Pelajaran Munafik
"Deeeuhhh..... sakit gigi saya kambuh lagi, Bu."
"Izin ke kamar mandi, ya, Bu."
"Di depan gak fokus, Bu, ada Machi. Jadi, saya pindah ke pojok."
"PRnya ketinggalan di rumah, Bu."
"Anu, Bu....bla bla bla bla."
Memey siswi kelas sebelas IPA itu, memang tak pernah kehabisan alasan untk menghindari pelajaran yang paling ia benci setengah mati. Ya, Bahasa inggris!
Bukan hanya setelah duduk di bangku SMA, bahkan ketika masih memakai seragam putih biru pun, Memey sudah tidak akur dengan Bahasa inggris.
"Mey!" machi menepuk bahu Memey, yang sedang duduk di kantin sekolah. "Kenapa sih, kok lu segitu bencinya sama Bahasa inggris?"
"Ish!" Mey bergidik tanpa menoleh.
Machi terkekeh. Lihat temennya yang seperti kucing di siram air.
"Heran ama lu. Kalo lu bisa Bahasa inggris, kan, lu bisa pergi ke luar negeri, ngobrol-ngobrol ama bule gitu."
"Bahasa inggris tuh munafik tau!" Sanggah Memey.
Machi mengernyitkan kening. "Maksudnya?"
"Ya, lu kan tahu sendiri, masa funny kita disuruh baca 'fani', padahal jelas-jelaskan nulisnya Funny. Ge-o-o-de dibaca gud, padahalkan tulisannya jeklas good."
Machi manggut-manggut dibuatnya.
"Lu ada benernya juga, ya."
"Kan, kita gak boleh munafik jadi orang," Memey menepis hidung nya sendiri, "Heuuh!."
***
Perlahan Memey membuka kedua matanya. Remang-remang. Namun, perlahan pandangannya mulai jelas. Wajah cantik dan sedikit galak , setengah membungkuk menatapnya lekat.
Ternyata suara nyaring Bu Indri, tak sedikit pun mengganggu tidur Memey. Dia terbangun hanya karena sudah kenyang tidur setengah jam saat pelajaran Bahasa inggris, atau mungkin karena pinggangnya yang mulai terasa nyeri karena posisi tidur yang tak ideal. Untng saja dia tidak punya kebiasaan ngorok di dalam kelas.
Rasa kaget, sedikit tergurat di wajah oval Memey. Namun, kagetnya hanya sedikit saja. Pasalnya, itu bukan pengalaman pertama Memey.
"Selesai pelajaran, ikut Ibu ke kantor!" seru Bu Indri galak.
***
"Ngapain Mey?" tanya Machi. "Serius amat niiii..."
"Hhhhh..." Memey hanya menarik napas menanggapi pertanyaan temannya.
Machi mengintip apa yang Memey tulis di kertas ukuran A4 yang si sebelahnya masih ada dua lembar kertas yang masih kosong, seperti sedang mengantri goresan dari Memey.
"Oalahhh, rajin banget nulis begituan," sahut Machi melihat Memey menulis ulang sebuah bacaan di buku yang menggunakan Bahasa inggris.
Ternyata Memey dapat ganjaran dari Bu Indri hari itu.
***
Waktu terus berjalan, walau Memey tetap istiqomah dalam memandang Bahasa Inggris, yang menurutnya bahas munafik.
Teguran demi teguran, berbagai hukuman, terus Memey terima. Namun, semua itu tak membuat Memey jera.
Kadang Bu Indri sendiri yang merasa lelah menghadapi Memey. Hingga pernah suatu hari, jam pelajaran bahsa inggris berada di jam terakhir sebelum pulang. Saat itu, mata Memey lagi kambuh, tertidur lagi! Tak ada yang memebangunkan Memey termasuk Bu Indri. Mungkin sengaja. Hingga akhirnya Memey berhasil membuka matanya saat penjaga sekolah memeriksa setiap kelas dan hendak menguncinya. Sedikit romantis sih, kaya putri tidur yang berhasil menatap dunia lagi saat sang pangeran tiba.
YOU ARE READING
Pelajaran Munafik
Short StoryPernah membenci sesuatu dengan sangat? atau dengan banget? Aku pernah. Sangat manusiawi. Tapi hati-hati gaes, saat kita terlalu membenci suatu hal, bisa jadi hal yang paling kau hindari, menjadi bagian terpenting di masa depanmu. Happy reading.