Prolog

13 0 0
                                    

Brugh...

Suara orang tersungkur jatuh di lantai lorong rumah sakit. Seorang pria dengan pakaian kantor yang sudah tidak serapi tadi pagi, disaat akan berangkat bekerja berlari dengan tergesa gesa hingga menabrak seseorang hingga tubuh nya menyentuh lantai.

"Astagfirulloh, ibu maafkan saya. Saya sedang terburu buru" ucap pria itu sambil membantu orang yang tadi ditabraknya.

Pria tersebut berlari meninggalkan tempat tersebut hingga berhenti didepan ruangan yang didalamnya terdapat sang istri yang sangat dicintainya.

"Yah, bagaimana dengan kiran yah?" Bertanya kepada papa mertua nya yang sedang duduk sambil memeluk ibu mertuanya yang menangis tersedu sedu.

"Masih ditangani dokter, rel" jawab ayah mertuanya dengan wajah khawatir.

Tak lama seorang dokter membuka pintu ruangan.

"Bagaimana dengan istri saya dok?"

"Maafkan kami pak, kami telah berusaha tapi tuhan yang berkehendak, istri bapak meninggal dunia akibat pendarahan yang dialaminya dan telah melahirkan bayi berjenis kelamin laki laki. Kami turut beduka cita" ku terdiam mendengar penjelasan dokter tadi, terdengar raungan kesakitan dari ibu mertua ku. Perasaan terluka, kekosongan hati dan jiwa kurasakan. Apa yang harus aku lakukan tanpa mu kiran? Mengapa kau tinggalkan aku dengan anak kita yang bahkan belum kau lihat. Jangan tinggalkan aku kiran!

"Aaaaaaaaaaaaaaa, tidak...tidak...tidak! Kiran tidak mungkin meninggalkanku, ia hanya tertidur karna kecapaian setelah melahirkan! Tidak...tidakkkkkkkk" Kesedihan yang teramat dalam kurasakan, kekosongan jiwa kurasakan.

"Sudah...sudah...sudah nak! Jangan begini, kasian kiran, kasian anakmu" terdengar suara mami kandung ku yang entah sejak kapan sudah ada didepan sambil memeluk ku.

"Mi kiran mi kenapa dia meninggalkan ku mi! Kenapa dia tidak ingin bertemu dengan ku lagi mi, kenapa dia tidur terus mi, kenapaaaaaa!!! Arghhh" dengan frustasi ku berlari meninggalkan tempat menyakitkan itu.

"Rel, karel berhenti! mau kemana kamu nak?" Terdengar suara mami yang memanggil ku untuk berhenti. Ku terus berlari tanpa arah sambil membayangkan hidup tanpa kiran.

"Akan jadi apa aku tanpamu kiran? Jangan tinggalkan aku, jangan siksa aku dengan cara seperti ini kiran, aku tidak ingin kehilangan mu!"

Ciiiiittt..Brak...

"Kareeelllllllllllll! Bangun nak...bangun!!!"
Yang terakhir kudengar suara mami yang memanggil manggil namaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby, I'm Sorry!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang