#28 Kondangan

250K 19K 1.9K
                                    

Mulmed Pak Nugra lagi di wedding party Bagus. Mata ngga fokusnya nyariin Junia yang ngga nampak wujudnya.

.
.
.

"Don't touch anything!"

Kalimat larangan penuh ancaman itu membuat gue membeku sejenak.

Setelah Pablo, kedua manug dan sekarang mobil jeepnya. Pak Nugra benar-benar memproteksi tiga hal itu. Gue rasa mati aja dia sanggup asal Pablo dan dua benda keramat itu baik-baik aja. Eh kalo dia mati, si manug ikut mati juga kan ya. Emang dasar sehidup semati mereka.

"Saya cuma mau nyalain radio kok." lirikan tajam terarah ke gue. "Oke, ngga jadi."

Gue kembali menyandar ke jok mobil, membuang pandangan keluar, kerlap kerlip lampu dari gedung-gedung tinggi menjadi pemandangan indah malam ini. Langit cerah, cahaya bulan temaram di langit nun jauh disana, ditemani gulungan awan tanpa bintang. Entah kenapa jalananpun tampak lengang dari biasa. Tapi sayang keindahan malam ini harus terselimuti sunyi. Kekikiran seorang Nunug manug bisa dilihat dari cara dia memperlakukan orang yang menumpang di dalam jeep kesayangannya. Apa-apa ngga boleh disentuh. Lebay.

Gue bersenandung kecil sekedar membunuh waktu. Seperempat jam perjalanan ini terasa sunyi seperti dikuburan. Pak Nugra tetap dengan pendiriannya ngga menyalakan radio atau apapun yang bisa membuat perjalanan ini terasa sedikit manusiawi. Mengajak ngobrol pun ia enggan. Sialan kau Nunug manug.

Suara denting pesan masuk membuat Pak Nugra merogoh saku tuxedo nya. Lalu memberikannya ke gue setelah ia menengok ke layarnya sejenak.

"Tolong balesin." ia mengulurkan hapenya ke gue. "Ngga di kunci." katanya lagi ketika gue mengembalikan hapenya hendak meminta ia membuka kunci layar.

"Balesnya apa?" gue siap mengetik balasan.

"Setengah jam lagi sampai." katanya.

Ternyata itu pesan whatsapp dari salah seorang temannya yang menanyakan posisi Pak Nugra saat ini. Sesuai instruksi gue mengetik kalimat yang sama dengan sedikit tambahan kata sayang pada akhir kalimat lalu mengirimkannya. Ngga lupa gue kirim emoticon cium. Ngga lama pesan itu di balas lagi dengan emoticon serupa dan bikini pink. Bak gayung disambut, mendapat hiburan di kala boring, gue balas pesan itu lagi.

Me: √√
Tunggu mamas di rumah ya sayang

Jgn lupa pake bikini pinknya 😘👙
Mamas suka 💏

Dewo:
Iya😳💋
Mamas pake kolor merah ya mas
Adek suka 🙈

Me: √√
Siapp 💃

Ckckck somplak juga itu orang. Chat absurd gue aja diladenin. Karena kepo, gue tap display picture teman Pak Nugra itu. Terpampang wajah seorang pria berkumis lele dengan badan tegap tempaan alat fitnes. Tanpa sadar gue ngakak sendiri, membayangkan mereka berdua bikinian dan koloran.

"Ngapain kamu ketawa?"

"Hah?" Gue menoleh. "Ngga ada." gue kembalikan hape itu ke Pak Nugra. Merapikan rambut yang mencuat dari sanggulan. Teringat sesuatu gue menoleh cepat. "Mas manug eh mas Nunug."

Tatapan horor itu kembali di layangkan. "Kamu kalau ngga rese ngga bisa ya?"

"Sensi amat." gue nyengir. "Eh iya Bapak kok ngga pake batik?" gue menengok ke pakaian yang Pak Nugra kenakan saat ini, lalu beralih ke kebaya yang gue pake. "Saya ngga salah kostum kan ya pake kebaya begini?"

Suami Satu Semester (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang