Hope

235 23 6
                                    

5 tahun..

Kurasa hukuman yg cukup mudah untuk seseorang yg membunuh nyawa seseorang lainnya.

Kukira aku akan mendekam selamanya di penjara –oh shit! Aku tidak ingin membayangkannya. Aku akan mengucapkan terimakasih banyak untuk orang-orang yg berada dipihakku. Terutama Kim Seokjin. Kakakku yg sebenarnya tidak ingin kuanggap kakak.

Pria itu. Ia yg mengurus semuanya terhadap masalah yg menimpaku. Sekali lagi aku bilang. SEMUANYA.

Aku akan sangat merindukannya disini. Sangat.

Bahkan aku mungkin akan merindukan Si Taehyung sialan itu. Yang kubela mati-matian hingga aku jadi gila. Gila karena aku membunuh nyawa seseorang deminya, Kim Taehyung –saudara kembarku.

Ini sudah minggu kedua aku berada di dalam jeruji besi. Berada dikumpulan wanita-wanita berwajah sangar. Walaupun aku juga agak sangar sih.

Saat dihari pertama aku berada disini. Di dalam penjara maksudku.

Aku dikeroyok habis-habisan oleh teman-teman satu selku saat penjaga sedang lengah. Jangan tanya. Aku juga kurang tau. Mungkin itu sudah menjadi kebiasaan disini. Mengeroyok anak baru dan mengatakan bahwa merekalah kakak tingkat atas. Oh astaga! Memangnya apa yg harus dibanggakan disini?

Dan itu berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Lumayan sebentar. Mungkin karena aku diam saja tanpa memberikan perlawanan kepada mereka.

Minggu kedua. Harusnya Ia datang hari ini. Saat itu Ia berjanji akan mengunjungiku ketika setengah bulan berada di penjara. Sibuk katanya.

Dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku melihatnya dari jam dinding yg tertempel disana. Namun ia belum kunjung datang. Aku sangat mengharapkan kehadirannya disini. Aku kesepian. Sungguh.

Hingga jarum pendek berada diangka 12 dan jarum panjang yg berada diangka 2, seseorang dengan pakaian seragam lengkap datang ke arah selku.

“Sera, kau mendapatkan kunjungan. 10 menit dari sekarang.”

Ketika pintu sel terbuka aku segera keluar dan mencari orang itu.

“Seokjin oppa..”

Ia menoleh dan tersenyum kepadaku. Berjalan santai kearahku dan memberikan pelukan yg erat.
Seketika tubuhku menghangat karenanya.

“Sera.. Bagaimana dirimu?”

“Membosankan. Kau lama sekali.”

Ia menghembuskan nafas dan memberikan elusan pada kedua pipiku. Ia mencoba tersenyum seakan memberikan semangat padaku. Namun dalam hitungan detik senyumnya luntur. Ia berhenti mengelus pipiku dan malah menekan pada bagian rahangku. Aku meringis.

“Dari mana kau dapatkan lebam ini?”

Mati sudah aku. Aku tidak mungkin mengatakan kalau aku dikeroyok seisi sel dan membuatnya khawatir. Lagipula, aku sudah tidak dipukuli lagi bukan?

“Aku terjatuh.”

Alisnya terangkat. “Benarkah?”

Aku mengangguk yakin. Ia kembali mengelus pipiku.

“Kenapa oppa mengelus pipiku terus?”

“Kita masih punya waktu 3 menit. Tapi aku tidak tau harus apa.”

Ia memasang wajah kecewanya yg menurutku teramat sangat manis dimataku.

“Aku masih ingin bersamamu.”

Aku tersenyum geli mendengarnya.

“Sejak kapan kau menjadi melankolis seperti ini oppa?” Ucapku dengan sedikit tertawa.

Life from Sera | Problematic Queen PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang