Setelah malam itu, aku sering mendapat gangguan. Gangguan yang membuatku sering sekali terjaga pada malam hari. Gangguan itu juga seoalah memberi warna baru dalam hidupku. Warna gelap yang memasuki warna putih keabuan kelamnya hidupku. Awalnya aku hanya mengabaikanya begitu saja, seolah itu hanya akal akalan pikiranku saja untuk memberi rasa cemas dalam hidupku. Namun rasanya kupikir itu bukan hayalan atau ulah pikiran kosongku, tetapi aku rasa itu memang sangat terlihat nyata. Sosok sosok mengerikan yang terkadang menghentakkan dadaku itu kini sudah berani menampakkan dirinya padaku. Aku sempat takut dan sedikit gelisah, namun aku berfikir mungkin ini jawaban Tuhan atas semua doa doaku. Doa yang kulantunkan tanpa sedikit pun melupakan kata "sendiri". Dan mungkin Tuhan mengirim ini semua supaya aku tak lagi merasakan kesendirian yang bagiku teramat mencekam. Tapi hatiku sempat berkata mengapa mereka Tuhan mengapa harus kubalas rasa sendiriku dengan rasa takut.
Sempat aku tertunduk dan bertanya kepada Tuhan. Apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan, apa kaeena dalam hari hariku hanya ada keluhan saja yang tersampaikan padamu, atau apa Tuhan.
Masih kuingat peristiwa mala itu, peristiwa yang sempat membuat sikapku yang dingin berubah seratus delapan puluh drajat menjadi histeris dan entah apa itu. Seketika seolah sesosok bayangan putih seperti transparan melewati ujung kamarku, dan mengeluarkan suara teriakan yang teramat besar dan mungkin hampir memecahkan gendamg telinga dalamku. Dan ketika aku melihatnya lalu ia berbalik dan........
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Kasat
HorreurMereka seperti angin yang dapat di rasa namun tak dapat terlihat