#2

987 136 7
                                    

"AHHHH" teriakan seseorang membuat Mingyu memperhatikan kesekelilingnya yang gelap. Ia tidak melihat gerakan misterius disekitarnya. Jadi siapa yang berteriak?

Semua itu terjawab ketika ia kembali menegadah ke atas. Awalnya ia hanya ingin melihat bintang-bintang lagi dan mengabaikan teriakan yang ia kira hanya halusinasinya saja, sampai ia melihat ada sesuatu putih yang semakin lama semakin besar.

Setelah menajamkan pandangannya, akhirnya ia menyadari bahwa putih-putih itu adalah baju seseorang. Artinya ada seseorang yang sedang terjatuh.

Ketika Mingyu sudah menyadari hal itu, ia ingin segera bangkit dan menolong orang itu. Namun,telat. Sekarang orang itu sudah menimpa dirinya yang hendak berdiri.

"Argh! Aduh perutku!" teriak Mingyu yang menyadari perutnya ditindih oleh seseorang sekarang.

"Maafkan aku ayah, ibu, Pak Jisoo, selamat tinggal huhu." Ucap Seokmin yang masih berkomat kamit sambil menangis. Mingyu yang melihat itupun hanya melongo.

"Ermm, bisakah anda menyingkir?" tanya Mingyu karena ia tidak menyangka orang yang menindihnya ini Akan seberat ini.

"Huhuhu bahkan setelah aku sudah di dunia lain, aku malah diusir. Apakah ini karma karena sudah kabur?  Huhuhu." Seokmin Makin mengeraskan tangisannya yang sekarang membuat Mingyu panik dan pusing mendengar tangisannya. Bagaimana bisa pria menangis sekencang ini.

Mau tidak mau, Mingyu akhirnya menutup mulut pria itu dengan tangannya. Setidaknya untuk memelankan suara isakan itu.

"Kau masih hidup dan masih didunia ini. Jadi  berhentilah menangis dan segera menyingkir dari perutku." Ucap Mingyu yang membuat Seokmin menghentikan tangisannya dan menoleh kearah orang yang sedang menutup mulutnya. Ia langsung menghempas tangan orang itu dan merangkak mundur. Namun Mingyu segera menarik badannya lagi.

"Kau ingin terbakar api ya? Lihat belakangmu!" teriak Mingyu karena hampir saja punggung Seokmin terbakar api unggun buatannya kalau tidak segera ia tarik tangannya.

Seokmin hanya diam karena Banyak sekali kejadian yang terjadi dengan sangat cepat. Dimulai dari ia pergi menjauh dari Pak Jisoo, kemudian berhasil keluar dari gerbang terluar istana, kemudian melihat sebuah asap, kemudian jatuh, dan sekarang dipeluk seseorang. Dan bahkan diteriaki.

"A-api?" tanya Seokmin kepada Mingyu yang sekarang melepas pelukannya.

"Iya api, yang dibelakangmu sekarang ini." jelas Mingyu sambil menunjuk api unggun buatannya. Seokmin segera menoleh kebelakang dan melihat kobaran api. Ini adalah pertama kalinya ia melihat api. Salahkanlah orang tuanya yang selalu menyuruhnya belajar dan hanya berlatih pedang tanpa sempat memberinya waktu untuk berpetualang. Ternyata api itu seperti bunga merah yang menari-nari. Sangat cantik. Apakah bisa ia petik dan ia bawa pulang?

Ketika Seokmin menjulurkan tangannya untuk memetik api itu. Tangannya malah terasa sangat sakit dan segera kembali ditarik oleh Mingyu.

"Astaga, kau gila ya? Lihat sekarang kau luka terbakar." Mingyu tidak habis pikir bagaimana bisa ada orang yang dengan mudahnya menyentuh api tanpa merapalkan mantra. Dan kenapa ia bisa bertemu dengan orang seperti itu sekarang.

Seokmin hanya meringis saja melihat tangannya yang memerah dan melepuh. Sepertinya bunga bernama api itu tidak bisa dipetik dengan mudah.

"Aku..aku hanya ingin memetiknya dan membawanya pulang." Ucap Seokmin dengan pelan. Jika Mingyu tidak emosi sekarang, mungkin ia akan tertawa dengan ucapan bodoh Seokmin sekarang ini. Namun,sekarang dirinya hanya menghela napas dengan keras.

Mingyu masih memegang pergelangan tangan Seokmin dan mulai merapalkan mantra. Sebenarnya ia tidak ingin melakukannya karena pasti ia hanya akan mendapat cemohan lagi.

The Distance (Seokgyu/Gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang