26. DO YOU KNOW MY HEART?

1.5K 158 31
                                    

Setelah berhasil makan mie instan berdua. Jihoon dan Nari pun kembali ke dorm. Sesampainya di dorm, mereka sempat berbincang sejenak, lalu kembali ke kamar masing-masing.

Kini, gadis bernama Nari itu sedang berbaring diatas ranjangnya, matanya sesekali terpejam lucu kala kepalanya mengingat ciuman yang sempat ia lakukan tadi,

"Aak! Apa yang sudah kulakukan?" Gadis itu merasa geli dengan dirinya sendiri. Apalagi ketika ia mengingat ucapan dari Jihoon tadi,

"Selamat malam ya, cepat sana tidur. Besok jangan sampai telat! Good night."

Kira-kira begitulah ucapannya ketika mereka berpisah di ruang tengah tadi. Sungguh, menghabiskan waktu dengan Jihoon seakan bisa meringankan bebannya, setidaknya, Nari sudah bisa berpikiran lebih positif mengenai Nara dan keluarga angkatnya.

Kini Nari sudah bisa melepaskan Nara yang ternyata sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Walau duka di hatinya masih ada, tapi bukan berarti ia harus menangisi Nara kembali. Bagaimana pun juga, ini sudah kehendak Tuhan. Mau bagaimana lagi? Semuanya tidak akan kembali seperti semula. Walau hatinya ingin.

Nari tersenyum hambar kala meratapi nasibnya, "kehilangan ayah, ibu, bahkan Nara. Sekarang siapa yang bisa ku jadikan pegangan? Apa aku harus kembali ke rumah bibi dan Paman lagi? Tapi sepertinya, bibi tidak menyukaiku." Gadis itu menunduk kala serpihan memori buruknya terputar begitu saja didalam kepalanya.

"Tujuan ku adalah untuk bertemu Nara, tapi kalau sudah begini.. aku harus bagaimana?"

Gumaman pilu itu keluar dari mulut kecilnya, diam-diam Nari menahan air matanya agar tidak jatuh. Sekarang, Jihoon yang terkesampingkan, bagaimana pun juga Nari tidak mungkin bisa tinggal di dorm selamanya. Apalagi menetap disini, banyak alasan untuk itu. Yang pertama tentu saja karena Nari adalah seorang gadis, akan sangat tidak normal baginya hidup bersama sebelas pria, alasan selanjutnya, karena akan ada saat nya nanti Wanna One bubar dan kembali ke agensi masing-masing. Otomatis, dorm ini juga akan dihilangkan, ditinggalkan. Cukup dua alasan itu yang dapat menampar semua kehendak Nari, mustahil baginya untuk tetap tinggal disini walau ia mau.

Nari menghela nafasnya pelan, amat sangat pelan, rasa-rasanya gadis itu mau putus asa. Banyak hal yang mendesaknya, dadanya seakan sesak ketika lagi-lagi otaknya memikirkan saudara kembarnya yang sudah berbeda dunia dengan gadis itu.

Nari memejamkan mata untuk meneteskan satu bulir air mata lagi, air mata itu jatuh mengalir ke pipi sampai ujung dagu gadis itu, matanya semakin memerah, isakan juga mulai terdengar menyiksa hati. Lagi-lagi hatinya pilu. Tujuannya hangus, harapan nya pupus. Entah apa yang akan ia lakukan nanti.

--

Pagi menyapa, ini hari Kamis dan Nari memilih untuk tidak berangkat sekolah hari ini, tubuhnya lemas gara-gara menangis semalaman, ia bahkan belum keluar dari kamar walau kini jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Diluar sana, Nari samar-samar mendengar suara gaduh para member yang mengeluh kelaparan, beberapa diantara mereka juga ada yang mencari Nari. Sungguh sebenarnya Nari tidak mau melakukan hal ini. Tapi disisi lain tubuhnya benar-benar lelah.

Lagi pula, tadi pagi ia sudah mengirim pesan pada Jisung agar cari sarapan diluar, tapi sepertinya Jisung belum membuka ponselnya.

"Ahh.." Nari menggulingkan badan kesana kemari, ia menggeliat malas lalu terdiam sejenak, setelah itu Nari mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sembari menghembuskan nafasnya, mencoba mengatur perasaannya.

Ketika kakinya sudah kuat untuk berdiri, gadis itu pun berdiri tegak kokoh walau tak Sekokoh kelihatannya. Lalu Nari perlahan mengambil langkah, satu dua tiga hingga kakinya kini tepat berada didepan pintu kamarnya sendiri.

Ketika tangan itu mulai memegang gagang pintu, ia terdiam sejenak, telinganya kembali mendengar suara-suara gaduh diluar sana, banyak yang berteriak kelaparan dan menyalahkan Nari, hal itu membuat nyali nya seketika ciut, tapi lagi-lagi Nari harus bisa bertanggungjawab atas pekerjaannya, makanya gadis itu hendak membuka pintu dan memasak sesuatu untuk member.

Sayangnya, kala tangan gadis itu sudah sedikit memutar gagang pintu, tiba-tiba terdengar ketukan dari luar sana,

Tok tok tok..

"Tidak perlu merasa bersalah, kami akan makan diluar. Tenangkan dirimu dulu, kami tidak marah"

Itu suara Daniel, terdengar samar karena terhalang pintu. Diam-diam Nari mengulum senyum, ia lega ketika mengetahui hal itu.

'daniel oppa, terimakasih'
















To be continue



Hai semuanya😂 i'm comeback!
Maaf lama, lagi dilema soalnya, Oya, bagi kalian pembaca yang MUNGKIN adalah anak kuliahan yang dapat Bidikmisi. Mau nggak komen sebentar, atau kirim pesan gitu?😂 Aku mau konsultasi. Tapi jangan fake yaa.. pliss.. makasi..

Btw Hope U like it 😻

AT WANNA ONE'S DORM | PJH💣 #COMPLETE#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang