Masa SMA mungkin adalah masa terindah dalam kehidupan orang banyak. Tapi tidak denganku. Aku, yang dikenal banyak orang sebagai televisi idiot, nyaris membenci SMA. Bully. Bagaimana dengan di bully dengan teman yang dulu sangat dekat denganmu bahkan memiliki sikat gigi yang bentuknya sama?
Lee Gikwang. Namaku sebelum akhirnya dipanggil TV IDIOT. Kesalahan yang Gikwang kecil lakukan begitu besar hingga aku harus mengalami hal seperti ini.
"Hey, Idiot. Siapa yang menyuruhmu untuk langsung duduk? Nyanyikan aku satu lagu"
Aku hanya bisa menunduk. Mendengarkan setiap cemoohan yang dilemparkan kepadaku.
"Nyanyikan aku lagu apapun. CEPAT."
Aku terkejut mendengarnya. Tiba-tiba saja terbesit di kepalaku lagu Listen. Aku mulai bernyanyi.
Listen to the song here in my heart
A melody I start but can't complete
Listen to the sound from deep within
It's only beginning to find release
Masih aman. Tidak ada lemparan kertas. Aku melanjutkan bait kedua.
Oh, the time has come for my dreams to be heard
They will not be pushed aside and turned
Into your own all 'cause you won't
Listen
PUK.. Satu kertas. Bukan masalah, Leegi. Teruskan saja bernyanyi. Pikirkan betapa sakitnya saat tangan-tangan kekar itu mendarat di wajahmu.
Listen, I am alone at a crossroads
I'm not at home in my own home
And I've tried and tried to say what's on mind
You should have known
Tiba-tiba saja aku langsung dihujani oleh timpukan kertas. Entah mengapa kali ini rasanya sangat sakit. Kacamataku berembun. Aku menangis. Aku mendengar suara-suara mereka yang terus mengejekku. Ibu. Ini sakit.
Aku berlari meninggalkan ruangan kelasku yang terasa busuk itu. Berlari menuju atap sekolah dimana tidak ada satu orangpun yang dapat mengganggu ku. Aku bisa menangis disana. Bisa membuat pesawat dari kertas.
Ya, aku disini. Aku meletakkan badanku di atap sekolah yang hanya berlantaikan semen kasar itu. Memandang langit. Aku mengulang kejadian itu. Kejadian yang membuat sahabatku Junhyung, mencampakkanku.
"Gikwang. Bukankah kita harus mengikuti lomba dance itu?" Tanya Junhyung.
"Tidak."
"Kenapa? Ayolah Leegi. Tidak peduli kita akan menang atau kalah. Setidaknya aku bisa menampilkan bakatku denganmu"
Gikwang kecil tersenyum bahagia ketika mendengar perkataan sahabatnya. Gikwang lalu mengangguk setuju.
Dua bocah laki-laki yang berumur sekitar 10 tahun itu terus berlatih tiada henti. Merapihkan gerakan mereka. Menambah gerakan baru. Mereka terus membuat dance mereka terlihat sempurna.
"Junhyung, bagaimana kalau hanya boleh satu yang lolos?" Gikwang kecil dengan bertanya kepada Junhyung disela tariannya.
"Maka, aku tidak akan mengambil itu. Kita harus selalu bersama. Tak peduli apapun yang akan terjadi. Kau akan melakukannya?" Junhyung melihat temannya dari kaca.
"Tentu saja. Satu untuk berdua. Berdua untuk satu"
Ketika hari audisi itu dimulai mereka berdua masuk ke ruang juri dan berhasil membuat juri terpukau. Sayang, hal yang mereka bicarakan itu datang. Hanya Gikwang lah yang bisa maju kebabak selanjutnya. Rasa benci menguasai hati Junhyung ketika Gikwang menjawab 'YA, SAYA MAU' dengan lantang.
YOU ARE READING
Sorry (Indonesia Kpop Fanfiction)
Fanfictionstarring : Lee Gikwang (Beast) Yong Junhyung (Beast)