Sambil play lagunya biar mantep😅
***
"Kamu tau gak alasan aku nikahin kamu, sama kedua abangku?," tanya Adit.
Vera menoleh, Adit sedang memeluk pinggangnya posesif. Vera hanya mengangkat bahunya, tanda tidak tahu. Tangannya melanjutkan menggosok piring-piring kotor itu lagi.
"Emangnya apa?" Ucap Vera sambil terus mencunci piring-piring kotor, bekas makan malam mereka tadi.
Adit menaruh dagunya di pundak sang istri, pelukannya kiat erat. Seakan Vera akan meninggalkannya setelah ini, Vera hanya mengehela nafas pelan.
"Karena, aku mau kamu merasakan hamil dan mempunyai anak dari garis keturunan keluargaku juga. So, aku ingin, anak kita masih satu keturunan keluargaku." Kata Adit menjelaskan, hembusan hangat nafas suaminya itu begitu terasa di leher Vera.
Vera mencunci tangannya yang penuh busa, lalu me-lap nya dengan serbet. Vera berbalik lalu tersenyum.
"Dan itu membiarkan kamu terluka? Mas. Dengerin aku, mungkin nasi sudah menjadi bubur, tapi. Setidaknya Mas tidak terlalu sering mengalah demi saudara Mas sendiri," Adit tertegun sejenak, memang. Sudah banyak pengorbanan yang adit lakukan demi saudara-saudaranya. Adit yakin, dengan cara itu mungkin, kakak-kakaknya bisa lebih menganggap Adit ada.
"Hem. Aku tahu. Jangan khawatir, semua akan baik-baik aja. Sedikit egois mungkin bisa,"
Vera menatap Adit, mengecup pipinya sekilas. "Aku ke kamar Daffa dulu. Mas, tunggu di ruang TV aja dulu,"
Pelukan Adit dilepaskan Vera dengan halus, setelah itu Vera berjalan kearah tangga. Dan menghilang saat tubuhnya sudah sampai diatas.
Adit mendudukan dirinya pada kursi meja makan, rasanya sudah banyak yang Adit korbankan untuk kedua Kakaknya. Semuanya. Adit ingin Kakaknya tidak memandang sebelah mata pada dirinya.
Adit pikir, semua pengorbanannya tidak akan sia-sia. Semuanya. Adit yakin akan hal itu, tentang istri cantiknya, ia beruntung mendapatkan Vera. Perempuan sederhana penuh kelembutan, dan tidak neko-neko.
Adit bangkit dari duduknya, lalu berjalan keruang TV. Adit mendudukan badannya di sofa ruang TV. Adit membaringkan tubuh lelahnya di sofa, sebelah tangannya ia taruh diatas kening. Adit lelah, lelah untuk semua hal yang selalu menghampirinya. Hal buruk yang selalu hinggap di kehidupannya.
Ikhlas. Kata itu saja yang mampu membuat Adit semangat menjalani hari-harinya. Dan bersyukur Vera selalu disampingnya. Menutup semua kekurangannya, dan menunjukan betapa Adit memiliki banyak kelebihan.
Pasangan yang tulus mencintaimu, selalu berusaha menutupi kekuranganmu. Dan menunjukkan betapa, dirimu mempunyai banyak kelebihan. Pasanganmu adalah penyemangat hidupmu.
....
Vera menutup pintu kamar Daffa sepelan mungkin, ia tidak mau membangunkan anak semata wayangnya itu. Setelah pintu tertutup rapat, barulah Vera bisa menemani sang Suami di ruang TV.
Mungkin hanya mengobrol biasa, ada banyak hal yang perlu Vera ketahui tentang Suami yang sudah bersamanya di tiga tahun terakhir ini.
Saat Vera melewati kamar Adnan, ada celah pintu yang terbuka. Vera mengintip sedikit, ternyata Suami ketiganya itu sedang sibuk dengan laptopnya. Vera tersenyum, menarik knop pintu agar tertutup sepenuhnya. Adnan sedang serius tidak boleh di ganggu.
Vera akhirnya turun, sesampainya diruang TV, ia melihat suaminya itu sedang tertidur dengan posisi terlentang. Tidurnya cukup pulas, sampai terdengar bunyi nafas yang lumayan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLIANDRI (3 suami)
Roman d'amour-SUDAH TERBIT DI PLAYSTORE VERSI EBOOK LENGKAP- terserah orang mau liat gue gimana, yang jelas gue punya suami tiga dan mereka bersaudara. awalnya gue cuman punya satu suami, tapi karena suami gue gak bisa kasih gue keturunan, Ya, dia mandul. akhirn...