✒30. Sebuah hubungan

11.2K 808 45
                                    

Aretha menghembuskan nafas kasar untuk yang pertama kalinya setelah dua hari berlalu, dia berhasil melupakan nama Delvian di kepalanya, meski tidak bisa dipungkiri terkadang wajah mantan kekasihnya itu muncul secara tiba-tiba didalam angannya. Merelakan kekasih yang pernah sangat ia sayangi memang tidak mudah, tapi mengingat semua kekecewaan yang Aretha terima mungkin akan membantunya melupakan Delvian dengan cepat. 

Tapi sialnya hari ini upacara, dan Aretha mendapat giliran berjaga di barisan kelas IPS. Sungguh tidak menguntungkan baginya karena dari jarak terjauh dia masih bisa melihat perawakan Delvian. Tentu saja karena Delvian berada dibarisan paling belakang, sehingga ketika mungkin Delvian akan menengok kebelakang, yang didapati pasti wajah garang Aretha. 

"Terima kasih loh ya atas kerja keras lo bikin jadwal jaga!" Nada sengit itu muncul ketika Amanda melewati Aretha dengan tatapan tanpa dosa. Amanda sendiri mendapat giliran jaga di barisan kelas 10 IPS, tidak jauh dari Aretha sebetulnya, tapi jelas sekali Aretha marah karena ditempatkan pada posisi tidak tepat. 

Amanda memberikan tanda damai dikedua jarinya lantas kembali sigap saat protokol memulai pembukaan upacara. 

Aretha merapikan anak rambutnya yang jatuh ke mata, alih-alih ingin ikut bersiap diri karena upacara sudah dimulai malah dia disibukkan oleh gerombolan perusuh sekolah yang baru saja datang dan masuk kebarisan seenaknya. Aretha menarik nafas panjang melihat pemandangan yang tidak mengenakkan mata itu. Baru saja Aretha ingin merasakan sensasi mengikuti upacara dengan hikmat. 

Rusak sudah mood Aretha pagi ini. "Apesnya gue." Decak Aretha masih memperhatikan gerak-gerik Kanoa yang sangat lihai mengalihkan perhatian. Padahal dia sedang dalam mode berdebat dengan teman satu kelasnya hanya untuk bertukar tempat. Sepertinya Kanoa ingin baris sejajar dengan Delvian dibarisan paling belakang. Kelihaian Kanoa membuat upacara tetap berlangsung tanpa menganggu pendengaran guru piket yang berdiri tidak jauh disebelah kanan Aretha. 

"Tha." Panggilan itu membuat Aretha mendongak kedepan, tadinya dia fokus kepada tiang bendera sebelum akhirnya beralih.

Aretha tidak menjawab, dia hanya menarik nafasnya lagi dan lagi. Sudah cukup dia dipermalukan dengan surat patah hati sialan itu, Aretha tidak mau lagi bicara dengan Kanoa. 

"Tha, hust, heh!" Suara itu makin mengeras ketika guru piket mulai mendekati Aretha. Tidak mau mendapatkan masalah pagi-pagi, Aretha segera melotot kearah Kanoa agar cowok itu kembali fokus melihat kedepan. 

Sial oh sungguh sial, Kanoa malah mengerang memegang perutnya sambil berkedip kearah Aretha. Cowok itu membungkuk menuju Aretha, tentu saja tindakan tersebut menyita perhatian Delvian juga beberapa siswa disekitarnya. 

Harusnya gue gak liat matanya. Bodoh! Aretha menahan kesal dalam hati ketika baru saja matanya berpapasan singkat dengan mata Delvian. Rasanya seperti hatinya kembali teriris. Dan itu rasanya sangat menyebalkan, lebih menyebalkan lagi melihat Kanoa ber-drama didepan Aretha. 

"Ada apa ini?" Guru piketpun angkat bicara, meski pelan, Aretha dapat merasakan ketegasan guru itu. "Kenapa kamu Kanoa?" Tanya guru itu sama sekali tidak percaya bahwa murid seperti Kanoa bisa merasakan sakit. 

Kanoa meringis, wajahnya sungguh meyakinkan saat berkata, "perut saya sakit bu. Saya juga pusing."

"Bacot!" Umpat Aretha sangat amat pelan, gadis itu terpaksa membantu Kanoa berdiri tegak namun kakinya dengan sengaja menginjak kaki cowok itu sebagai bukti kekesalan dan balas dendamnya karena sudah berbohong. 

Dan salah besar, Aretha kira Kanoa akan terpancing emosi dan langsung diseret ke ruang BK karena berani membohongi guru piket dan membuat kegaduhan saat upacara. Rupanya Aretha malah membantunya membuat ekspresi kesakitan sehingga nampaknya guru piket telah percaya. Sial!

The Bad Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang