Hafiza-(1)

373 11 1
                                    

"Kemari nak, gabung dengan saudara saudaramu." pinta Ibu kepada Hafiza, yang memang suasana saat itu membahagiakan sekali.

Tawa, senyuman yang tergores dalam bibir mereka terlihat sangat tulus. Hafiza menyukai keadaan seperti ini. Namun keadaan seperti ini tidak bisa dirasakannya setiap hari. Dikarenakan mereka pasti akan sibuk dengan kegiatannya masing masing pada kemudian hari.

Hari ini, hari dimana Hafiza tak akan lupakan. Semua keluarga berkumpul di rumahnya. Saudaranya yang tinggal jauh pun menyempatkan untuk hadir di acara syukuran di rumahnya ini. Seketika senyuman simpul terlihat jelas sekali di bibir Hafiza.

"Baik Bu, tunggu Hafiza bawa handphone di dalam rumah."

Hafiza memang mempunyai banyak saudara, dari mulai saudara kecil sampai saudara seumurannya pun ada. Namun tidak sering mereka ke rumahnya Hafiza. Mereka kemari jika ada acara di rumahnya saja.

Hafiza anak ke tiga dari empat bersaudara. Hafiza mempunyai satu kakak laki laki, satu kakak perempuan dan satu adik perempuan. Alangkah indahnya mempunyai banyak saudara. Bisa bercanda bersama, saling memberi nasihat sesama, dan saling cerita bersama.

Namun tak seindah yang dipikirkan Hafiza. Hafiza merindukan sosok pahlawan kecilnya. Pahlawan yang memang selalu ada jika Hafiza membutuhkan. Hafiza rindu dengan sosok ayah yang disayanginya. Sangat rindu!

"Eh sini sayang, kamu makin cantik aja" ucap Tante Tina. Dia adalah Ibu dari saudara Hafiza, namanya Rafka. Rafka lah yang seusia dengan Hafiza.

Rafka, saudara Hafiza sekaligus teman kecilnya dulu. Mereka sering melewatkan main bersama sebelum Rafka pindah ke Bandung. Tak heran jika mereka masih seperti dulu, saling menjahili satu sama lain.

"Eh Tante, apa kabar? Rafka di mana Tan?"

"Baik sayang, oh Rafka? Dia lagi bawa sesuatu katanya buat kamu."

"Oh yaa? Yeeee, Rafka masih inget juga sama fiza hehe"

"Iya dong masa Rafka lupa sama saudara kecil mungilnya."

"Hehe Tante bisa aja"

Tak lama Rafka datang dari arah belakang Hafiza. Rafka terus terusan memberikan kode kepada Mamanya agar tetap tidak memberitahukan bahwa dirinya ada di belakang Hafiza. Rafka hanya ingin memberikannya surprize untuk Hafiza.

"Daaarr!" Rafka tetaplah Rafka. Rafka selalu saja menjahili Hafiza dengan mengagetkannya.

"Rafka!!!" omel Hafiza dengan wajah yang terlihat kesal.

"Hai!!" sapa Rafka dengan tanpa dosanya.

Hafiza hanya diam. Melihatkan bahwa dirinya sedang kesal sekaligus marah kepada Rafka.

"Cie.. Marah ya? Mamaaa liat tuh Fiza marah.. Wajahnya lucu kalo lagi marah"

Mama dan lainnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mungkin ini balasan rindu yang tak terbalaskan dari dulu. Rafka dan Hafiza selalu saja begitu membuat semua anggota keluarga menertawai sikap mereka berdua. Padahal usianya sekarang sudah beranjak remaja yang masih duduk di kelas 2 SMA.

"Minta maaf Ka sama Fiza," suruh Mamanya Rafka.

"Hehe, iya iya Rafka minta maaf nih.."

"Fiza?"

"Hmm"

"Gue minta maaf, ini hadiah sebagai balasan permintaan maaf gue" ucap Rafka tulus sambil menjulur lengannya yang sudah membawa suatu kado.

"Fiza maafin, sini!" Hafiza menarik kado itu dengan agak kasar. Maklum masih kesal.

"Gak ucap makasih gitu?"

HAFIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang