SATU [2]

18 7 0
                                    

Arsa Gibran Aditama, salah satu siswa Most Wanted di SMA Bina Nusantara. Tubuhnya yang tinggi dan senyumnya yang dapat memikat membuat dia diincar banyak kakak kelas.

Termasuk kak Sasha, Sasha Isabel Putri. Dua juga salah satu siswi Most Wanted yang menjabat sebagai sekretaris OSIS.

Semua penghuni sekolah sudah mengetahui bahwa kak Sasha menyukai Arsa, mungkin sudah lebih dari lima kali kak Sasha mengungkapkan perasaannya pada Arsa.

Namun Arsa yang notabennya cuek, tidak pernah menanggapi hal itu, Arsa hanya mengedikan bahunya.

"Lo dapet berita dari mana Rei?" Thania yang sedari tadu hanya menyimak sekarang membuka mulut.

"Dari Radit." Jawab Reina santai.

Raditya Putra adalah pacar Reina, yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS, jadi pantaslah dia bisa mengetahui hot news disekolah ini.

"Kapan lo di tembaknya Sa?" Tanya Taufik sambil menghampiri Arsa dan meninggalkan kegiatannya.

"Percaya lo sama dia?" kata Arsa kelewat santai.

"Pasti percayalah, Radit itu sumber terpercaya." Akhirnya Naya mengeluarkan suaranya.

"Tuh pacar lo aja tau. Gimana sih lo?" Ucap Radit yang tiba-tiba masuk ke kelas.

Sudah dari kelas sepuluh Naya menyandang sebutan sebagai pacar Arsa. Tidak ada kebanggaan bagi Naya menyandang gelar itu, karena apa? Arsa termasuk golongan Taufik, kadang mereka hanya hadir pada pelajaran pertama, sedangkan pada pelajaran yang lain mereka malah bolos, mereka nongkrong-nongkrong di belakang kantin yang memang mereka rancang untuk tempat nongkrong.

"Pacar palelu! Ngapain lo kesini?" Ketus Naya.

"Galak amat nih pacar lo Sa." Ucap Radit sambil menghampiri Reina.

Arsa memutar bola matanya.

"Jangan ganggu Naya." Seru Reina sembari mencubit Radit. Radit meringis.

"Mau gue tambahin?" Tanya Naya. Radit menggeleng.

"Gue kesini mau ngasih kabar gembira buat kalian." Ucap Radit.

"Apaan Dit?" Tanya Taufik penasaran.

"Hari ini semua guru rapat, jadi lo semua pada bebas dah." Ucapan Radit disambut antusias para penghuni kelas.

"Nongkrong deh kita." Ujar Taufik sambil menghampiri Radit dan merangkulnya.

"Ga, ga, ga, ga ada nongkrong-nongkrong, hari ini Radit harus sama gue." Seru Reina.

Semua penghuni kelas perlahan-lahan mulai menghilang. Hanya tinggal Naya dan dua sahabatnya ditambah Radit.

"Kantin yo!" Ajak Naya disambut dengan anggukan kepala dari sahabat-sahabatnya itu.

"Gue ke kelasnya Rafi dulu ye, kangen gue." Ujar Nadia dan segera beranjak.

Diantara sahabat-sahabatnya hanya Naya lah yang jomblo.

"Jadi nyamuk dah gue." Ujar Naya saat melihat Reina bersenda gurau dengan Radit.

"Makanya jangan jomblo mulu lo, Arsa oke tuh. Kenapa ga lo tarik aja?" Ucap Radit yang membuat telinga Naya panas.

"Berisik lo Dit! Gue cabut ye Rei." Naya beranjak dari kantin.

Naya duduk dipinggir lapang sembari melihat orang-orang yang bermain basket.

Terasa ponselnya bergetar, Naya langsung merogoh saku rok nya. Dan melihat layar ponselnya, terdapat notifikasi Line.

Chance For ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang