MAKASSAR DAN SENYUM YANG NGILU

28 6 2
                                    

10 Januari 2018
Jln. Urip sumoharjo no.98.

Makassar dan sebait senyum ngilu.

Hiruk pikuk yang tidak pernah berhenti ribut mengusik telingaku akhirnya buyar kala jam dinding menunjuk arah 00:54 wita. Masih ada sekitar beberapa biji kendaraan sok sibuk melintas di depan kantor ini, Namun ributnya tak sesibuk siang tadi hingga menjelang pukul 22:00 wita malam.
Aku baru saja selesai merapikan pekerjaan dan mandi malam, Badanku terasa lengket dengan keringat yang mengering seharian. Bagiku, mandi adalah keputusan terbaik. Hehe

Hari ini adalah tiga pekan yang sudah berlalu dengan cepatnya, Waktu begitu serius menjalani tugasnya untuk terus berjalan maju. Sesingkat masa ini, Aku menemukan banyak peristiwa-peristiwa penting bagiku.
Tak usahlah ku jabarkan, Semuanya abadi dalam benakku sebagai pendewasaan pola fikir.

Sudah lama dan bahkan sudah sangat lama bagiku tidak mengutak atik abjad, Bukan karena tak ingin lagi melainkan karena beberapa sebab yang sempat lumpuhkan segalanya. Tepatnya, Miris pada beberapa marketing abjad yang nyinyir tiada henti untuk sebuah kemenangan semu (Sebagian orang saja).
Entahlah, Mengapa keinginan itu dapat muncul kembali saat ini. Mungkin saja "rindu" atau sebatas "mahu" saja. Keduanya mungkin. Hehehe

Irama kehidupan semakin indahnya dengan nada-nada minor bergema, Senarnya dilentik lembut dengan penjiwaan sempurna hingga nyanyian-nyanyian malam yang ricuh rancuh menjelma menjadi nada-nada merdu malaikat-malaikat malam.
Aku terhenti sejenak dalam khayal, Ku menepi pada bibir malam untuk bersandar pada lembutnya.
Ku nikmati segala persembahan dengan seruput mendalam pada abjad yang rindu.
Begitu saja, Hingga semuanya kembali rancuh seketika benakku berkecamuk pada deretan mimpi-mimpi dahulu.
Semuanya beradu, Ingin menang dalam pencapaian pergerakan tubuh. Aku bingung, Antara keinginan hati dan otak.
Berkecamuk, Membabi buta!
Hingga pada akhirnya, Aku tersenyum. meski aku tak tahu, ini senyuman untuk apa.

Langit makassar begitu baik, Memberiku kesempatan untuk melihat sedikit pembenaran pada fatwa tentang SYUKUR ILAHI RABBI.
Surat-surat hati yang ku kirimkan pada Tuhan Allah SWT pelan terjawab dengan lugasnya. Menjelaskan kepadaku bahwa Aku sangatlah keliru pada setiap keputusan semuku.
Aku tersenyum kembali setelah senyum sebelumnya yang ngilu.

Disini, Aku bermunajat tentang cerita-cerita yang pernah ku baca lantang di hadapan banyak orang.
Bahwa, Aku masih ada untuk memenuhinya.
semuanya ku bungkus dalam bungkusan baru, Bungkusan yang jauh lebih baik dari bungkusan lainnya.
"Birrul walidain", Yah begitu aku menyebutnya. Mimpiku sederhana untuk ketenangan jiwa malaikatku yang pernah terluka olehku.
Sebelum sepi, Aku ingin tunaikan semuanya.
Aku tak ingin sepi dalam senyum yang ngilu.
😢
BISMILLAH, ALL IS WELL. ALL IS WELL. ALL IS WELL.

MAKASSAR DAN SENYUM YANG NGILUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang