5. permintaan sang ayah

13.9K 1.6K 297
                                    

Mitha now, masih imut yesss

Jaka POV

Aku menoleh ke arah pintu ruang kerja Mitha yang terbuka setelah beberapa puluh menit lamanya mereka berada di dalam.

Kulihat Puput yang tersenyum ke arahku.

Dengan sigap aku berdiri mengikuti langkah Mitha dari belakang.

"Gak usah ikuti saya, tadi saya sudah bicara sama papi, you di panggil papi menghadap ke kantornya sekarang" Dirinya berdiri berhadapan denganku, kedua tangannya bertolak pinggang.

"Yeay mending ikutin eike aja kang mas, eike mawar ke toilet cusss ikut, mungkin ajuahh eike perlu bantuan yeay megang-megang...."

"Puputtttt" Potong Mitha, matanya mendelik ke arah Putra.

"Ishhh tinta bisa liat organ bahagia deh yeay jeng Mitche" Puput mencibirkan bibirnya.

*Ihh gak bisa liat orang bahagia deh lu jeng Mitha

"Beneran gue tusuk bokong implant lu biar kempes ya Put" Mata Mitha melotot ke arah Puput.

"Ishh jahara, susah indang kalo kempes eike musti terbang ke Pattaya dulu jeng Mitche, keburu kempes tepos sampe sandra" Suaranya terdengar merajuk.

*Ihh jahat, susah ini kalo kempes gue musti terbang ke Pattaya dulu jeng Mitha, keburu kempes tepos sampe sana

"Ngapain jauh-jauh ke sono di depan kantor ini ada tukang tambal ban tuh" Sahut Mitha.

Puput menatap Mitha ngeri.

"Hastogeee Jengggg emberan bokong eike ban tumbles yessss, ishhhh jaharaaaaa" Puput berjalan melewati kami menuju toilet yang berada di ujung lorong.

*Astagaaaa jenggg emangnya bokong gue ban tumbles ya, ihh jahat

Aku menatap mereka bergantian dengan kening berkerut, daya serap otak Mitha boleh lama menyerap pelajaran, tapi untuk urusan mengerti bahasa yang di lontarkan Puput, luar biasaaaa, mengagumkan.

Mitha kembali menatapku, tatapannya benar-benar tidak bersahabat.

Dia mendongak menatapku.

"Kenapa bengong? You di tunggu papi" Katanya.

"Miss Mitha sekarang mau kemana? Saya anterin miss Mitha dulu" Kataku, karena melihat Mitha membawa tas kerjanya yang di sampirkan di bahunya.

Gelengan dan lambaian acuh tangannya seakan mengusir ku halus.

"Saya mau ke toilet juga, you mau jagain tas saya di depan toilet?" Tanyanya.

Keningku berkerut.

Ke toilet aja harus membawa tas kerjanya. Ini kan masih ruang lingkup tempat kerjanya.

"You, get out, pergi ke kantor papi, hurry up" Dirinya memutar tubuhnya dan berjalan ke arah toilet.

Aku menghela nafas panjang.

Lebih baik berbicara dengan Pak Tanto, lebih cepat lebih baik, walaupun aku tidak tahu apa yang akan dibicarakan, atau lebih baik aku memutuskan kontrak kerja saja.

Aman.

°°°

Belum ada sehari aku sudah berada kembali duduk di kursi depan meja pria yang tampak berwibawa.

Pak Tanto tersenyum ke arahku.

"Maaf, tadi pagi pembicaraan kita belum sepenuhnya selesai, meeting tidak bisa berjalan tanpa kehadiran saya"

don't tease my bodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang