Angle

19 3 0
                                    


Sandy sudah selesai berpakaian dengan rambut yang masih kelihatan basah. Die mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Ponselnya yang sejak tadi tergeletak di kasur berdering . Tertera nama pemanggil.

MAMA

"Hallo ma. Udah landing?".

"Udah nih.  Mama masih dalam bandara,di caffe tempat biasa. Call mama kalo udah di parkiran  yah sayang."

"Ok mama.  Sandy mau berangkat  ke situ nih ma".

"Ok, nyetirnya santai aja jangan ngebut"..

"Iya mama sayang".

Setelah menekan tombol merah di ponselnya, panggilan itu terputus. Sandy yang sudah ganteng dengan  blue jeans dan hoodie warna senada, segera turun menuju lobi apartemen nya.

Dia sudah tidak sabar bertemu dengan mamanya. Mamanya yang gaul dan masih kelihatan awet muda itu. Mamanya adalah seorang wanita karir yang sukses dan merupakan manager keuangan di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi, tak heran jika wanita itu sering berpergian keluar kota atau bahkan keluar negeri.

Wanita paruh baya itu membesarkan ketiga anaknya sendirian. Suami yang dicintainya telah kembali ke tempat yang seharusnya ketika anak-anaknya masih kecil.

Sandy Bramastya,si sulung masih berumur 7 tahun, Dafa Bramastya berumur 5 tahun dan si bungsu Jovy Bramastya saat itu masih 3 tahun . Suaminya meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya sudah mencapai stadium akhir. Jadilah dia merawar kegita putranya itu seorang diri.

Lapka Risda, nama ibu tunggal yang hebat itu. Sosok ibu yang sangat disayangi Sandy, Dafa, dan Jovy, ketiga putra Almarhum Adi Bramastya.

_____________________________________

"Hai hai mama cantik".

"Hello abang ganteng. Sini peluk mama."

Keduanya berpelukan mesra. Ibu dan anak itu begitu menikmati momen melepas kangen mereka.

"Mama abang makin cantik aja nih. Makin sayang abang sama mama".

"Ah kamu bisa aja, yang ada juga mama makin keriput. Pusing ngitungin uang perusahaan yang bejibun itu, hahahaha ".

"Sombooooong, pameeeer.Mentang-mentang manager keuangan, ngomongnya uang mulu."

"Iya dong jelas, mama pamer ama abang aja. Soalnya kan cuman anak-anak mama aja yang tahu gimana sifat mama. Kalo sama orang mah mama harus stay cool, elegan, gak bileh pamer ntar dikira katro baru megang uang banyak ."

"Iya in aja deh ma biar cepet .hehhe."

"Adek-adek kamu mana, kok gak ikut sekalian jemput mama ? Ara juga mana? Mama udah kangen lho ama dia.  Abisan ngegemesin banget sih pacar kamu itu. Kayak pengen cepet-cepet mama jadiin mantu biar ada temen gosip di rumah".

"Duh, mama kayaknya udah gak sabar lagi nih punya mantu . Sabar ma, abang aja belum selesai kuliahnya, mau di kasi makan apa anaknya orang nanti."

"Dafa sama Jovy masih molor  mungkin. Soalnya tadi aku nelfonin bibi katanya motor mereka masih ada, tapi belum ada yang nongol sarapan."

"Ya ampun tuh anak dua kebo banget. Anaknya siapa sih ?"

"Anaknya tetangga. Hahahahah".

Mereka tergelak berdua. Apapun obrolannya, Sandy selalu merasa nyaman jika dia bersama mamanya. Mamanya itu disaat bersamaan bisa menjadi sosok ibu sekaligus teman. Karena sikapnya yang gaul, dia selalu mengerti situasi anak-anak jaman sekarang. Dia tidak protektif seperti ibu-ibu pada umumnya. Dia percaya ketiga putranya itu bisa menjaga kepercayaan yang diberikannya. Ibu tunggal itu ingin ketiga putranya itu belajar mandiri dan bertanggung jawab. Karena tak selamanya dia bisa berada di sisi mereka untuk membantu dan mendengarkan keluh kesah mereka.

Ow Ow AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang