"Assalamualaikum.." sapaku ketika berjalan masuk kedalam
"Waalaikumsalam.." jawab 2 buah suara yang salah satunya kukenali sebagai suara Arini dan satu suara lagi yang terdengar berat.
"Udah pulang Rin?? Duduk dulu gih.. gue siapin minum ya.. jangan berantem.." ucap Arini sebelum akhirnya menghilang kedapur. Disini aku hanya duduk berdua dengan Kak Julian dengan suasana super canggung. Aku tak berani membuka suara lebih dulu karena aku tahu aku yang salah disini.
"Kenapa diam aja??" tanya Kak Julian memecahkan suasana
"Aku..." jawabanku menggangtung karena suara adzhan magrib berkumandang
"Sholat dulu sana.. nanti kita lanjutkan.." ucap kak Julian sambil melangkah keluar rumah. Ketika dia sudah keluar aku baru bisa menghembuskan napas lega.
"Sholat dulu gih Rin.." ucap Arini dan aku beranjak menuju kamar untuk berganti baju.
Sesampainya didalam kamar aku hanya menutup pintunya dan merebahkan badan diatas kasur empukku, masih dengan pakaian kerja lengkap. Setelah beberapa detik rebahan aku mulai melepaskan jarum pentul yang seharian bertugas menahan kerudung dikepalaku. Aku kembali telentang dikasur dengan rambut yang tergerai dikasur. Sesaat menikmati kebebasan. Setelah beberapa menit rebahan aku mulai berjalan menuju lemari pakaian dan berganti baju dengan yang lebih santai. Siap dengan baju santaiku aku berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap sholat magrib.
Setelah memanjatkan doa dengan serius aku melipat mukena dan sajadah lalu meletakkannya ditempatnya. Kembali aku beranjak menuju kasur tercinta. Bagiku kasur adalah kekasih yang paling sempurna. Dia selalu ada disaat aku membutuhkannya dan selalu menungguku untuk tidur diatasnya. Kekasih yang tidak akan pernah mengecewakan siapapun. Baru saja aku mulai nyaman diatas tempat tidur tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka dengan suara yang lantang. Sontak aku langsung duduk diatas kasur dengan tampang terkejut.
"Cepat pake baju yang bener dan temui kakak di ruang tengah.." ucapnya sebelum meninggalkan pintu yang terbuka lebar itu.
Sejenak aku masih terkejut dengan suara keras tersebut, namun kemudian aku mulai memahami apa isi perkataannya. Perlahan aku memandangi badanku dari atas hingga bawah dan mengerti dengan perkataannya barusan.
"Ahhhhhhhh" teriakku ketika menyadari kalau yang kugunakan hanyalah sebatas tanktop berwarna hitam dengan celana hawai diatas paha serta rambut yang acak-acakan. Segera saja aku mengambil rok yang selalu kugantung dibalik pintu dan memasangnya sekaligus mencari cardigan serta kerudung langsung.
Setelah merasa cukup wajar aku berjlalan keluar kamar dan mulai menyesali perasaan nyaman tadi. Sejenak aku sempat lupa kalau aku akan dihukum gantung malam ini. Dalam hati aku berdoa semoga saja amarahnya sudah reda saat sholat magrib tadi. Setelah tiba di ruang tamu aku memilih untuk duduk didepan Kak Julian. Saat aku duduk aku melihat dia sedang menyesap teh nya dengan santai.
"Jawab pertanyaan kakak dengan jujur.. kakak gak suka kalau ada kebohongan disini.." ucapnya begitu saja saat aku baru saja mendapatkan posisi enak.
"Oke.." jawabku perlahan
"Jujur awalnya kakak marah sama kamu karena gak mau jujur tentang kegiatan kamu hari ini, kakak panik begitu tahu kamu gak ada dikantor, dan semakin marah begitu tahu kamu ada di lapangan tanpa memberitahu kakak, apalagi kamu pergi hanya berempat dengan 3 cowok disamping kamu. Bukannya kakak gak percaya sama kamu, hanya saja kakak belum mengerti cewek seperti apa kamu didepan cowok-cowok itu..." ucapnya dengan tegas.
"Kalau gitu aku minta maaf kak.. bukan maksud gak mau ngabarin kakak hanya saja aku tidak kepikiran kesitu, lagi pula site visit ini sudah dijadwalkan sejak lama, namun untuk grubnya memang baru 2 hari yang lalu diberitahukannya, jadi aku lupa kalau aku harus memberitahu kakak. Terus tentang cewek seperti apa aku didepan cowok-cowok itu kakak bisa liat sendiri pas kakak jemput paksa aku beberapa hari yang lalu itu. Dan perlu kakak tahu aku bukan tipe cewek penggoda yang menyebar pesona kemana-mana, kesembarang orang, bukan.. aku bukan tipe yang seperti itu.." jawabku dengan tegas pula. Enak aja dikiranya gue cewek penggoda kali. Entah kenapa kata-katanya barusan sedikit melukaiku.
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...