Bag. 14

4K 167 1
                                    

Proses fitting baju ini berlangsung lama sekali. Pakai lepas pakai lepas. Itu saja kegiatannya. Membosankan. Selama memasang pakaian Mba Ika mencatat apa-apa saja yang perlu ditambahkan dan dikurangi, entah itu ukurannya atau model payetnya. Mungkin selama lebih dari 5 jam aku berkutat di ruangan kecil itu dan melakukan kegiatan yang repetitif tersebut. Akhirnya setelah 5 jam lewat sedikit Mba Ika akhirnya menyuarakan apa yang ada dikepalaku sejak 3 jam yang lalu.

"Oke.. untuk sekarang sudah selesai.. minggu depan datang lagi untuk finishing ya.. " ucap Mba Ika ketika aku sudah memasang kemejaku kembali

"Lah?? Minggu depan bukannya jadwalnya Prewedd ya Mba??" tanyaku pada Mba Ina

"Preweddnya kan hari minggu Rin.. kamu sabtunya finishing disini aja.. sekalian ajak Nana.. baju dia juga udah siap.." ucap Mba Ina

"Oke deh.." sahutku santai

Setelah berkumpul kembali dengan kak Julian yang menghilang secara tiba-tiba tadi di ruangan awal kami bertemu, aku dan kak Julian mengikuti kemana Mba Ina dan Mba Ika melangkah. Akhirnya kami tiba di ruangan yang bertuliskan owner. Sepertinya Mba Ika ini adalah pemilik butik ini. Setelah di sajikan teh untuk mengisi perut yang lumayan kosong di siang menjelang sore ini. Setelah membereskan masalah lain, kak Julian mengajakku pamit untuk makan siang dan pulang. Setelah berpamitan kami berjalan bersisian menuju mobilnya yang terparkir rapi di parkiran butik.

"Kamu mau makan apa??" tanyanya saat menyalakan mesin mobil

"Terserah kaka aja.. aku ngikut.." jawabku santai

"Dari kemaren kok kaka mulu yang ngasih saran tempat makan.. sekali-kali kamulah.. kamu lagi mau makan dimana??" tanyanya sambil menjalankan mobil meninggalkan pelataran parkir

"Hmmm... makan apa ya?? Lagi pengen yang berkuah sihh.. oh.. bagaimana kalau ke Thamrin City aja?? Mudah-mudahan sih masih buka.." ucapku

"Makan apa kamu di pusat perbelanjaan gitu??"

"Ada 1 tempat bakso enak disana.. berhubung aku lagi pengen makan yang berkuah.. nah bakso adalah solusi terbaik saat ini.."

"Oke.. ke Thamrin.." ucapnya dan mulai merubah haluan menuju Thamrin City.

Untung saja jalanan tidak terlalu macet sehingga bisa dengan cepat menuju tujuan. Setelah memarkirkan mobil di parkiran yang lumayan padat itu, aku mengajak kak Julian menuju tempat bakso favoritku disini. Bakso Atom. Salah satu tempak ngebakso favoritku kalau lagi ngidam bakso. Selesai mengantri dan memesan menu yang cukup unik disini, kak Julian kembali membayari makananku. Setelah menemukan tempat duduk, kami duduk berhadapan dan mulai menyantap bakso masing-masing.

"Kamu tahu tempat ini dari mana??" tanyanya disela-sela makan

"Udah tahu dari SMP sih.. soalnya bunda yang penyuka bakso pernah mengajakku makan disini setelah selesai belanja, setelah tahu rasanya jadi ketagihan deh.." jawabku riang, karena ini adalah salah satu hobiku yang sama dengan bunda.

"Hmm.. berarti kamu suka bakso?" tanyanya yang kutanggapi dengan anggukan.

Selesai makan kami tidak langsung bergerak untuk pulang, hanya saja aku memperhatikan kak Julian sedang menatap ke arah meja lain sejak 5 menit yang lalu. Iseng aku mengikuti arah pandangnya dan menemukan meja yang ditempati oleh keluarga kecil yang bahagia. Mungkin mereka baru saja datang dan melihat kantong belanjaan di sisi kiri sang suami mereka baru selesai berbelanja. Mungkin kalau dilihat sekilas mereka terlihat biasa saja, sebuah keluarga kecil yang terdiri dari 3 orang, suami, istri, dan bayi yang mungkin baru berusia 10 bulan. Bayi itu terlihat begitu menggemaskan. Tapi kalau di perhatikan lebih lanjut keluarga tersebut sangat harmonis dimana sang suami bergantian menjaga bayi tersebut sehingga sang istri bisa memakan baksonya dengan leluasa. Sangat jarang aku menemui ayah yang mau turun tangan menjaga bayinya agar sang ibu bisa makan dengan tenang.

"Kalau punya anak nanti.. aku akan selalu bantuin kamu buat jagain bayi kita.. jadi kamu gak perlu takut repot.." ucap kak Julian tiba-tiba ketika aku terlalu memperhatikan keluarga tersebut.

"Hah?" dengan sigap aku langsung mengalihkan perhatianku dari keluarga kecil itu dan mendapati kak Julian tengah tersenyum lembut memperhatikanku. Sial ternyata dari tadi dia memperhatikanku melihat keluarga kecil itu.

"Ayok pulang.." ajaknya tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang ucapannya barusan.

Dengan bingung aku mengikutinya keluar dari tempat tersebut. Selama perjalanan pulang kak Julian seperti ingin mengatakan sesuatu namun selalu berhenti. Sebenarnya aku ingin mendengar apa yang ingin dikatakannya, namun aku takut kalau aku akan bertindak pengecut lagi seperti kemarin. Sampai di kontrakan pun sepertinya dia tetap tidak ingin mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Baiklah.. kali ini rasa kepoku lebih besar.

"Kaka dari tadi mau ngomong apaan sih??" tanyaku ketika akhirnya dia mematikan mobilnya didepan pagar kontrakanku

"Yakin mau denger?? Gak akan lari lagi kayak minggu lalu??" tanyanya dengan nada meledek

"Hmmm.. tergantung sih kak... tapi kayaknya kali ini aku lagi kepo.. " jawabku cengengesan

"Hmm.. Arini di rumah??" tanyanya seperti merubah topik

"Kayaknya minggu ini jadwal dia pulang ke rumahnya deh.. coba aku tanya dulu deh.." jawabku berusaha santai karena sedikit kecewa dia mengalihkan topik pembicaraan itu.

'Oiii Niiii... lu dikontrakan apa dirumah??' tanyaku pada Arini melalui Line

'Minggu ini jadwal gue balik ke rumah Rin.. kenapa tuh?' balasnya tak sampai 10 detik

'Ditanyain kak Julian lu dirumah apa kaga.. gue lupa-lupa ingat soalnya sama jadwal lu minggu ini.. hehehe'

'Ngapain tuh orang nyariin gue?? Lu buat salah lagi ya?? Awas aja kalau lu buat salah..'

'Kaga elah.. ngapain juga gue buat masalah.. kan gue udah mencoba untuk menerima.. seperti saran lu..'

'Key dehh.. kalau lu macam-macam awas aja.. udah sih labuhin aja di dia.. daripada lu susah-susah nyari kan..'

'Iyee Ratu Rini.. gue akan mencoba..' balasku disertai stiker yang mendukung dan menghentikan kegiatan berkirim pesan tersebut.

"Dia di rumah orangtuanya kak.." ucapku setelah mengunci kembali hp tersebut

"Kalau gitu boleh kaka ajak kamu ngobrol sebentar di kafe atau restoran sekalian makan malam??" tanyanya kemudian menghidupkan kembali mesin mobil

"Bolehlah.. tapi sholat ashar dulu ya.." jawabku sekalian mengingatkan

"Beres.." sahutnya dengan wajah penuh senyum dan menjalankan kembali mobilnya menjauhi kontrakan. Saat ini aku mendapatkan firasat yang sama saat dia melamarku malam itu. Firasat akan ada sesuatu yang besar akan terjadi dan merubah nasibku.

つずく

Arin's Love Story (END)Where stories live. Discover now