12. Gangguan

482 23 0
                                    

gajadi private ya hehe, privatenya kapan2 aja. yang udah follow kalo mau unfoll lagi gapapa :) selamat menikmati❤

* * *

"Firaaa." Laki-laki itu melambaikan tangannya ke arahku dari tempatnya berdiri. Dia berada tak jauh dariku, mungkin tidak sampai satu meter jaraknya. Dia bukan Aditya, seperti yang kalian duga. Kalau nggak menduga ya nggak masalah sih.

"Eh, hai." Balasku dengan nada antara terkejut dan juga bingung. Karena tidak biasanya Fino menyapaku begini. Teman-temanku pun tak kalah terkejutnya dari aku. Tatap mata mereka seolah bertanya 'dia siapa, lo kenal?'.

Fino adalah teman seorganisasiku. Dia menjabat sebagai seksi agama Islam di OSIS. Dia anak basket, udah sering pakek banget wira-wiri, lari-lari, lomba kesana-sini. Gak pernah ketinggalan salat berjama'ah kecuali dia lagi bener-bener sibuk. Mukanya juga cakep, ya manislah ya. Tapi aku sayangnya cuman sama Aditya, hehe. Jadi gak mau yang lain lagi, untuk sekarang. Belum tahu ke depannya bagaimana.

Setelah kujelaskan panjang kali lebar sama dengan luas, mereka berempat hanya ber-oh panjang. Dan kembali menikmati makanan mereka masing-masing sampai akhirnya bel berbunyi dengan nyaring. Membuat mood seluruh murid di SMA ini mendadak hilang. Kalau aku dkk iya, gak tahu kalau yang lain, belum aku survey sih.

Mapel matematika dengan guru super sabar ini pun akan segera dimulai. Anak-anak kelas X 4 buru-buru masuk ke dalam kelas dan mempersiapkan alat tulis mereka.

Aku kembali pula duduk bersama monyet satu ini. Fajar.

* * *

"Kenapa gak boleh?"

"Kamu udah SMA, gak seharusnya main trus sampai malem."

"Papa mama capek ngurusin kamu." Lanjutnya.

"Emangnya papa sama mama pernah ngurusin Adit? Apa pernah papa bela Adit dan gak bela Sella?"

Aditya melangkah menuju ke kamarnya. Ia keluar dari kamarnya dengan sebuah kunci motor tergenggam di tangannya. Dan ia merampas kasar jaket yang tersampir di kursi sofa ruang tamu. Tempat yang baru saja ia bayangkan penuh dengan kehangatan dan kenyamanan setelah ia lelah mencari pelarian dari semua yang ia rasakan selama ini.

"Aditya. Papa sedang bicara sama kamu."

"Bicara apa, Pa? Pertanyaan Adit aja gak papa jawab."

Aditya memacu motornya, bersatu dengan ramainya deru ibukota. Membiarkan pikirannya berkelana bebas bersama angin malam yang dingin. Sedingin sikapnya. Membiarkan motornya berjalan kemanapun jalan ini mengarah. Karena sejujurnya ia sudah lelah. Tapi ia juga tidak mau berbagi resah ini kepada siapapun. Kecuali dengan Riska. Evelyn Filla Mariska.

* * *

Fira : aditya.

Delivered.

Oke, aku chat Riska aja.

Fira : riskaaaaaaaaa

Fira : oi oii

Riska : ngapa woi

Fira : adit kemana yak? lu tau kagak?

Riska : palingan juga ke bengkel dia kak

Fira : bengkel? malem malem gini ke bengkel ngapain?

Riska : ya ngumpul sama temen temennya, soalnya itu bengkel punya pakde nya

Fira : oh gitu, makasih ya beb

Hm, Adit gak pernah cerita apapun tentang dirinya ke aku. Dan aku gak tahu apapun tentang Aditya. Pacar macam apa aku ini? Eh, tapi Adit juga gak mau jawab kalau aku kepo tentang hidup dia. Pacar macam apa dia itu?

SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang