Jam weker berwarna biru muda yang berada di atas meja sudah ada sekitar 10 menit berbunyi. Gadis yang masih nyenyak tidur enggan untuk membuka mata.
"Krek!"
Suara pintu kamar Naya terbuka dan menampakkan seorang laki-laki. Rambutnya masih acak-acakan khas seorang Rega yang baru terbangun dari tidurnya.
"Kebonya nih bocah sampe alarm aja kaga dimatiin." Gerutu Rega yang akhirnya turun tangan untuk mematikan jam weker biru muda itu.
"Woi! Bangun lo kebo! Sekolah kaga lo?" Seru Rega membangunkan adiknya.
Naya membuka matanya dan mendapati abangnya berdiri disamping ranjangnya.
"Ganggu lo!" Ujar Naya sembari merubah posisi tidurnya memunggungi Rega.
Terlintas ide jahil di benak Rega untuk mengganggu adiknya. Tangan Rega bergerak menuju sisi bantal yang dipakai Naya, kemudian Rega menarik bantal tersebut.
Alhasil, Naya membuka matanya karena terkejut. Naya segera mendudukan tubuhnya di atas ranjang dan bersiap untuk memaki abangnya.
Sayang, abangnya itu keburu ngacir keluar kamar. Naya mendecak sembari mengacak rambutnya yang sudah berantakan jadi tambah berantakan.
Ia mengarahkan pandangannya pada jam weker yang berada di atas meja dekat tempat tidurnya.
"Mampus!" Gumam Naya saat melihat waktu yang ditunjukkan oleh jam weker itu. Ia buru-buru turun dari ranjangnya dan langsung ke kamar mandi.
"Bang cepet dikit napa bawa mobilnya, ntar yang telat bukan gue doang, lo juga." Seru Naya sambil makan roti tawar yang sedari tadi dipegangnya.
"Bagi tu roti dong Nay, asal lo tau gue belum sarapan gara-gara ngebangunin lo yang emang dasarnya ngebo." Rega memberi penekanan pada kata 'ngebo'.
Naya memotong roti itu dan memasukkannya ke dalam mulut abangnya itu.
Mobil Rega sudah memasuki tempat parkir sekolah. Naya segera keluar dari mobil dan sedikit berlari.
Naya harus melewati koridor loker para siswa SMA Bina Nusantara untuk tiba di kelasnya.
Naya berjalan sedikit tenang saat tiba di ambang pintu kelasnya. Dia meletakkan tasnya di bangku kedua dari depan, sudah terlihat Thania sebagai teman sebangkunya dan para sahabatnya yang berkumpul di satu meja. Tidak lain tidak bukan tentunya untuk membahas hot news disekolah ini.
"Laki-laki emang sama aja ya." Ucap Nadia dengan suara yang mungkin bisa di dengar oleh seluruh penghuni kelas.
"Iya emang sama Nad, sama-sama pada punya 'itu'." Timpal Taufik yang sedang berada dipojok kelas bersama teman-temannya, entahlah mereka menonton video apa.
Memang di kelas XI-4 ini lelaki penghuni kelasnya terbagi beberapa golongan. Ada golongan yang ke sekolah itu memang untuk belajar, tapi hanya ada segelintir orang yang seperti itu, mungkin bisa dihitung jari dan ada yang ke sekolah hanya untuk bertukar video 'itu' , seperti Taufik dan teman-temannya yang lain, yang suka berkumpul di bangku belakang paling pojok.
"Arsa lo beneran di tembak kak Sasha?" Tanya Reina tiba-tiba saat memasuki kelas.
Sekarang tatapan seluruh penghuni kelas tertuju pada Arsa, yang duduk di jajaran kedua dari jendela dan bangku paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance For Change
Teen FictionArsa Gibran Aditama, seorang anak Most Wanted dan juga anak dari pengusaha besar, yang tujuan hidup nya hanya untuk membalaskan dendam. Dia menyesali apa yang telah dia lakukan. Dia butuh kesempatan untuk merubah hidupnya dan memperbaiki segalanya.