9. Me and You (Eza)

7.2K 272 2
                                    

Aku benar-benar sudah berubah. Jauh berubah dari aku yang dulu. Dulu aku tidak suka wanita gendut. Menurutku mereka tidak menarik. Aku lebih suka wanita yang langsing dan cantik untuk jadi korbanku. Hehe. Tapi tentu saja, itu dulu.

Tapi sekarang, aku memang berubah. Dan lihat wanita gendut di hadapanku itu yang kini tengah asyik memasak makanan favoritku. Dia gendut. Benar. Pipinya tembam, perutnya buncit, tubuhnya berisi. Tapi bagaimana mungkin dia tampak begitu cantik, seksi dan menggoda di mataku?

Dia istriku. Istri tercintaku. Tiara Melodia Atmaja. Sudah setahun kami hidup bersama, sekarang usia kehamilannya memasuki 6 bulan. Ada little princess ku sedang berbagi kehidupan di dalam perut wanita tersayangku itu. Aku tersenyum. Ya, jika memandanginya aku pasti akan selalu tersenyum. Seperti mimpi kini aku hidup bersamanya. Sepertinya sudah 10 tahun lebih sejak aku mendambakan dia. 5 tahun menghilang dari kehidupannya, dan kini dia menjadi bagian dalam kehidupanku. Bagian yang terindah tentu saja. Dan semua penantian itu tidak sia-sia. Kini, kami akan berbahagia selamanya.

Hmm.. lihatlah wajah ngambeknya itu. Bibirnya yang maju sangat menggoda untuk kucium. Lebih baik lagi segera menyeretnya ke dalam kamar. Katakan aku mesum atau apapun. Tapi mau bagaimana lagi? Ya, beginilah otakku sekarang. Tapi, aku hanya begini terhadap istri tercintaku itu. Bagaimana tidak? Menatapnya saja sudah membuat darahku berdesir. Apalagi menyentuhnya. Errr.. Yang jelas cerita playboy ku sudah tutup buku, sejak aku kembali bertemu gadis dambaanku seumur hidupku ini. Image playboy itu sudah kubuang jauh kini. Aku menikmati hidup bahagiaku bersamanya. Lagipula, untuk apa melirik wanita lain, jika segala yang kuinginkan sudah ada pada dirinya. Dan lagi, seumur hidup hanya wanita 1 ini yang aku inginkan.

Ah, dia sedang ngambek karena aku terlalu asyik melamun dan tidak meladeninya. Baiklah, aku akan kembali ke dunia nyata.

"Iya sayang, kenapa?" tanyaku tersenyum manis padanya. Lihat, wajahnya merah. Sekarang, dia selalu gugup saat aku memamerkan senyum termanisku, atau menggodanya. Dan aku menikmatinya. Hehehe.

"Aku mau makan masakan kamu."

Apa katanya?

"Aku masak kan nggak enak, sayang. Masakan kamu lebih enak," aku menunjukkan piringku yang sudah bersih kuhabiskan semua makanan di dalamnya.

Yah, dia ngambek lagi. Aduh. Ampun, deh.

"Iya, iya. Besok aku yang masak, deh. Jangan ngambek lagi ya, sayangku." Aku berdiri mendekatinya dan mencium puncak kepalanya dengan sayang. Lihat kan, wajahnya merah lagi membuatku tersenyum puas.

Aku menikmati hari liburku untuk menghabiskan waktu menjaga istriku yang tengah hamil itu. Sekaligus menikmati kecantikannya. Apa daya, aku hanya bisa menikmati dari kejauhan. Minggu lalu Ara ku tersayang sempat ngedrop, dan kami periksakan ke dokter. Dokter bilang, aku harus menjaga Ara agar tidak kelelahan. Termasuk mengurangi kegiatan, ehem.. ranjang kami. Walaupun harus menelan ludah untuk menahan hasrat yang membuncah di dalam dadaku. Ini resiko, memiliki istri se-menggoda Ara. Aku menahan diri.

Tapi, jika sudah libur seperti ini, sangat sulit untuk menahan diri. Bagaimana tidak?

Lihat ini. Bagaimana aku bisa menahan diri jika dia yang mulai merayuku? Seperti sekarang ini.

"Sayang..." panggilnya dengan suara yang menggoda. Tangannya sudah melingkar di atas bahuku. Ia berdiri di belakang sofa tempat aku duduk, menonton televisi, lebih tepatnya berpura-pura menonton televisi agar tidak tergoda untuk menyentuhnya.

"Hm.." gumamku tidak mengalihkan perhatian dari televisi. Walaupun jantungku sudah lompat-lompat tak karuan.

"Aku kangen.." suaranya sungguh manja dan menggoda.

Love of a LifetimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang