"Maaf mba... mau nanya..." ucap sebuah suara dari balik pagar rumahku
"Iya mas.. mau nanya apa ya??" tanyaku mendekati pagar masih memegang sapu
"Jalan Aries dimana ya mba?" tanyanya sambil melihat layar hpnya, kuduga dia sedang melihat nama jalannya
"Disini jalan Aries mas... dari ujung depan situ sampe ujung yang disana.." jawabku sambil menunjuk ujung jalan
"Wah... kalau gitu mba tahu gak rumah nomer 11 dimana? Saya udah muter-muter dari tadi gak ketemu-ketemu..." tanyanya lagi dengan wajah yang membuatku agak kasihan.
"Masnya mau nyari siapa toh? Disini rumah no 11.." jawabku menggunakan sedikit logat Jawa
"Iya mba? Wahh lucky.. saya mau nyari Rizki.. dianya ada mba??" tanyanya lagi dengan wajah yang sudah mencerah
"Ohh.. nyari Mas Kiki toh.. ada tuh didalam.. masuk dulu aja mas.." ucapku sambil membukakan pagar rumah dan menyuruhnya masuk. Setelah dia memarkirkan motornya di tempat yang ada aku membimbingnya ke ruang tamu dan menyuruhnya duduk
"Duduk dulu mas.. nanti saya panggilkan Mas Kiki nya..." ucapku dan langsung menuju pintu kamar Mas Kiki
"Mas Kii.. ada temennya tuh.." seruku setelah mengetok pintunya beberapa kali
"Siapa Rin??" sahut Mas Ki
"Ntah lah.. pokoknya Rin udah nyapu dan bebenah rumah ya.. mau siap-siap ke kantor lagi nih.." jawabku setelah melihat Mas Ki didepan pintu kamarnya
"Oke.. Naik apa ntar??" tanyanya lagi ketika aku mulai menaiki tangga
"Naik motorlah.. naik apa lagi emangnya.." jawabku super santai
Sesampainya dikamar aku melepas cepolanku dan menguncirnya ulang agar tidak basah saat mandi nanti. Setelah mengambil baju bersih dan handuk yang kujemur di beranda kamar, aku berjalan menuju kamar mandi yang ada dilantai 2. Berhubung dikamarku tidak ada kamar mandi dalam. Selesai mandi dan berpakaian dasar, aku berjalan menuju kamarku, namun sebelum sampai kekamar aku mendengar sesuatu yang sedikit menyebalkan tetapi aku sudah biasa mendengarnya.
"Pembantu lu masih muda ya Ki?" tanya sebuah suara yang kuyakini adalah temannya Mas Ki
"Gue gak pake pembantu kok.." jawab Mas Ki dengan kekehannya, sepertinya dia sudah tahu arah pembicaraan itu akan kemana
"Lah? Terus yang tadi bukain pintu buat gw siapa lu?" tanyanya lagi dan itu sukses membuatku bete. Tanpa menunggu jawaban Mas Ki, aku langsung masuk kamar dan memakai baju kerjaku.
Selesai memasang baju kerjaku, aku berjalan menuju meja riasku dan memasang riasan sederhana ala Arin, yaitu bb cream, bedak tabur dan lipstik tipis. Selesai memasang riasan, aku mengambil sehelai hijab yang senada dengan warna bajuku hari ini. Selesai berpakaian, aku segera mengambil hp yang sedari subuh tadi ku charge dan memasukkannya kedalam tas ransel yang berisi kebutuhan yang kubutuhkan di kontrakanku nanti.
"Owh... jadi adik lu yang paling kecil mau nikah.. lu kapan bro?" tanya sebuah suara yang kuyakini milik Mas Ki saat aku berjalan menuju dapur untuk mengambil minum.
"Gw mah ntaran aja dah.. belum ada yang pas juga... tapi lu katanya mau nikah ya dekat-dekat ini??" tanya temannya
"Iya nih.. insyaallah sih bulan depan gw nikah.. lu jangan kelamaan.. numpuk uang mulu gak sehat loh..." ucap Mas Ki tepat ketika aku menginjakkan kaki di ruang tamu
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...