Raining conversation

514 57 15
                                    

Ruangan putih itu terasa hening, yang terdengar hanya elektrokadiogram. Satu-satunya alat yang bisa memastikan bahwa jantung itu masih berdetak, bahwa seseorang yang terbaring damai disana masih bisa bernapas.

Tanpa peduli dengan bau obat-obatan yang menyengat, dia tetap bertahan disana. Duduk diam disamping ranjang dengan tangan yang menggenggam jemari dingin itu.

Tak peduli entah sudah berapa hari dia disana atau entah sudah sekacau apa penampilannya sekarang, yang pasti dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pergi hingga mata bulat yang sangat disukai nya itu terbuka dan menampilkan kilau indahnya.

Waktu terus berlalu dan jam pun terus berputar, namun yang dilakukannya hanya menatap wajah manis itu.

Hingga akhirnya sebuah pergerakan kecil ditangannya membuatnya menoleh. Jantungnya yang seolah membeku kini berpacu kembali saat kelopak mata itu membuka.

"Yo, kau sudah sadar? Syukurlah. Kau tidak apa-apa kan? Mana yang sakit?." Dia bangkit berdiri, memeriksa apakah ada luka yang membuka atau tidak ditubuh ringkih itu.

"K..a." Namun suara lemah itu menghentikan ocehannya.

"Hm? Kau bilang apa?"
Dia mendekatkan telinganya, memastikan supaya dia bisa mendengar kata-kata itu dengan lebih jelas lagi.

"Kau siapa?"

Namun kata-kata yang didengarnya tidak sesuai harapan. Kebahagiaannya yang tadi melambung tinggi kini terjun menghempas tanah dengan kerasnya saat suara lemah itu terucap.

Tak ada yang lebih menyakitkan saat orang yang kau cintai justru tak mengingatmu.

.
.
Raining Spell For Love
Pair : PhanaWayo
Story© Araelf
.
.

Bandara siang itu padat seperti biasa. Meski langit diluar sana nampak mendung dan mengeluarkan rintihannya berupa hujan.

Seorang pemuda tampan dengan mata sekelam malam keluar dari pintu bandara. Tangan kekarnya menyeret sebuah koper berwarna hitam.

Saat orang lain melangkah masuk menghindari hujan, dia justru menghampirinya. Menatap pada setiap tetesan hujan yang mengenai telapak tangannya yang terjulur.

Dia kemudian mendongak, beralih menatap awan hitam diatas sana.

"Aku kembali." Gumamnya bersamaan dengan sebuah mobil sport hitam berhenti tepat didepannya.

Jendela mobil terbuka perlahan, memperlihat seorang pemuda tampan lainnya dibalik kemudi yang kini sedang tersenyum dan melambai padanya.

"Yo! Pha."

.
.
Araelf
.
.

Sakit.

Rasanya sangat sakit. Bukan rasa sakit seperti luka yang berdarah dan meninggalkan bekas pada kulit.

Tapi ini.

Rasa sakit yang membuat jantungnya berdetak cepat hingga dadanya terasa sesak.

Dia tidak tau bagaimana  menjelaskannya. Perasaan ini terlalu menguras emosi dan tenaganya. Kadang membuatnya meneteskan air mata, membuatnya ingin menangis sekencang-kencangnya, berteriak marah dan bahkan memukul dadanya berharap rasa itu akan hilang. Namun tidak, justru rasa sesak itu semakin menjadi.

Air matanya mengucur deras bersamaan dengan hujan yang terus turun diluar kaca jendela kamar. Membuatnya hanya mampu meringkuk kesakitan dibawah selimut dan memeluk dirinya sendiri sebagai bentuk pertahanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raining Spell For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang