Keesokan paginya Singto sudah ada di depan pintu kamar Nam. Kemarin Nam memarahinya habis - habisan karena membuat Krist menangis. Sungguh Singto bukannya membela wanita itu. Tetapi kemarin Krist itu berlebihan.
Bagaimana bisa Krist berpikiran seperti itu terhadap orang lain. Padahal sudah jelas Singto tahu jika Alice memang terluka. Karena Singto yang mengantarkannya ke klinik waktu itu.
Sudah lama Singto mengetuk pintu kamar Nam tetapi tidak kunjung di buka juga. Apa Nam tertidur pulas sampai tidak mendengarnya. Atau mereka berdua pergi keluar?
"Tuan Singto maaf apa anda mencari tuan Nam?" Tanya seseorang pegawai yang lewat.
"Iya. Apa anda tahu kakak saya kemana?" Tanya balik Singto.
"Tuan Nam sudah pulang ke bangkok tadi sebelum matahari terbit bersama tuan Krist dan juga nona Windy" Jawaban pegawai itu membuat Singto kaget.
Singto mencoba menelepon Krist tetapi ponselnya mati. Saat Singto mencoba menelepon Nam justru tidak di angkat oleh kakaknya.
.
.
.
Di bangkok.
Krist menangis sembari memeluk Nam di dalam mobil. Nam mengelus rambut Krist lembut. Sungguh Nam tidak habis pikir dengan Singto. Bagaimana bisa Singto lebih percaya pada wanita itu daripada Krist?
"Jangan di tahan keluarkan saja. Ada P' disini yang selalu akan mendengarkanmu" Ujar Nam sembari menepuk pundak Krist pelan.
"Apa P' percaya padaku?" Tanya Krist pada Nam.
"Pertanyaan macam apa itu? Bagaimana bisa P' tidak percaya padamu? Meskipun orang lain berkata yang tidak baik tentangmu tapi P' tidak akan mempercayainya. P' lebih percaya semua ucapanmu daripada orang lain. Karena apa? Kamu tidak perna sekalipun membohongi P" Jawab Nam.
"Tapi kenapa P'Singto tidak?" Tanya Krist sedih.
"Bukankah Nong Kit tahu bagaimana dia? Sudah biarkan saja dia. Nanti dia pasti menyesal dan meminta maaf padamu. Dan urusan Alice P' akan mengurusnya untukmu" Jawab Nam menenangkan Krist.
"P'Nam apapun yang terjadi nanti jangan perna menyalahkan P'Singto ya" Ujar Krist tiba - tiba.
"Memang apa yang terjadi? Tidak akan terjadi apapun pada hubungan kalian berdua P' akan berusaha melindungi itu" Ucap Nam tidak mau adiknya berpikiran macam - macam.
"Bisakah P'Nam berjanji padaku untuk hal itu?" Tanya Krist penuh harap.
"Iya. P' berjanji apapun yang terjadi nanti P' tidak akan membiarkan hubungan kalian berakhir" Jawab Nam menenangkan Krist.
Tidak akan pernah Nam mengijinkan hal itu terjadi. Dengan susah payah dan penuh dengan perjuangan Nam menyatukan kedua adiknya. Mengabaikan semua yang orang anggap benar. Dan mengabaikan apa yang orang anggap tabu. Hanya untuk menyatukan kedua adiknya.
"Kenapa P'Nam selalu membelaku?" Tanya Krist ingin tahu.
Selama ini Nam selalu membelanya dan tidak pernah sedikitpun membela Singto. Padahal Singto adalah adik kandung Nam.
"Karena P' sayang padamu. Bagi P' kamu dan Singto itu sama. Kalian berdua adalah adik P" Jawab Nam jujur.
Tidak pernah sedikitpun Nam membedakan mereka berdua. Nam selalu menyamakan kasih sayangnya untuk kedua adiknya.
"Apa P'Nam tahu jika aku juga sayang pada P'Nam. Aku ingin P'Nam tahu jika aku merasa sangat bahagia bisa mempunyai kakak sebaik P'Nam. Aku ingin P'Nam tahu jika bagiku P'Nam adalah seseorang yang paling berharga untukku" Ungkap Krist sembari mengeratkan pelukannya pada Nam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]. All The Time We Spend Together [ Sequel A World That Is You ]
Fanfiction[ Completed ] Ini tentang kisah rumah tangga Krist dan Singto yang baru saja di mulai. Dan juga masih ada sedikit cerita tentang New dan Gun. Ini Sekuel dari ffku sebelumnya yaitu A World That Is You (Tentang seorang adik laki - laki yang menyukai k...