejin""Seungho" kita mengucapkannya bersamaan. Membuat kita terdiam.
"Kau dulu" ucapku.
"apa kau bekerja di perusahaan majalah?"
"o? dari mana kau tahu?"
"i.. itu" sembari menunjuk name tag yang lupa aku lepas
"ah, iya aku lupa melepasnya hehe"
"o? aku turun disini. Kalau begitu aku.."
"oh, oiya hati-hati"
Begitu singkat pertemuanku dengannya. Aku tidak sempat menanyakan apapun tentang dia. Apa yang dia lakukan saat ini, dimana dia tinggal. Tidak-tidak. Bukan itu yang paling ingin aku tahu tentangnya. Aku ingin tahu, hal yang mungkin takan pernah mampu aku tanyakan padanya. Bukan karna aku takut mengatakannya, tapi aku takut mendengar jawabannya.
