Aku keluar kamar dengan terburu-buru, aku ingin menemui bunda dan meminta izin untuk pergi ke butik DAISY. Sudah lama aku tidak masuk kerja lagi, semenjak aku tahu tentang kehamilan ku. Walaupun aku sudah lama tidak masuk kerja lagi, aku masih berstatus sebagai pegawai dari butik DAISY. Aku kan ga pernah ada bilang mau berhenti kerja atau Bu Desi yang mecat aku karena aku sudah hampir dua bulan ini ga masuk kerja.
"Bunda." Seruku saat melihat bunda yang saat ini sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil membaca majalah fashion.
"Ada apa gi?" Tanya bunda tidak melepas pandangannya dari majalah yang sedang di bacanya.
"Anggi mau minta izin pergi ke butik Bu Desi ya Bun?" Tanyaku penuh harap.
Bunda menutup majalah fashion yang sedang di bacanya dan menatapku. "Kenapa kamu izin sama bunda? Minta izin sama suami kamu lah." Ucap bunda dengan wajah heran. Aku melongo menatap bunda.
Maksudnya tadi, bunda ngizinin atau engga ya?
"Telpon gara! Minta izin sama dia." Ucap bunda dengan nada sedikit menggoda. Aku melihat bunda dengan wajah memanas. Pasti pipiku saat ini sudah merona. Kenapa aku jadi gugup gini mendengar ucapan bunda.
"Tapi Anggi kan cuman mau ke butik Bu Desi aja ko Bun." Ucapku menunduk malu. Aku bisa mendengar suara cekikikan bunda.
"Kenapa kamu jadi malu malu gitu? Bukannya tadi pagi kamu bilang mau mulai belajar menerima Gara sebagai suami kamu?" Tanya bunda menggodaku lagi. Aku menganggukan kepalaku ragu ragu.
"Ya udah, nih ngomong sendiri." Bunda menyodorkan handphonenya kepadaku. Aku menatap handphone dan bunda secara bergantian dengan bingung.
"Katanya mau minta izin pergi ke butik. Nih. Sok ngomong! Udah ke sambung, suami kamu lagi nungguin nih nanti keburu di matiin lagi." Ucap bunda menatapku dan meraih tanganku untuk menggenggam hapenya.
Aku menatap handphone di tanganku dengan horor. Mendadak jantungku seperti loncat loncat di dalam dadaku. Rasanya sesak dan gugup Langsung menyerang ku. Kenapa aku jadi berdebar begini sih?
"Cepetan." Ucap bunda menatapku.
Aku mengangkat tangan kananku yang saat ini memegang hp mahal milik bunda. Menempelkan hp mahal itu di telingaku dengan perasaan gugup plus jantung yang meronta ronta seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Halo?" Suara berat nan seksi Langsung menyapa telingaku. Aku benar-benar gugup dan kebingungan harus bagaimana.
"Halo? Kalau ga ada lagi, Gara tutup telponnya ya Bun. Bentar lagi Gara mau boarding."
"Tu_ tunggu!" Seruku heboh. Aduh, kenapa aku harus teriak begitu sih ngomongnya.
"Halo, ini kamu, Anggi?" Tanyanya bingung.
"I_iya. Em anu aku_ aku mau izin pergi ke butiknya Bu Desi." Ucapku gugup. Tidak ada jawaban di sebrang sana. Kenap di diam saja, apa udah mati ya telponnya? Aku menjauhkan handphone bunda dari telingaku dan melihat layar hp itu. masih menunjukan bahwa panggilan belum terputus ko.
"Halo? Aku mau_"
"Iya aku izinin. Kamu minta pa Amin aja buat nganter kamu ke sana." Ucapnya tiba-tiba memotong ucapanku. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.
"Ya udah, aku tutup dulu. Pesawat aku sebentar lagi mau berangkat." Ucapnya memutuskan sambungan telpon.
Aku menatap hp di tanganku, kenapa saat aku berbicara dengan si.. si mas, jantungku berasa mau lompat ya? Apa aku mulai terserang penyakit jantung?Ini pertama kalinya aku berbicara dengan si mas tanpa adanya emosi. Walaupun hanya lewat hp. Selama hampir dua bulan menikah dengan si mas, tidak pernah sekalipun aku berbicara dengannya. Hanya saat di dapur di pagi hari setelah kami menikah. Saat dia meminta kopi hitam pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incidents Of HAPPINESS (END)✓✓ [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK]
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK Rank: #23 15052018 #27 29042018 #30 22042018 #32 20042018 #36 01032018 #46 22022018 Anggi Wulandari bekerja di sebuah butik milik ibu dari sahabatnya. Di perkosa oleh orang yang tidak ia kenal dan menyebabkan dirin...