Konsep pertama adalah kehidupan kami berdua di masa aku SMA. Ketika aku SMA berarti Kak Julian berada di tingkat akhir perkuliahannya. Sesi pemotretannya pun lebih ke individu daripada berdua. Kak Julian mengatakan akan menggunakan hasil pemotretan hari ini sebagai bahan video, entah aku pun tak tahu video apa yang dimaksud. Sebenarnya aku agak menolak dengan konsep pertama ini, karena masa SMA ku bukannya sebuah masa yang bisa dibanggakan. Begitu banyak memori yang ingin kukubur bersamaan dengan seragam putih abu-abu tersebut.
"Jadi.. dari kelas berapa?? Kelas 2 atau 3??" tanyaku pada Mba Ika yang bertugas sebagai penata riasku hari ini
"Kelas 3 Rin... mendekati akhir tahun... kamu bisa kan??" tanya Mba Ika saat memberikan jilbab ala-ala anak SMA
"Selama indoor aku bisa mba.. kalau outdoor aku sedikit takut.." jujurku saat mengenakan jilbab berwarna putih keabu-abuan.
"Yahh.. kita rencana outdoor Rin.. soalnya biar sesuai dengan cerita.. lagian cuaca juga lagi cerah..." ucap Mba Ika ketika memasangakn lipglos berwarna pink alami di bibirku
"Mba kan tahu.. Rin gak bisa kalau pake seragam.. trauma itu masih ada mbaa..." ucapku lemas seakan bayangan masa lalu itu kembali hadir
"Tenang aja Rin.. gak ada jalan raya kok.. kita didalam taman belakang.. kamu kan tahu sendiri kalau studio ini lengkap banget.." jawaban Mba Ika sedikit mengurangi kecemasanku
"Yaa.. selama gak deket jalan raya kayaknya masih bisa diatasi.." ucapku sambil beranjak menuju pintu "Jadii ceritanya tentang apa nih??"
"Ceritanya tentang kehidupan kalian berdua yang terpisah oleh negara.. di Indonesia kamu melakukan kehidupan sebagai siswi SMA biasanya sedangkan di Australia Julian menjalani kehidupan perkuliahan tahun akhirnya. Menceritakan bagaimana kehidupan kalian sebelum akhirnya bertemu kembali. Jadi konsep pertama ini pemotretan individu.. gimana? Kerenkan ceritanya??" tanya Mba Ika sambil menemaniku keluar menuju taman belakang dimana mereka sudah berkumpul di set.
"Lumayan.. jadi Rin gak perlu foto berdua kan disini??" tanyaku sedikit bahagia
"Seneng banget kayaknya foto sendiri.. bukannya lebih bagus foto berdua??" ledek Mba Ika
"Ihss.. kalau langsung tiba-tiba berdua yang ada jantung Rin langsung stop ditempat tahu gak.." jawabku tiba-tiba membayangkan harus langsung foto berdua
"Ehhh kenapa tuh?? Kok bisa??" ledekan itu semakin mengesalkan
"Berisik ahh mba.." alihku
"Wuihhh masih cocok aja lu pake seragam SMA Rin..." ledek Kak Rian begitu kami sampai di set pertama
"Iya dong.. kan gue masih muda.." balasku
"Idihhh pede banget.. udah tua juga.." ledeknya kembali
"Bawell.." balasku kesal "Jadi.. gimana??" tanyaku pada Kak Rei yang sudah berada dibalik kameranya
"Nahh sekarang ceritanya lu lagi nongkrong di kafe shop sepulang sekolah.. lu kan biasa tuh nongkrong-nongkrong gak jelas pas SMA dulukan.. nahh itu ceritanya.." jelas kak Rei sambil menunjuk meja bundar khas kafe shop yang sudah terhidang diatasnya kopi favoriteku semasa SMA dan sepotong cheescake
"Kok cheescake??" tanyaku heran saat mendekati meja
"Lah?? Bukannya lu suka makan itu kalau lagi minum kopi??" tanya Kak Rian tanpa menjawab pertanyaanku
"Itu dulu.. sekarang gue lebih suka tiramisu.." jawabku bete.
"Yaudah.. makan aja.. gak ada bedanya kok.." dengan santainya Kak Rei mengucapkan hal tersebut.
Bukannya aku tidak suka dengan cheescake, hanya saja kue tersebut dipenuhi oleh kenangan semasa SMA. Kenangan putih abu-abu yang seharusnya sudah lama kulupakan, sudah lama terkubur sejak kecelakaan tersebut. Melihatnya kembali setelah sekian lama aku menghindarinya, membuat kenangan akan hal, moment, wajah, senyuman, bahkan suara dia kembali menyentuh hatiku dan itu membuatku tersenyum sedih.
"Rin?? Kamu baik-baik aja??" pertanyaan itu mengalihkan perhatianku dari memori masa lalu yang menyakitkan tersebut
"Eh.. ada Kak Julian.. baru sadar.. " balasku dengan kekehan tanpa dosa
"Dari tadi kakak disini lah.. kamunya aja yang keasyikan ngobrol sama Rei dan Rian.." protesnya semakin membuatku cengengesan
"Yaa maap.. udah lama gak ketemu sama mereka soalnya.." jawabku
"Yaudah.. sekarang kamu duduk disana.. lakukan hal apa yang biasanya kamu lakukan saat minum kopi.." perintah Kak Rei dan aku langsung duduk dikursi tersebut.
"Oh iyaa.. ada novel yang bisa dibaca gak.. soalnya gue biasa baca novel kalau lagi minum kopi.." ucapku ketika teringat rutinitas favorite
"Ada nih.. buku yang lagi lu pengenin..." ucap Kak Rian sambil memberikan sebuah novel karangan pengarang favoritku yang memang baru seminggu ini keluar
"Wahhhh... buat gue boleh gak?? Belum sempet ke gramed soalnyaa.."
"Bolehh.. udah balik kekerjaan lagi.. tunjukin ke gue ekspresi terbaik lu..." ucap Kak Rian sebelum kembali ke belakang monitornya.
Pemotretan pun dimulai. Awalnya aku hanya membaca novel tersebut dengan berbagai pose. Bisa dibilang aku cukup handal sebagai model karena mereka terlalu sering memintaku berperan sebagai model mereka. Setelah beberapa pose dengan buku, aku beralih ke minuman. Sebenarnya pose tersebut tidaklah sengaja kulakukan, badanku bergerak dengan sendirinya karena memang aku sedang melakukan hal yang sangat kusukai, yaitu membaca di kafe shop. Namun bagian tersulit akhirnya tiba. Menyentuh kue tersebut setelah meminum kopi. Kue tersebut adalah kue favoritnya, yang selalu dipaksakannya kepadaku setiap kami pergi berdua. Ya dia, cowok dari masa SMA yang membuat masa tersebut lebih berwarna. Tanpa bisa kutahan, aku memandangi kue tersebut dengan beragam memori membanjiri otakku. Tanpa sadar aku memotong kue tersebut dan memasukkannya kedalam mulut. Rasa tersebut kembali datang, kembali membangkitkan memori lama, karena memang sejak kuliah aku sangat menghindari cheescake. Setelah memakan kue tersebut, aku akhirnya menyadari bahwa rasa itu masih ada dan tetap sama seperti dulu.
"Okeyyyy.." ucapku sambil berdiri dari kursi dan berjalan menjauhi set "Udah selesai kan.. selanjutnyaaa..."
"Selanjutnya kamu berdiri di halte itu.." tunjuk Kak Rian kearah halte bis buatan yang ada di taman ini "Nanti kami kasih hujan buatan.. nahh kamu lagi nunggu bus ceritanya.."
"Okeeee..." jawabku santai melangkah menuju halte tersebut
"Ini scene terakhir kamu.. abis ini kamu ganti baju untuk ke tahap selanjutnya..." ucapan itu membawa kelegaan tersendiri bagiku.
Setelah berdiri dibawah naungan halte tiba-tiba hujan pun datang, ya hujan buatan itu maksudnya. Hujan, satu momen itu sanggup mengguncang senyum jualanku. Yaa mungkin memang benar apa yang sering dikatakan quotes-quotes alay di sosial media itu, bukan hujan namanya kalau tidak bisa membangkitkan kenangan yang ingin dilupakan. Bukan dengan sengaja aku kembali mengingat cowok itu, tapi sepertinya keadaan yang memanggilnya. Berpakaian putih abu-abu seperti dulu, menggunakan riasan yang dulu kugunakan, menunggu dibawah halte menunggu bus atau angkot lewat, semua itu adalah rutinitas yang kulalui selama 3 tahun berseragam SMA. Sebenarnya tidak banyak kenangan yang bisa kami buat saat itu, karena dia adalah siswa pindahan di tahun krisis, yaitu tahun 3, namun sejak dia pindah kehadirannya mampu membuatku penasaran dengan dirinya yang membuat kami sangat dekat hanya dalam waktu 2 bulan.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...